BAB 16. RAYUAN YONA

36 4 0
                                    

Malam kian larut. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

Di atas ranjang yang empuk ada dua insan yang sedang terlelap di ranjang yang sama, mengarungi dunia mimpi mereka masing - masing.

Seketika Kiet tersentak di alam sadarnya ketika mendengar suara tangisan seorang wanita di sisi kanannya. Kiet hampir lupa bahwa dia tidak tidur sendirian seperti malam - malam sebelumnya.

Saat dalam kondisi setengah sadar karena kantuk yang masih melekat, ia menoleh ke arah sumber suara. Seketika ingatannya mulai kembali saat melihat wajah yang tak asing. Kiet bangun dari berbaring lalu duduk sembari mengusap wajahnya.

Beberapa detik kemudian, Yonna kembali mengigau. Entah apa isi mimpinya hingga dia terlihat begitu sedih dan gelisah secara bersamaan.

Melihat air mata yang mengalir dari sudut mata Yonna, Kiet bingung kenapa dirinya merasakan nyeri di hatinya. Seolah dia ikut masuk ke dalam kesedihan gadis cantik itu.

Dengan pelan dia mengulurkan tangannya menghapus jejak air mata gadis itu hingga beberapa kali. Namun Yonna justru semakin terisak.

" Yonna. Yoo? Kamu kenapa? " Kiet mencoba membangunkan Yonna dari mimpi buruknya dengan sedikit menggoyangkan lengannya.

" Hiks kak Kiet. " Panggil Yonna masih dengan tangisnya ketika Kiet berhasil membangunkannya.

Karena perasaan sedih yang begitu dalam, Yonna bangun dan langsung memeluk Kiet begitu posesif. Tentu saja tindakan Yonna tersebut membuat Kiet tercengang.

Perlahan tangan Kiet terangkat. Mengelus lengan Yonna ketika tangisnya tak jua reda. Kiet tidak tahu apa yang di mimpikan gadis itu.

Setelah beberapa saat lamanya, Yonna melerai pelukannya ketika ia mulai merasa tenang.

Kiet menatap ke arah mata indahnya.

" Ayo tidur lagi." Ucap Kiet lembut.

Yonna tak lantas menjawab. Namun ia menuruti pinta Kiet dengan perlahan. Begitupun dengan Kiet. Dia kembali melanjutkan tidurnya dengan posisi menghadap ke langit-langit kamar. Begitu pun Yonna.

" Kak Kiet. " Panggil Yonna pelan

" Mmmm.? " Jawab Kiet tanpa membuka mata karena kantuk mulai menyerang.

" Apakah kak Kiet pernah merasa kesepian? " Tanya Yonna yang berhasil mengusik perasaan Kiet di tengah kantuknya.

" Kenapa kamu bertanya soal itu? " Tanya Kiet mencoba menanggapi.

" Aku hanya ingin tau. Sebab aku lihat kak Kiet tidak sedang dekat dengan siapapun, juga tidak sedang tinggal bersama orang tua. Juga tiap hari begitu sibuk bekerja. " Ucap Yonna melirik ke arah Kiet.

" Saya tidak tau. Saya tidak begitu memikirkan soal itu. " Jawab Kiet pelan.

" Akhir - akhir ini aku selalu ingin bersama kak Kiet, seperti halnya malam ini, apakah kak Kiet tidak dapat merasakan perbedaannya?" Tanya Yonna lagi.

Ucapan gadis itu cukup mengusik.

" Saya merasa terganggu. Itulah perbedaan yang saya rasakan. " Ucap Kiet sekenanya.

Meski sebenarnya hatinya tak demikian. Bibirnya mengatakan itu tapi hatinya justru merasa nyaman dengan kehadiran Yonna. Bahkan saat ini saja, jantungnya terasa tidak aman.

Sementara itu, Yonna yang merasa bahwa Kiet terus membangun benteng yang kokoh dan tinggi untuknya, hanya bisa menekan perasaannya lebih dalam.

" Jika kak Kiet tidak bisa menerima aku yang ingin masuk ke dalam hati kak Kiet, itu adalah hak penuh kak Kiet. " Tuturnya menatap Kiet dari samping.

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang