11. Tanda kemerahan?

19 5 1
                                    

    "Gak usah senyum-senyum muka lo jelek!” Yuna menatap Albian tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    "Gak usah senyum-senyum muka lo jelek!” Yuna menatap Albian tajam.

      Lelaki yang masih duduk diatas jok motornya itu tersenyum hingga deretan giginya terlihat jelas. "Santai ngapa. Kayaknya kesel banget sama gua. Gini-gini muka gua juga pernah lo bilang ganteng sedunia."

      Yuna tersenyum kecut. "Emang? Bercanda doang itu mah.”

      "Segitunya banget. Tapi, gapapa gua masih tetap cinta kok sama lo, mantan terindah, anjay."

      "Kalo terindah gak mungkin jadi mantan, mana ada mantan terindah, adanya mantan brengsek, mantan sialan, mantan kamvret." sewot Yuna.

      Albian menahan senyum diujung bibirnya. "Lo lucu banget, Na, lucu banget." Tangannya terangkat untuk mengacak-acak rambut Yuna gemas.

      "Dih apaan sih." Yuna langsung menepis kasar Tangan Albian, lalu mengalihkan pandangannya. "Lo mau ngapain datang kesini, Ntan?"

      Kening Albian mengerut. "Ntan? Mentang-mentang kita udah putus lo jadi lupa nama gua, Na?" tanyanya, sambil geleng-geleng kepala. "Gak sangka gua, lo jadi pikun kayak gini."

      "Ntan. Maksudnya mantan, lo kan mantan gua, mantan brengsek, lebih tepatnya."

      Bukannya marah dikataiin brengsek, Albian justru tertawa renyah. Duh, mana senyumnya manis lagi, kan kalau kayak gini terus, tameng yang sudah Yuna buat bisa roboh seketika.

      "Gua kesini mau minta maaf soal kemarin. Maaf ya karena gua cium lo. Spontan gua ngelakuinnya," jelasnya.

      Yuna mendengus. "Dah lah lupain, bikin gua muak aja."

      "Gua sekalian bawa ini untuk lo." Albian menyodorkan paper bag ke arah Yuna.

      Yuna tersenyum tipis, saat melihatnya.

      Paper bag itu adalah miliknya, dulu saat Albian pergi dari rumah dan kelaparan, mereka makan bersama, untungnya saat itu Yuna membawa bekal dan sebagai bentuk terima kasih lelaki itu, ia mencuci kotak bekal milik Yuna, mereka berdua pernah mengalami masa sulitnya bersama-sama.

      Yuna pikir alasan lelaki itu tidak kunjung mengembalikan kotak bekalnya karena sudah membuangnya, eh ternyata lelaki itu sengaja menyimpannya.

      Albian memang lelaki yang cukup baik, humoris, dan bisa membuatnya nyaman, tapi salah dua sifat yang Yuna tidak suka. Albian perhitungan dan Albian misterius tidak banyak yang Yuna tau tentang mantannya itu.

      Selain kedua itu, Albian juga jarang ada waktu untuknya, terkadang laki-laki itu menghilang begitu saja, tidak ada kabar bahkan sampai berminggu-minggu dan terakhir ia melihat Albian bersama perempuan lain, hal yang paling tidak bisa Yuna terima, per selingkuhan.

      Yuna menatap ke arah paper bag itu tanpa menerimanya.    

      "Apaan ini?"

      "Makanan kesukaan lo, nasi goreng. Lebih spesialnya lagi gua bikin sendiri, masih pagi gak ada yang jualan soalnya," jawab Albian dengan nada lembut.

      "Tapi, gua lebih suka nasi goreng abang-abang," ucap Yuna membuat Albian terkekeh kecil.

      "Di cobain aja, gak kalah enak kok. Soalnya gua minta di ajarin langsung sama tukang nasi goreng langganan kita dulu, waktu itu sehari sebelum kita putus." Dari matanya terlihat bahwa Albian berharap pemberiannya itu dapat diterima.

      Ayuna terkekeh sinis. "Kenapa lo manis gini sih setelah kita jadi mantan? Pas jadi pacar boro-boro kayak gini. Gua minta uang lima ribu, buat beli es cekek aja lo perhitungan."

      "Maaf, Ayuna. "Terlihat penyesalan dari mata Albian, tapi lelaki itu memiliki alasan untuk semua nya." Lo tetap mau kan terima makanan gua ini?"

      Yuna mengangguk, lalu menerima paper bag itu dari tangan Albian. "Gua terima. Makasih."

      Albian tersenyum dengan manis, namun tidak sengaja matanya itu menatap ke arah leher Yuna yang terlihat memiliki tanda kemerahan, karena leher Yuna yang putih, jadi bisa terlihat dengan jelas. Bukan karena gigitan nyamuk, tapi seperti gigitan ...

      "Ayuna ...." panggilnya, tanpa mengalihkan pandangannya pada tanda merah itu.

      "Ada yang mau dibicarakan lagi, Ntan?"

      Albian memicingkan matanya. "I-itu tanda merah di leher lo, apa?" tunjuk Albian ke arah leher Yuna.

      "Mana sih?"

      "Itu kissmark lo kelihatan jelas banget, anjir!"

      Kedua bola mata Yuna melotot, dengan cepat ia langsung menutupi lehernya dengan tangan kirinya itu.

      "Abis di cupang sama siapa lo, Na?" tanya Albian sedikit tidak percaya.

      Untuk kedua kalinya, Yuna menahan malu. Sungguh memalukan. Siapa yang melakukan itu padanya, atau mungkin Abay? Iya, siapa lagi jika bukan lelaki itu. Sialan.




🦋🦋🦋🦋🦋

Gimana part kali ini gaiss?

Duh, Albian sweet banget ga sih?

Jadi bingung kan mau menetapkan hati ke mana, antara Abay dan Albian saja sudah bikin aku pusing memilihnya, apalagi ditambah Adimas, nanti.

Aku ingatkan, jangan ada plagiat diantara aku dan karya ku.

Jika suka sama cerita ini, bisa promosin ke para temen kalian ya. Aku sangat berterimakasih.

Mau aku next kapan? Sudah ada di draft loh tinggal aku publish aja nih.

 

Abayyuna: JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang