BAB 5. MENGINAP

58 3 0
                                    

Malam semakin larut. Hembusan angin malam pun semakin dingin menusuk kulit. Sepertinya september kali ini benar - benar mampu membuat Kiet betah di penginapan milik Ibunya itu.

Seperti biasa, ketika dirinya tidak bisa tidur malam karena insomnia nya kambuh lagi, dia memilih bersantai di balkon kamarnya sembari menikmati teh hangat.

Meski dirinya tidak pernah memiliki kekasih, Jarang bermain dengan teman - temannya, namun tidak sekali pun dia merasa kesepian.

Karena memang dirinya tidak pernah memiliki tujuan akhir dari perjalanan kisah.

Mungkin karena rasa sakit dan kecewa yang terlanjur tercipta karena Ayahnya, membuatnya menutup hati untuk selama - lamanya. Dia tidak percaya akan adanya cinta dan kesetiaan.

Kiet adalah wanita yang memiliki dunianya sendiri. Dimana dirinya lebih banyak menghabiskan waktu dengan berbagai hobinya.

Seperti hari ini, dia ke pusat pelatihan menembak dan kembali melatih keahliannya itu bersama adik kelasnya yang juga ikut olimpiade bersamanya semasa mereka SMA.

Dan malam ini pun dirinya mengasah ke keahliannya membuat sketsa bunga yang di hinggapi kupu - kupu yang indah.

Dia memilih sketsa bunga mawar hitam. Dan menggambarkan seolah itu adalah dirinya.

Jangan di tanya kenapa wanita secantik dia yang hampir mendekati kesempurnaan yang hakiki itu masih sendiri di usianya yang kini sudah menginjak 27 tahun.

Semua itu sudah pasti karena Kiet tidak pernah jatuh cinta pada siapapun. Pernah dirinya mencoba membuka hati, namun pada akhirnya dia tidak menemukan kenyamanan di dalamnya.

Hingga dia kembali menutup diri pada siapapun. Meski bukan hanya dua tiga pria yang datang untuk memintanya menjadi kekasih.

Kiet merasa tidak bisa menemukan cinta pada siapapun. Merasa tidak ada yang pantas mendapatkan hatinya. Karena sejauh ini, dia tidak pernah merasakan seperti apa rasanya mencintai seseorang.

**

Tanpa terasa, malam kian larut. Jam yang bergelantung di dinding sudah menunjukkan pukul 01.40 malam.

Namun tak sedikit pun rasa kantuk menyerangnya.

Kiet menyudahi kegiatan melukisnya dan beranjak ke tepi balkon. Menikmati pemandangan malam sejauh mata memandang.

Sedetik kemudian, Kiet melihat lampu kamar dari kamar penginapan di seberang taman, menyala.

Dia ingat bahwa kamar tersebut adalah kamar Yonna. Gadis cantik perawakan ramping yang sore tadi sedang bersamanya.

Dari atas balkon, Kiet hanya diam mengamati. Sedetik kemudian lampu kamar itu kembali dimatikan penghuninya.

Mungkin kembali melanjutkan istirahatnya sebab malam sudah semakin larut pikir Kiet.

Ketika Kiet memutar badannya berniat ingin kembali ke dalam kamarnya, ekor matanya tak sengaja menangkap bayangan seseorang melintasi halamanan depan penginapan.

Dengan rasa ingin tahu, Kiet menajamkan penglihatannya di tengah remang - remang lampu taman.

" Yonna? " Gumam Kiet ketika matanya melihat dengan jelas siapa sosok yang berhasil di tangkap oleh penglihatannya itu.

Entah kenapa hatinya tiba - tiba di liputi rasa khawatir. Di tengah malam yang sunyi seperti itu, Yonna keluar dari penginapan seorang diri. Bagaimana jika seseorang menjahatinya?

Bergegas Kiet keluar dari kamarnya menuruni anak tangga dengan tergesa - gesa. Berharap Yonna belum pergi jauh dari tempat itu.

Namun saat membuka pintu depan, Kiet terkejut bersamaan dengan Yonna yang sedang berdiri di depan pintu.

" Ahhk. " Pekik gadis itu tersentak.

Rupanya Yonna sejak tadi ingin mengetuk pintu, namun selalu dia urungkan karena takut membuat Kiet marah.

Hingga ketika dia ingin kembali ke penginapannya, tiba - tiba pintu terbuka dan menampakkan wajah Kiet.

Yonna hanya bisa diam tanpa berani menatap wajah Kiet. Dia takut jikalau kedatangannya menimbulkan ketidak nyamanan dan membuat Kiet memarahinya.

" Ada apa? Apa ada masalah? " Tanya Kiet dengan rasa yang ingin tahu.

Yonna menggeleng pelan. Sesekali matanya melirik menatap wajah Kiet dengan ragu.

Seperti biasa, sikap Kiet kembali tampak dingin. Tapi hatinya masih di liputi rasa khawatir.

" Saya hanya tak bisa tidur. " Jawab Yonna.

" Kenapa? Apa masalahnya? " Tanya Kiet lagi masih dengan sikap dinginnya.

" Saya, saya, "

" Masuklah, bicara di dalam. " Ucap Kiet memotong ucapan Yonna.

Dengan cepat Yonna menegakkan kepalanya yang menunduk, menatap ragu wajah Kiet yang menyuruhnya masuk.

Kiet menggeser tubuhnya memberi jalan untuk Yonna masuk ke dalam ruang tamu.

Dengan perasaan yang masih ragu, Yonna mencoba masuk ke dalam dengan sesekali melirik ke arah Kiet. Yang kini duduk di sofa tunggal setelah mengunci pintu masuk.

" Duduklah." Titah Kiet menatap Yonna dengan tatapan datar.

Yonna pun menurut. Sesekali matanya melirik mengitari ruangan yang cukup luas dan bernuansa korean style itu.

Di mana salah satu dekorasi di ruangan itu penuh dengan photo kenangan.

Lama Kiet mengamati gerak gerik Yonna dengan diam. Hingga dia berdehem membuat Yonna tersentak menatap Kiet.

" Ini sudah larut. " Ucap Kiet memulai percakapan.

Yonna menatap ragu wajah Kiet. Bingung harus mengatakan apa.

" Bicaralah. Saya tidak mungkin menemani anda disini semalaman. " Ucap Kiet dengan wajah datar.

" Ah maaf. Saya, saya tidak bermaksud mengganggu anda malam - malam begini. " Ucap Yonna gugup.

Yonna menjeda ucapannya. Sembari mengamati reaksi Kiet sebelum melanjutkan.

" Saya takut tidur sendirian. Meski di penginapan ini ada penjaga, tapi kejadian beberapa hari lalu di tambah sore tadi sungguh membuat saya tidak bisa tidur. " Ucap Yonna dengan mata memerah seakan menahan sesuatu di hatinya.

Membuat Kiet menjadi tidak tega jika harus menyuruhnya pergi dari tempatnya, kembali ke penginapan di gedung sebelah.

" Terus apa yang anda mau? " Tanya Kiet menanggapi.

" Izinkan saya menginap disini. Saya tahu saya sudah lancang. Tapi saya benar - benar sedang takut saat ini. Saya janji tidak akan mengganggu istirahat anda. "

" Dan besok pagi sekali, saya akan pergi dari sini. Saya mau kembali ke rumah saya. " Ucap Yonna setengah memohon ke murahan hati Kiet.

Kilat mata Yonna dan suaranya yang terdengar bergetar, membuat Kiet menjadi tidak tega. Hingga tanpa pikir panjang lagi, Kiet berdiri dari duduknya dan meminta Yonna mengikutinya.

Kiet yang tidak peduli urusan orang lain, Kiet yang cuek, Kiet yang dingin, bisa tsundere juga.

Dengan hati bahagia, Yonna mengekor di belakang Kiet sudah seperti anak ayam yang takut di tinggal induknya.

Tiba di lantai dua, Kiet memilih kamar di samping kamarnya untuk Yonna. Sebab melihat rasa takut Yonna bukan pura - pura, Kiet tidak tega membiarkan Yonna tidur di kamar lantai utama sendirian.

" Ini kamarnya. Istirahatlah. Jika ada apa - apa, saya ada di kamar sebelah. " Ucap Kiet menatap wajah Yonna sembari menunjuk ke arah kamarnya.

" Iya, terima kasih sebelumnya. Maaf sudah merepotkan. " Ucap Yonna tulus.

Melihat senyum manis gadis itu, membuat Kiet salah tingkah.

Dengan gegas ia berjalan menuju kamarnya tanpa menjawab ucapan Yonna.

Sedangkan Yonna hanya bisa menarik nafas panjang melihat sikap cuek Kiet, kemudian membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya.

" Cantik sekali kamar ini. " Gumamnya mengamati isi kamar itu dengan hati ceria.

𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang