16. Kambuh

309 46 8
                                    

Ruka meyakinkan dirinya sendiri bahwa hari ini ia tidak ingin bertemu dengan siapapun kecuali Wonwoo dan Seulgi. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah Wonwoo dan tinggal di sana untuk satu malam. Mencari kesempatan karena besok adalah libur, malam ini Ruka akan turun balapan dan membuat planing untuk pergi ke suatu tempat sebelum larut malam.

" Mima mau ke supermarket, kamu mau ikut sayang?" Tanya Seulgi mengusap lembut rambut Ruka.

Ruka yang sibuk dengan filmnya itu menoleh, " Boleh mi, mau aku setirin aja?" Tawar Ruka.

" Nggak perlu sayang, ayah yang akan anter kalian. Mumpung kamu nginep kamu boleh belanja sepuasnya." Ucap Wonwoo mengecup kening Ruka dengan sayang.

Ruka tersenyum senang, walau ekspresinya memencarkan kebahagiaan namun hatinya begitu terluka. Inilah yang selama ini ia harapkan dari bunda dan papanya. Ya memang Ruka tidak terlalu memperdulikan perkara perceraian kedua orang tuanya. Namun, saa beranjak dewasa Ruka sadar bahwa perpisahan mereka telah melukai banyak pihak termasuk dirinya.

Rasa kesepian, iri, dan kesedihan tak luput menemani hari - hari Ruka selama ini. Untung saja ia memiliki Wonwoo, Seulgi, dan Minji yang bisa saling menguatkan.

" Sayang...kok ngelamun?" Tanya Seulgi.

Ruka tersadar, " Ohh enggak kok mi, yaudah aku ke atas dulu ya siap - siap." Ucap Ruka melesat pergi menuju kamarnya.

" Jangan lari - lari sayang!!" Seru Wonwoo tak habis pikir.










































Sesampainya di mall Ruka berbelanja banyak sekali barang baik dari pilihannya maupun pilihan Wonwoo dan Seulgi. Emang pernah Ruka begini sama papanya? Untuk saat ini memang masih belum bisa kita harapkan.

Selesai berbelanja baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan untuk kesenangan, ketiganya memutuskan untuk mampir di sebuah restoran Jawa tempat favorit ayah Wonwoo.

" Ayah itu dari jawa jadi sukanya makanan - makanan lokal begini sayang. Kalau di suruh ke restoran Jepang ayahmah kurang tawar, bumbunya itulo kurang Indonesia." Ucap Wonwoo.

" Ya iyalah yah, orang namanya masakan Jepang." Ucap Ruka tertawa.

Tak lama pesanan mereka datang,
" Nanti malem aku mau turun balapan. Ayah sama mima jangan ngasih tau Minji ya. Taruhan kali ini besar dan lawannya juga lumayan, aku nggak mau Minji ikut turun takut dia kenapa - napa." Ucap Ruka.

Wonwoo menghentikan kegiatan makannya, " Kamu khawatirin Minji tapi kamu sendiri? Sayang, memang ayah sama mima nggak ada hak penuh buat larang - larang kamu buat balapan. Tapi, ini terlalu berbahaya sayang." Ucap Wonwoo.

Ruka menghela nafas, " Ayah, kita udah pernah bahas ini sebelumnya. Ayolah tabungan aku kurang setengah buat beli rumah masa kecilku lagi. Aku bisa hasilin uang banyak juga karena balapan ini. Aku selalu hati - hati kok, aku janji berangkat dan pulang dengan selamat. Ayah sama mima cukup doain aku aja." Ucap Ruka meyakinkan.

Baik Seulgi maupun Wonwoo hanya bisa terdiam, putrinya ini memang benar - benar keras kepala. Tanpa sepengetahuan Ruka dan Minji, diam - diam keduanya selalu mengirimkan pengawal untuk menjaga dan mengawasi si kembar saat turun balapan. Seperti anak kandung sendiri, keduanya benar - benar mengkhawatirkan si kembar yang sering menginjakkan kaki di arena balapan itu.

" Yaudah iya, tapi kamu harus janji kabarin ayah ataupun mima kalau ada apa - apa, oke?" Ucap Wonwoo.

Ruka dengan senyumnya mengembang mengangguk yakin, " Siapp ayahhh!!" Semangatnya.







































Blooming Flower [Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang