O13 | Doomed.

654 78 6
                                    

KECUPAN singkat di pucuk kepala Ethan yang sudah terlelap dalam tidurnya menjadi penutup di malam itu. Kemudian, ia menghampiri ranjang bayi Micah untuk menaruh kecupan kecil di pipi bulat si bayi sebelum keluar dari kamar tersebut. Kakinya membawa langkah turun ke lantai bawah untuk bertemu dengan Caius.

Sejak kedatangan Caius siang tadi, Alde sudah terlebih dahulu menebak jika memang ada sesuatu yang ingin Caius sampaikan kepadanya. "Caius," panggilnya usai tiba di ruang tamu kecil rumah Ethan. Kebetulan sekali, Caius sudah ada di sana seolah memang sedang menunggu kehadirannya. "Ada berita apa sampai lo harus ke sini?" tanyanya sembari duduk di sofa berdekatan Caius.

Caius yang tadi bersandar santai kini sudah duduk tegak dengan air muka serius. Ia mengerling kamar Kaine yang letaknya di lantai bawah berhampiran ruang tamu, memastikan kalau pintu kamar sang penghuni kerajaan suci itu benar tertutup rapat. "Ethan sama Micah udah tidur?" tanya Caius basa-basi, tapi dengar dari suaranya; memang ada hal serius yang ingin dikatakan.

Alde mengangguk saja, sabar menunggu ucapan yang akan meniti di bibir sang teman nanti. Semoga saja bukan karena sang ayah yang memanggilnya untuk kembali ke dunia kegelapan itu.

"Al, gue udah tau sebab kenapa kita sulit buat cari informasi tentang latar belakang Ethan selama ini." Caius menarik nafas dalam, ia memandang serius Alde di depannya. "Ethan itu punya darah kotor juga, dia selama ini dilindungi sama sosok kayak kita," ujarnya dengan suara kecil tapi jelas kedengaran. "Gue tau tentang ini tepat setelah gue pergi ke alam kematian, di sana ada roh ibunya Ethan, jiwa dia enggak dikutuk untuk disiksa, dia juga enggak diberi izin buat naik ke kerajaan atas. Ibu Ethan cuma dibiar berkeliaran di alam kematian, enggak dibenarin buat mampir ke bumi sama sekali."

Alde bungkam, wajahnya tetap datar tapi debaran kecil tak bisa berbohong kala itu. Ada apa dengan ibu Ethan? Kenapa harus menjadi roh tapi tidak dibenarkan untuk ke bumi? Sedangkan alam kematian itu tempat penyeimbangan antara kehidupan dan kematian, roh-roh yang telah meninggal akan menjalani proses kedamaian atau tujuan akhir mereka di alam tersebut. Setiap roh itu juga bisa berkeliaran ke seluruh dimensi kecuali dunia kegelapan. Jadi alasan apa yang menjadikan roh ibu Ethan terperangkap dalam alam tersebut? "Lo tegur roh ibunya?"

"Enggak." Caius menidakkan itu. "Gue mana bisa ngomong sama roh, lo lupa?" ketus Caius saat pertanyaan tak masuk akal itu dilontar kepadanya. Sudah jelas, Caius hanya ditugaskan di dunia kegelapan bukan alam kematian yang tingkatnya sedikit lebih atas dari dunia kegelapan itu. "Waktu di sana, gue gak sengaja bertatapan dengan salah satu roh di sana, dan pikiran gue langsung masuk ke memori roh itu, yang mana roh itu sendiri adalah ibu kepada Ethan. Jadi gue bisa tau tentang ini," ucap Caius panjang, menjelaskan bagaimana detik-detik ia bisa mengetahui tentang ibu Ethan.

Alde mengangguk lagi, "jadi?"

Caius diam sejenak, ia menalan liur yang seketika terasa pahit di mulut. "Hades, Al."

"Fuck." Umpatan itu langsung meluncur dari Alde saat mendengar nama yang sangat ingin ia hindari itu. Jadi ini alasannya? Alasan kenapa bibi yang menjaga Ethan waktu itu memanggilnya dan memohon untuk diambil jiwanya? Karena Ethan juga adalah anak hasil hubungan terlarang antara dewa kematian dan manusia biasa. "We doomed, fucking doomed."

"Tapi Alde, gue pikir ini jalan yang bakal bantu lo buat lepas dari ayah lo."

Alde mengangkat kepalanya, serta merta beberapa isi pikirannya saling tersambung membuat satu gambaran yang jelas, seakan-akan semua potongan teka-teki selama ini membawanya kepada satu jawaban yang mungkin bisa membantunya. "Hades," lirih Alde sambil terus memutar pekirannya. "Kita ke alam kematian, bertemu langsung sama Hades."

"Anjing?!" Caius kaget saat ucapan itu yang meluncur dari mulut Alde. "Lo serius? Sadar enggak kalo Hades ini sama aja kayak bapak lo, bahaya dan sama-sama gila," ucapnya lagi, mendengar nama Hades saja sukses membuatnya merinding ngeri, ini malah diajak untuk bertemu dengannya.

"Gue serius. Hades mungkin gak tinggal diam pas lihat gue nanti, tapi gak mungkin kan dia gatau siapa Ethan?" Alde bangun dari duduknya, sudah memantapkan kalau ia akan benaran ke alam tersebut untuk bertemu sang dewa kematian. Alde tahu, ini jalan yang bakal bantu dirinya lepas dari Lucifer dan lingkaran dunia kegelapan itu. Walau risiko ia ke sana juga cukup besar karena Hades sangat membenci sesuatu yang berkaitan dekat dengan Lucifer, terlebih lagi saat ini ia memegang status sebagai anak satu-satunya sang raja kegelapan. "Ayo."

"Sekarang banget??"

"Iya."

Alde menunggu Caius berdiri mengikutinya, saat ingin membuka langkah bersama, kehadiran Kaine masih dalam mode wanita tidak jauh di depan sana membuat keduanya terdiam. "Oohh jadi ini alasannya?" Kaine tertawa hambar sambil menatap nyalang kedua setan di depannya. "Emang bener semua fakta itu? Tentang Ethan? Ibu Ethan? Dan... Hades?" ujarnya lagi dengan serius, tungkai mungilnya dibawa mendekat ke arah Alde dan Caius.

"Gue ikut." Suara jelas Kaine saat mengatakan itu membuat Caius menggeleng keras, "enggak! Lo gak boleh ikut, alam kematian gak cocok buat makhluk kayak lo, Kaine."

"Gue tetap ikut!"

"Ethan sama Micah gimana? Lo di sini aja ya?" bujuk Caius lagi, kali ini nama Ethan dan Micah dibawa-bawa juga. Ia benaran tidak mau sosok malaikat ini ikut dalam tindakan berbahaya Alde ini. Lebih-lebih lagi alam kematian sangat buruk untuk Kaine.

"Gue udah pernah ke neraka, masa alam kematian doang gua gak bisa?" tegas Kaine, tetap memaksa untuk ikut bersama Alde dan Caius.

"Kaine," panggil Alde pula setelah lama diam di antara mereka. "Bantu gue jagain Ethan sama Micah lagi, ya?"

Kaine diam, kepalanya menggeleng kecil. "Tapi... tapi lo udah janji gak bakal tinggalin Ethan sama Micah lagi," ucapnya dengan pelan. Kaine hanya takut Alde kembali memungkiri janji seperti yang sebelumnya. "Gue gamau lo ngilang lagi, Al. Kasian Ethan sama Micah."

Caius menarik Kaine masuk ke pelukannya, kemudian melirik Alde seolah memberi sinyal untuk Alde pergi dahulu. Dan Alde menurut untuk segera beredar dari sana, meninggalkan Caius yang kembali memberi penjelasan kepada Kaine yang untungnya berakhir dengan anggukan setuju dari Kaine.

"Lo harus bawa pulang Alde ke sini lagi!" tegas Kaine kepada Caius.

Caius mengukir senyum tampan menenangkan, "iya, gue janji." Sebelum benar-benar pergi dari sana, Caius menyempatkan diri untuk mengecup cepat pipi kiri Kaine.

Ah, another lovebirds.

to be continued

devil's vow. jaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang