O18 | It Hurts, Dadda.

525 66 24
                                    

KILATAN cantik berkaca-kaca dari mata Ethan sudah jelas menyatakan kalau ia masih tidak terima akan kepergian Alde ini. Kecupan dan ciuman yang terjadi sebelumnya tidak cukup baginya, sejujurnya ia tidak mau ucapan selamat tinggal atau janji akan kembali dari Alde, ia hanya mau Alde untuk tetap tinggal bersamanya di sini selamanya.

Ethan mungkin belum; sedikit malu untuk mengatakan dengan jelas kalau sebenarnya dirinya juga sudah mula mecintai sosok berstatus iblis ini, "Aldee," panggil Ethan sembari memegang jemari Alde.

Suasana hening lewat malam itu membuat suara Ethan terdengan jelas, Alde yang masih meunggu Ethan untuk melepaskannya turut merasa berat, tatapannya kian melembut melihata Ethan yang memang tidak mau mengizinkannya untuk pergi. "Gapapa, nangis aja kalau mau, jangan ditahan." Tangis Ethan langsung pecah, tubuhnya bergetar menahan isakan; takut mengganggu sang bayi yang sedang lena. Alde dengan lembut kembali merengkuh tubuh Ethan dalam dekapannya, usapan di punggung dan kepala Ethan membawa tubuhnya semakin menempel dengan Ethan.

Ethan mendongak dengan pipi basah, sial kenapa dirinya sangat cengeng belakangan ini? Seperti bukan dirinya yang sebenar. Nayanika cantiknya menelusuri setiap pahatan sempurna di depannya, Alde, Alderian nya sangat tampan dan memesona, membuatnya terpukau dan hampir tidak mau mengalihkan pandangan dari wajah Alde.

"Aldee," panggilan itu lagi, hanya nama Alde yang terus Ethan sebut dengan suara lembutnya sejak beberapa menit lalu. Alde, Alde, dan Alde. "Aldee," Ethan hanya takut jika nanti nama Alde akan sulit untuk dipanggil atau disebut karena sang empunya nama tidak ada bersamanya.

Alde sebenarnya tahu apa yang mau diungkapkan Ethan kepadanya, tapi tertahan karena pikirannya yang mula ke mana-mana membuat kalimat singkat yang sudah Ethan siapkan itu hanya terungkap di dalam hatinya saja. Senyum dan tatapan lembut Alde pamerkan, "aku juga cinta sama kamu, Ethanel." Kecupan lama hinggap di dahi Ethan, "kamu balasnya nanti aku pulang ya?" Setelahnya mulut mungil Ethan dicumbu lembut Alde.

Awalnya hanya sebatas menempel, dan detik kemudian, Alde mula bergerak di atas bibir Ethan. Menghisap dan menggigit kecil di sana hingga suara erangan Ethan kedengaran. Telapak besarnya masih betah mengusap punggung Ethan, kemudian bergerak turun merengkuh masing-masing pinggang Ethan; telapak kirinya berhenti di sana, sementara telapak kanannya bergerak menyentuh perut bawah Ethan sekaligus memberi usapan lembut di sana.

Menit setelahnya, Alde melepaskan ciuman mereka. "Tidur yang nyenyak sayang," bisik Alde sebelum memetik jarinya membuat Ethan serta merta jatuh terkulai dalam pelukannya. Usai menaruh Ethan ke ranjang, Alde tanpa membuang banyak masa lagi segera menghilang dari sana.

"Alderian Lucius!"

Seruan tegas nan lantang itu mengejutkan Alde dalam lamunan panjangnya. Ia mendongak saat menyadari sang ayah sudah masuk ke ruang utama istananya, bahkan sekarang sang Lucifer sudah melabuhkan diri di singgasana kebanggaannya. Air muka tak menyenangkan dengan aura mengerikan dari Lucifer di depan sana membuat Alde tidak gentar menghadapinya. Hari seperti ini sudah Alde rasakan akan terjadi, maka ia sudah menyiapkan diri untuk menerima segala hukuman dari ayahnya.

"Dari awal seharusnya ayah tidak mempercayai ucapan mu, Lucius." Lucifer murka, dan merasa sangat tercalar maruahnya sebagai raja iblis di dunia kegelapan saat mengetahui bahwa selama ini sang anaknya berbohong kepadanya. "Seharusnya ayah menikahkan saja kau dengan Lilithra tanpa ada persetujuan untuk mengizinkan mu ke bumi selama itu!" Lucifer bangun dari duduknya, mengibas jubah panjang dengan keras hingga membuat tirai di seluruh ruangan istana itu bergerak ribut.

Alde bungkam, ia tahu alasan utama murkanya sang ayah saat ini. Pasti tentang kehadiran Ethan dan Micah, yang tentunya Lilithra sendiri yang mebertitahu tentang kebenaran tersebut.

devil's vow. jaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang