BAB 7. PERASAAN YANG BERBEDA

44 4 0
                                    

Dengan perasaan lega, Kiet mengembuskan nafas beratnya menatap ke sembarang arah guna menghindari agar perasaan senangnya tidak nampak oleh Yonna.

Setelah ia mendapatkan kembali ketenangannya, dengan langkah pelan, Kiet berjalan menuju ke arah Yonna berada.

Yonna hanya bisa membeku di tempatnya saat di hampiri oleh wanita elegan itu. Buku yang berada di genggamannya semakin dia dekap dengan erat.

Sebagai penyaluran rasa gugupnya yang tiba - tiba datang. Yonna bingung harus bereaksi apa saat ini.

" Bisa ikut ke ruangan saya? " Tanya Kiet dengan tatapan lurus ke arah gadis itu.

" Hah? " Tanya Yonna tak mengerti arah ucapan Kiet. Pikirannya tiba - tiba tidak fokus.

" Ikuti saya. " Ucap Kiet berlalu. Tak peduli Yonna mendengarnya atau tidak.

Yonna  mengikuti Kiet dari belakang meski dia masih bingung ruangan apa dan dimana yang di maksud Kiet. Sebab Yonna sendiri tidak tahu bahwa Kiet adalah salah satu dosen di kampus itu.

Setibanya di depan salah satu pintu ruangan dosen, Kiet memutar badannya menghadap Yonna yang tepat berada di belakangnya.

" Masuklah. " Ucap Kiet menunjuk pintu ruangannya.

Yonna menatap pintu itu dengan bingung.

" Ini ruangan saya." Tuturnya seolah mengerti kebingungan Yonna.

" Ibu,  dosen di universitas ini? " Tanya Yonna ragu.

Mendengar kata Ibu, hati Kiet mendadak jadi kesal. Apakah dia setua itu di mata Yonna? Hah sungguh menjengkelkan. Dengan reflek, Kiet menyentil jidat Yonna cukup keras.

" Aww." Yonna tersentak kesakitan.

Dengan cemberut Yonna memutar handle pintu dan masuk dengan perasaan kesal.

Kiet menyaksikan tingkah Yonna dari tempatnya berdiri. Bahkan wajah cemberut Yonna sempat menggelitik hatinya. Wajah imut yang terlihat lucu jika sedang merajuk seperti itu.

" Hah? Sejak kapan perasaan ini memuji seorang gadis seperti ini? Ah TIDAK. " Protesnya dalam hati.

" Kapan mobilnya di ambil? " Tanya Kiet setelah mereka berada di dakam ruangannya.

Yonna menoleh ke arah Kiet yang sedang berdiri di sampingnya.

" Nanti biar sopir Daddy saya yang ngambil kesana. Maaf sudah merepotkan. Biayanya nanti saya kembalikan. 'Ucap Yonna menanggapi dengan sopan.

" Tidak masalah. Saya cuma memastikan saja kapan mobilnya di ambil. Pekerja di penginapan tidak bisa menjamin jika terlalu lama di titipkan di sana. " Ucap Kiet yang sedikit melebih - lebihkan.

" Oh begitu. Maaf sekali lagi karena sudah banyak merepotkan. " Ucap Yonna tulus.

Kiet menatap wajah gadis itu dengan perasaan nyaman. Entah sejak kapan dia memiliki perasaan itu.

" Apakah kamu pulang menggunakan kendaraan umum? " Akhirnya rasa ingin tahu itu keluar juga dari bibirnya.

Padahal ini bukan dirinya yang sesungguhnya. Kiet sendiri semakin bingung kenapa dia bisa memiliki rasa peduli pada gadis yang bukan siapa - siapa dalam hidupnya.

Yonna menatap wajah Kiet dengan diam. Ada kenyamanan dan rasa aman yang tumbuh di hatinya jika Kiet kembali memberinya perhatian seperti ini.

" Saya di jemput supir Daddy. " Jawab Yonna tersenyum.

Blussh..
Wajah Kiet memerah melihat gadis itu tersenyum manis menatapnya.

" Oh " Singkat Kiet mengangguk.

" Boleh saya bertanya? " Tanya Yonna menatap serius wajah Kiet.

Kiet mengangguk. Namun penuh antisipasi.

" Apakah Ibu salah satu dosen disini? Dan ini ruangan Ibu kah? " Tanya Yonna meminta jawaban dari rasa penasarannya sejak tadi.

Sudah terhitung tiga kali Yonna menyebutnya Ibu. Kiet menjadi kesal di buatnya. Dengan pelan Kiet menghampiri Yonna.

" Aww. Sakit. " Rengek Yonna mengelus jidatnya yang di sentil oleh Kiet.

" Apa saya setua itu sampai kamu memanggil saya Ibu? " Tanya Kiet dengan jengkelnya.

Mendengar ucapan Kiet, Yonna spontan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

" Iya, benar. Anda tidak tua seperti Mami . He." Ujarnya memperlihatkan deretan gigi rapihnya.

**

Di tempat lain, tepatnya di butik nyonya Yasmin,  Jakrayan kembali berkunjung dengan alasan kebetulan ada urusan pekerjaan yang tidak jauh dari daerah itu.

Sehingga tidak ada salahnya dia mampir sebentar sekedar silaturahmi.

Padahal yang sebenarnya dia ingin mengulik informasi keberadaan Kiet saat ini. Sebab ini sudah dua minggu lamanya sejak kunjungannya ke rumah orang tua Kiet, tapi belum sekali pun dia mendapat informasi dimana wanita itu berada.

Sepertinya perasaan seseorang yang sedang kasmaran, selalu bisa mendapatkan ide konyol hanya karena ingin berjumpa.

" Kiet tidak pernah kesini tan? " Tanya Jakrayan yang sudah mengubah panggilannya dari Nyonya menjadi tante.

" Dia jarang kesini. Itu pun jika ada keperluan saja. " Jawab Nyonya Yasmin apa adanya.

" Oh begitu. Kiet sibuk barangkali di kantor Om Joy. ' Ucap Jakrayan memancing.

" Kiet tidak kerja di sana. Dia lebih senang dengan pekerjaannya yang sekarang. " Ucap Nyonya Yasmin tersenyum cerah.

Membayangkan anak gadisnya itu yang selalu membuatnya bangga.

Berbeda dengan Jakrayan, dia terlihat kaget mendengar ucapan Nyonya Yasmin tersebut.

" Jadi Kiet tidak di kantor?" Tanya Jakrayan memastikan sekali lagi dan gelengan kepala Nyonya Yasmin jawabannya.

" Saya pikir Kiet membantu Om Joy menjakankan bisnisnya mengingat Kiet adalah anak satu - satunya. " Ujarnya masih belum percaya.

" Tidak. Dia lebih senang dengan dunianya. Dan kami tidak keberatan selama dia nyaman menjalani pilihannya." Ujarnya pada Jakrayan.

" Apakah Kiet ada di rumah saat ini? " Jakrayan sungguh di buat sangat penasaran.

Seperti apa kepribadian Kiet sebenarnya.

" Dia sudah pulang dari liburannya. Tapi tetap saja dia jarang di rumah. Saya juga belum menghubunginya, jadi saya tidak tahu dimana dia jam begini." Jawab Nyonya Yasmin yang sengaja tidak mengatakan apa pekerjaan Kiet saat ini.

Jakrayan masih belum puas dan masih ingin bertanya untuk menuntaskan semua informasi tentang Kiet.

Namun beruntung salah satu pegawai butik datang memberi tahu Nyonya Yasmin bahwa dia kedatangan pelanggan yang memesan gaun pengantin.

Sehingga dia memiliki alasan untuk menghindari pembahasan tentang anaknya pada Jakrayan.

Nyonya Yasmin tidak ingin Jakrayan terus mencari tahu tentang Kiet apalagi mendekatinya melalui dia dan suaminya.

Sebab mereka tahu bagaimana marahnya Kiet waktu dulu mereka jodohkan dengan anak teman mereka.

Bahkan pada saat itu, Kiet sempat pergi tanpa kabar berita selama sebulan. Jika saja kerabatnya tidak menemukan Keberadaan Kiet pada saat itu, entah mereka bisa bersama lagi seperti saat ini atau tidak.

Dan karena itu, Nyonya Yasmin tidak ingin mengusik kenyamanan sang anak. Biarlah Kiet memilih jalan hidupnya sendiri dengan siapa lelaki pilihannya.

Bukankah Kiet sudah cukup dewasa untuk sekedar bertanggung jawab atas pilihannya. Tentang jalan hidup yang dia pilih. Begitulah yang ada di dalam benak Nyonya Yasmin.

***

" Apa saya boleh menumpang pulang? " Yonna ragu namun hatinya sangat berharap.

Kiet hanya menatap wajah Yonna dengan tatapan dingin tanpa berniat menjawab. Membuat Yonna menggerutu dalam hati.  Dan

" Apakah? "

𝘽𝙍𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang