BAB 12. SESAL

32 3 0
                                    

Sebelum seseorang pergi, tidak akan kita sadari betapa berartinya dia dalam hidup kita.

Sebelum seseorang memilih diam dan tidak lagi mengejar seperti biasa, tidak akan ada yang tahu bagaimana rasanya sepi.

Selalu memberi kita pelajaran tentang bagaimana menahan ego dan menyederhanakan masalah agar tidak menimbulkan kekecewaan yang lebih besar.

Karena tidak semua penyesalan layak mendapatkan kesempatan.

Seperti halnya hari ini, Liam baru menyadari bahwa betapa berartinya Yonna dalam hidupnya.

Penyesalan perlahan mulai datang menggerogoti hati dan pikirannya. Bayangan wajah manis Yonna, senyum indahnya, serta suara manjanya, semua menjadi satu dalam kerinduan.

Liam menghirup oksigen dalam - dalam lalu menghempaskannya dengan kasar.

Memorinya berputar kembali ke masa di mana dengan teganya ia berbuat kasar pada gadis itu yang seharusnya tak perlu ia lakukan. Hingga membuat gadis cantik itu memilih pergi. Menyisahkan penyesalan yang tak berarti.

Flashback On

" Tapi mem, saya sudah revisi loh mem. " Keluh Liam frustasi.

Merasa mahasiswanya yang keras kepala itu tidak mengerti apa yang menjadi penyebab tugas akhirnya selalu di revisi, membuat Kiet tersulut. Namun kemudian ia menekan lagi rasa sabarnya.

" Okey. Sekarang saya tanya. Berapa lama kamu  belajar di fakultas ini? " Tanya Kiet menatap Liam dengan serius.

" Sudah empat tahun lah. " Jawab Liam kesal melupakan kesopanannya.

" Apa saja yang kamu pelajari selama empat tahun ini? " Ucap Kiet masih dengan tatapan yang sama.

Liam terlihat semakin kesal. Liam merasa Kiet memiliki dendam padanya dan sengaja mempersulit tugasnya.

" Sekarang saya tanya lagi. Apa yang kamu ketahui tentang pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap besarnya nilai perusahaan. " Tanya Kiet yang membuat Liam diam membisu.

Kiet tidak dapat menangkap dengan jelas, apakah Liam paham dan merenungi atau tidak sama sekali sehingga sulit untuk menjawab.

" Lihatlah judul dan isi dalam bab nya. Semua tidak sinkron." Imbuhnya lagi menunjuk dengan mata pada beberapa lembar kertas yang berada di tangan mahasiswanya itu.

Sekali lagi Liam terdiam. Kali ini dia merasa malu karena merasa bodoh dalam hal ini.

Otaknya tiba - tiba blank saat itu juga. Melihat reaksi diam Liam, Kiet menghempaskan nafas kasarnya seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerja.

" Jika seperti ini, Lebih baik kamu ubah judulnya. Gunakan judul Penerapan Digital Marketing di social media sebagai strategi komunikasi pemasaran. "

" Menerapkan ilmu sambil berpikir bijak bagaimana menggunakan media yang bermanfaat bagi semua pihak." Ucap Kiet sedikit menyindir.

Liam merasa tertampar kali ini. Dia sungguh merasa seperti tidak berilmu di depan Kiet. Belum juga kesombongan yang selalu dia banggakan, menjatuhkan Yonna di sosial medianya dan beberapa wanita yang pernah dekat dengannya seolah di singgung dengan sengaja.

Selama ini Liam menggunakan sosial medianya dengan jumlah pengikut yang besar hanya untuk memamerkan kekayaan dan kesombongannya. Seolah dia adalah pria terkeren.

" Saya harap Mem bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi. " Ucap Liam tersulut.

" Loh. Bagian mana saya membahas urusan pribadi? " Ucap Kiet mengerutkan dahinya.

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang