Hai, hai ketemu lagi sama Aul.
Gimana hari-hari kalian? Semoga full happy ya.
Mau tanya, menurut kalian Jaehyun dan Rose cocok gak untuk visual Abayyuna? Apa perlu aku cari lagi?
Jangan lupa untuk selalu vote dan penuhi kolom komentar ya. Biar aku tambah semangat nulisnya.
Semoga suka sama part kali ini. Happy reading❤️❤️❤️
Chapter 05. Yuna salting.
🦋🦋🦋🦋🦋
Kini Abay dan Yuna sedang duduk bersama di soffa kamar apartemennya. Bukannya Abay tidak memiliki rumah untuk tempat tinggal mereka berdua, hanya jarak dari rumah ke kantornya itu menghabiskan banyak waktu. Jadilah, Abay memutuskan untuk tinggal di apartemen, dan Yuna manut-manut saja yang penting ia mempunyai tempat tinggal.
"Mas Abay ..." panggil Yuna yang sudah merasa bosan menonton acara televisi itu. Ia menoleh ke arah Abay yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya itu.
"Kenapa?" Suara berat dan nada dingin Abay berhasil membuat Yuna terdiam sejenak. Apalagi lelaki itu yang menunjukan wajah datarnya. Sepertinya Abay masih marah padanya karena insiden noda merah itu. Memang salah Yuna, sih.
Tapi, bukan berarti Yuna absen menganggu dan membuat Abay kesal. Perempuan itu mencolek pelan hidung mancung Abay. "Ih ketus banget jawabannya, kan Yuna udah minta maaf tadi. Masih marah, Mas?"
Kepalanya ia codongkan ke depan, sehingga bisa melihat Abay dengan jarak yang dekat. Abay yang merasa terganggu langsung mendorong pelan wajah Yuna dengan tangan kirinya itu.
"Ngambek?"
Abay menggeleng pelan. "Nggak, Yuna." Tatapan Abay masih menatap lurus ke depan, enggan menatap perempuan cerewet itu. Takutnya, ia akan gagal fokus jika menatap mata indah Yuna yang dapat menghipnotis dirinya.
"Sedikit kesal, ya?" tanya Yuna, membuat kegiatan Abay yang sedang mengetik itu terhenti.
Abay menoleh. "Kamu bisa diam dulu gak, Yuna? Saya lagi kerjain tugas kantor," lalu kembali fokus pada laptop di hadapannya itu, masih dengan ekspresi datarnya.
Yuna menghela napas pelan, lalu menyandarkan bahunya pada soffa. "Oh gitu. Yaudah kerjain aja sih. Siapa juga yang larang."
Abay yang mendengar itu membuang napasnya panjang, mencoba sabar dengan Yuna yang selalu saja berhasil membuatnya seketika emosi.
Hening cukup lama. Akhirnya, Yuna buka suara lagi.
"Yuna gak mau kuliah besok. Mas Abay ijinin kan?" Kepalanya menoleh ke arah Abay. Berharap tidak diabaikan lagi oleh lelaki itu.
Abay mengamati wajah Yuna dengan tatapan datarnya. Menunggu perempuan itu melanjutkan ucapannya.
"Perut Yuna masih sakit soalnya," adu Yuna seraya mengelus-elus perutnya yang rata. Ia berucap jujur perutnya memang terasa sakit saat ini.
Abay menaikan sebelah alisnya. "Selain sakit perut, alasan kamu apa?"
"Harus banget pakai alasan, Mas?" tanya Yuna seraya merengut kesal.
Abay tersenyum gemas melihatnya. "Harus. Kalo gak ada alasan yang kuat gak akan Mas ijinin."
"Oke. Pertama Yuna lagi berantem sama sahabat Yuna yang satu fakultas. Kedua, Yuna malu ditagih terus karena udah nunggak uang semester, boro-boro bayar, buat makan aja susah dan yang ketiga, Yuna takut ketemu mantan. Gak tau sih kenapa, tapi pokonya takut aja," jelas Yuna dengan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abayyuna: Jaerose
Подростковая литература"Saya ingin mencintai kamu secara sederhana saja, tanpa mengekang, tanpa melihat masa lalu kamu seperti apa. Menghargai, mempercayai, selalu berusaha untuk memahami, dan memastikan kebahagiaan kamu adalah yang utama bagi saya. Kamu adalah perempuan...