SIANG hari dengan angin sepoi pada hari itu ditemani keriuahan dari sebuah rumah kecil di ujung kota. Bunyi peralatan memasak yang saling bersentuhan dan suara bayi yang terus berceloteh, hingga membuat sang pengasuhnya pada hari itu kewalahan dalam menyaingi keagresifan sang bayi. Dapur yang ukurannya tidak besar itu kelihatan kacau dengan noda kotoran di mana-mana.
"ARGH MICAH! Diem gak lo di sana! Yak!"
Itu Anne, dengan celemek pink dan surai serabutan serta wajah dipenuhi beberapa noda masakannya. "Gue tuh mau bikin makan siang buat kita, jadi lo harusnya mengerti keadaan gue," keluh Anne pada Micah, si bayi polos bermata kuning keemasan yang hanya tersenyum menampilkan dua batang gigi kecilnya. "Bukannya ikut ribut sama gue di dapur!! Lo mau gue gigit ya!" ancam Anne dengan spatula yang ditunjuk tepat di muka Micah dengan ancang-ancang ingin memukul si kecil.
"Hehe... A... nne nne!" sahut Micah dengan suara bayinya.
Anne mendengus jengkel mendengar panggilan lucu itu, pertumbuhan Micah lebih cepat dari bayi biasa. Baru tujuh bulan, sudah mula mengeluarkan beberapa kalimat pendek, Micah juga sedang latihan untuk berjalan, bahkan tinggi bayi tersebut sudah seperti bayi berusia satu tahun. Benar-benar anak setan, pikir Anne.
"Gak mempan! Panggil bubbu sana!" Suruh Anne, kemudian ia membelakangi Micah yang masih mencoba untuk mendapatkan perhatian darinya.
"Hn?" Bunyi Micah dengan kepalanya yang miring kebingungan, ia kemudian bergerak merangkak ke ruang tamu dengan raut sedih kala sadar kalau Anne tidak mau berteman dengannya lagi. "Bubbu... hng bbu hue, hue!! Bubbu!" Tangis Micah pecah sambil memanggil Ethan. Mukanya sudah basah dengan hidung memerah. Dan tangisannya semakin keras saat Ethan belum juga muncul di depannya.
Sedang di situasi lain, Ethan sedang sibuk dengan beberapa lukisannya yang harus segera disiapkan sesuai tanggal yang telah dijanji oleh pihak galeri yang bakal memamerkannya dalam pameran besar bulan depan. Celemek khusus melukis miliknya sudah penuh dengan warna-wani bahan pewarna ia gunakan. "Ayo sedikit saja lagi," bisik Ethan pada dirinya.
"Hue bu... bbu! Hue huee!!" Dan suara tangisan dari Micah yang memanggilnya membuat Ethan tersentak dalam posisinya. Ia dengan gerakan kalut mengangkat dua lukisan yang telah siap untuk ditaruh pada tempat yang tidak bisa dicapai Micah. Kemudian tanpa melepas celemek kotor maupun membersihkan tangannya, Ethan segera berlari keluar kamarnya menuju lantai bawah.
"Iya bubbu datang Micah sayang," Ethan menyahut dalam langkahnya, menghampiri Micah yang setia menangis dalam duduknya. Tubuh gempal penuh isi dan lemak itu Ethan angkat dalam gendongannya, menepuk lembut punggung Micah bagi menenangkan si bayi kesayangan. "Shh, anak bubbu kenapa nangis? Somone hurting you hm?" Ethan mengecup sayang pipi basah Micah, mengusap muka bulat kemerahan Micah dengan sayang. Ah, Micah cukup tampan untuk anak seusianya.
Micah pula perlahan tenang dalam tangisnya, ia mengangkat muka untuk melihat Ethan, kemudian melempar senyum lucu kepada sang bubbu. "Nen?" minta Micah dengan suara bayinya. Ia kemudian menunduk, menggesekkan mukanya pada permukaan dada Ethan. Terus bergerak-gerak dalam gendongan Ethan meminta agar apapun yang menghalangi dada Ethan segera lepas.
"Apa?! Nen? Oh no no no!! Gak ada nen ya!" pekik Anne dari dapur, melarang keras Ethan untuk menyusui makhluk kecil dalam gendongannya itu. Setelah masakannya siap, ia segera menaruhnya di meja, kemudian melangkah cepat ke arah Ethan untuk merebut Micah dari gendongan Ethan.
"Lo lagi cape, belum bisa buat kembali menyusui Micah. Kalo dia beneran mau nen, kasi susu formula aja, itu gue udah beli buat stock tiga bulan ke depan." Beritahu Anne menegaskan setiap kalimatnya sambil memeluk erat tubuh berlemak Micah yang kini sudah berada di gendongannya agar tidak jatuh karena bayi tersebut sedang menggeliat untuk lepas darinya. "Gausah sok mau nyusuin Micah ya! Awas!" Pesan Anne lagi dengan raut galaknya.
"Anne, ini udah mau satu bulan loh Micah gak menyusu di aku. Apa gapapa?" tanya Ethan khawatir.
"Iya, gapapa. Sana, tuker pakaian lo, bersih-bersih dulu sebelum makan bareng nanti." Kemudian, Anne pun berlenggang pergi dari depan Ethan, kembali meninggalkan banyak pertanyaan di benak Ethan. Anne selalu begitu, ia tidak mau keceplosan apapun tentang dimensi lain kepada Ethan sebelum Alde sendiri yang membuka cerita tentang situasi mereka.
Namun, rasa penasaran alami seorang manusia kian tumbuh dalam diri Ethan. Ia tidak tahan lagi untuk terus diam tanpa tahu alasan di sebalik semua larangan Anne terhadap dirinya selama ini. Erhan perlu tahu semua kebenarannya.
"Anne!" Ethan mengejar langkah Anne, ia menarik lengan Anne agar menoleh kepadanya. Dan Anne tetaplah Anne, si keras kepala dengan tingkah galaknya itu, panggilan dan sentuhan dari Ethan tidak dipedulikannya. "Anne!!"
Nafas dalam ditarik lalu dihembus kasar, "gak terima apapun pertanyaan!" Tegas Anne.
"Terus sampai kapan kamu mau sembunyiin semuanya dari aku? Apa peran aku gak penting untuk Micah? Bayiku sendiri?"
Anne terdiam, seolah ditembak dengan tepat pada jantungnya. Ia menaruh Micah pada kursi bayi, mengambil piring khusus Micah yang terisi makanan khusus bayi tujuh bulan itu lalu ditaruh pada meja bayi Micah. Setelah itu, Anne dengan lembut menarik tangan Ethan untuk duduk juga di kursi makan mereka.
"Ethan... listen okay? Gue tuh gak punya hak buat cerita atau jelasin apapun ke lo, ya gue tau lo pasti bingung tentang semua kebenaran yang bakal lo terima nanti. Tapi buat sekarang, lo, gue dan Micah duduk manis aja dulu ya?" ucap Anne sabar, membujuk Ethan agar tidak terlalu memusingkan sesuatu yang entah kapan harus diungkapkan itu. "Peran lo penting banget untuk Micah karena Micah bayi lo. Jadi jangan ngerasa lo gak penting buat Micah okay?"
"Sampai kapan aku harus berada dalam situasi membingungkan ini?" desah Ethan putus asa, "kenapa hidup aku banyak sialnya? Apa aku bikin kesalahan besar di kisah hidupku yang sebelumnya?" Ethan meremas genggaman tangannya pada Anne, ia sedih. Sangat sedih. "Aku bahkan gak ngerti apapun maksud dari kalimat tersirat kamu itu. Apa ada sesuatu mara bahaya yang akan hampirin aku nanti?"
Anne kembali bungkam, dalam hati ia mengutuk habis-habisan sosok setan Alde, telah membuat manusia seindah Ethan bingung dengan takdir hidupnya bahkan tidak akan pernah lepas dari lingkaran yang dibikin Alde. "Gapapa, mau sebesar apapun mara bahaya itu, lo ada gue." Anne menarik tubuh Ethan masuk ke pelukannya. "Cewek begini, gue bisa ya motong titit para bajingan jahat. Jangan lo pandang rendah makhluk secantik seanggun Anne ini."
Kalimat vulgar Anne membawa tawa di dapur kecil itu, dengan Micah yang sudah berada dalam dunianya sendiri bersama makanannya yang kini berantakan hingga ke lantai dapur. Ugh si bayi setan!
࿂ to be continued ࿂
![](https://img.wattpad.com/cover/286472896-288-k19461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
devil's vow. jaeyong
Fantasía[ ON HOLD ] M/M | JAEYONG | FANFICTION | GREEK MYTHOLOGY | FANTASY | ROMANCE | SUPERNATURAL | MATURE + EXPLICIT | MALE PREGNANT & LACTATION ⚠️ Hidup Ethan yang sudah berantakan selama ini, semakin dibuat berantakan kala kehadiran Alde, si makhluk m...