MALAM yang kian larut menghantar rasa dingin dan kantuk bersamaan, membuat pemilik rumah kecil itu segera jatuh dalam mainan mimpi sesaat kepalanya menyentuh bantal, meninggalkan beberapa peralatan melukis miliknya yang tidak sempat disusun rapi. Bahkan pegangannya pada botol susu yang masih separuh penuh untuk membantu sang anak menyusu pun sudah lepas dari tangannya, jatuh di atas kasur yang mereka tiduri.
Dengkur halus sesekali kedengaran dari Ethan, saking lelahnya menjalani harinya. Dan pertama kalinya untuk malam itu Ethan jatuh tidur terlebih dahulu dari bayi gembul di sampingnya yang masih mengerjap lucu, bermain dengan jari-jari bulatnya dan sesekali kaki yang menendang aktif sembari menunggu dot susu yang tiba-tiba lepas untuk kembali masuk ke mulutnya.
Micah, bayi berjantina lelaki yang baru berusia tujuh bulan, lahir pada Agustus tahun lalu tepat di mana Ethan lulus kuliah dua bulan sebelumnya. Kehadiran Micah tentu saja membawa kejutan besar untuk Ethan, entah bagaimana ia bisa hamil dan melahirkan, Ethan juga sudah sangat pusing untuk memikirkan itu. Namun, Ethan tetap merawat Micah dengan setulus hatinya, menerima kehadiran Micah sebagai peneman hari-harinya dan takdir yang harus ia jaga.
"ETH... an?!" Suara melengking khusus wanita mengagetkan Micah. Anne, wanita berambut blonde dengan poni depannya itu segera menghampiri ranjang Ethan, mengangkat tubuh gempal Micah dalam gendongannya lalu menepuk perlahan untuk menenangkan bayi tersebut sebelum tangisan nyaring memenuhi kamar kecil Ethan. Anne mencapai botol susu Micah lalu menyumbat dot tersebut ke mulut Micah. "Ssh sshh... tidur ya ganteng."
Anne, wanita penuh ajaib yang dikenal Ethan dua tahun lalu, bahkan sudah Ethan anggap sebagai keluarganya karena sudah banyak membantunya sejak pertama kali mereka berkenalan. Bahkan saat dirinya dikabarkan hamil juga, Anne lah orang pertama yang tahu tentang itu, juga yang membantunya membawa Micah melihat dunia karena Anne melarang keras dirinya untuk melahirkan di rumah sakit.
Melihat Micah yang perlahan menutup mata dengan dot yang masih dimulut menghantar rasa gemas kepada Anne, ia tersenyum sambil menahan diri untuk tidak menggigit tubuh gempal Micah. "Ugh setan setan begini bisa bikin gemes," celoteh Anne sambil tertawa jenaka. Satu jarinya naik mencubit gemas pipi bulat Micah, kemudian ia menaruh kembali Micah yang ketiduran di samping Ethan.
Selimut di kaki Ethan, Anne tarik hingga ke paras dada, bantal guling kecil milik Micah pun Anne ambil kemudian ditaruh di belakang tubuh Micah sebagai pagar agar Micah tidak bergerak banyak dalam tidurnya. Kamar yang berantakan itu pula, Anne turut bantu merapikannya, setelah selesai Anne mematikan saklar lampu kamar meninggalkan lampu tidur saja yang menerangi kamar Ethan malam itu.
Sebelum Anne keluar dari kamar Ethan, saat menyadari sesuatu, ia segera memutar tubuh ke arah penjuru kamar Ethan yang memang tiada satu pun pencahayaan di sana. Anne mengeluh kecil, "sampai kapan, Al? Lo sendiri tau, Micah gak bakal bertahan lama tanpa lo." Anne mengerling sinis pada sosok yang masih setia di dalam gelap itu, hanya sinar mata yang bisa Anne lihat dari sosok tersebut. "Micah bisa bertahan selama tujuh bulan ini juga karena susu dari Ethan, kalau berterusan kayak gini, Ethan bisa terancam mati, energi Micah terlalu kuat untuk Ethan."
Anne seketika menahan nafas ketika sosok tinggi dibalik kegelapan itu muncul di depannya, berdiri angkuh dengan tatapan datar dan rahang yang mengeras. Anne melangkah mundur saat sosok tinggi itu melangkah mendekat pada ranjang Ethan. "Dia sering kelelahan bukan karena aktivitas harian dia, melainkan energi yang diserap oleh Micah. Micah bisa bunuh Ethan, Al. Cepat atau lambat." Tambah Anne memperingati situasi darurat yang bila-bila masa saja bisa terjadi.
Alderian, sosok yang belum dikenal Ethan tapi sudah beberapa kali membuahi Ethan. Hadirnya Micah adalah hasil dari sentuhan lancangnya kepada Ethan selama ini. Tatapan tegasnya jatuh pada wajah tenang Ethan, kemudian tangan besarnya naik menyentuh surai lembut Ethan yang lelap dalam tidurnya. "Lucifer," ujar Alde singkat sembari mengusap lembut belahan bibir Ethan, lalu ia menunduk untuk meraup permukaan bibir kering tersebut.
Anne menyilang tangan, mendengus malas melihat kelakuan setan di depannya saat ini. "Terus kenapa? Lucifer doang? Takut lo?" tantang Anne dengan beraninya, sedang tangannya menarik surai ikalnya untuk dimainkan. "Hamilin anak orang gak ada takutnya, masa ngadepin bapak sendiri gak bisa?" sindir Anne lagi, ia muak dengan permainan Alde si setan gila ini. Muak karena Ethan banyak dirugikan di sini.
Alde diam, perhatiannya beralih pada bayi bulat di samping Ethan pula. Lama ia merenung wajah mungil Micah, "apa gue bunuh saja dia?"
Anne membuntang luas, tidak menyangka kalau Alde bisa berucap begitu. "Lo gila ya! Cukup Ethan doang yang lo sentuh hidupnya, jangan Micah. Walaupun dia juga setan kayak lo, tapi dia itu masih kecil dan gak ngerti apapun situasi saat ini!"
Alde kembali diam, ia bukan buntu, tapi takut apa yang keluar dari mulutnya tidak bisa membantu apapun. Tubuhnya kembali berdiri tegak, memandang lama dua insan yang sedang tidur itu, sebelum menjauh dari ranjang dan kembali menuju ke penjuru kamar. "Sebentar saja lagi."
Setelah itu, Alde hilang dalam kegelapan yang diciptakannya. Anne mendengus jengkel, kesal karena Alde masih melambat-lambatkan waktunya untuk bertemu dengan Ethan dan Micah. Sedang ia sendiri tau betapa gentingnya situasi Ethan saat ini. Anne juga kadang masih memikirkan hal yang sama, bagaimana cerita awal Ethan yang selama ini hidupnya sudah terikat dengan setan seperti Alde? "Sial, emang dasar setan bajingan." Umpat Anne tidak puas hati.
࿂ to be continued ࿂
KAMU SEDANG MEMBACA
devil's vow. jaeyong
Fantasia[ ON HOLD ] M/M | JAEYONG | FANFICTION | GREEK MYTHOLOGY | FANTASY | ROMANCE | SUPERNATURAL | MATURE + EXPLICIT | MALE PREGNANT & LACTATION ⚠️ Hidup Ethan yang sudah berantakan selama ini, semakin dibuat berantakan kala kehadiran Alde, si makhluk m...