BAB 14. MENGHINDAR

33 4 0
                                    

Di tengah dinginnya malam, Kiet melajukan kendaraannya membela hiruk pikuk jalanan ibu kota.

Hatinya terasa aneh saat berada di samping Yonna setelah mendengar pengakuan cinta dari gadis cantik itu. Yang sebelumnya tidak terpikir olehnya.

Sesekali dia mencoba melirik ke arah gadis itu lewat ekor matanya sembari terus menjaga fokusnya dalam berkendara.

Suasana di dalam mobil begitu hening. Tidak ada di antara keduanya yang mencoba memulai obrolan.

Mereka terlalu larut dalam pikiran mereka masing - masing. Hingga pada saat mereka sampai di depan kediaman Yonna pun, Kiet hanya menatap ke arah Yonna tanpa sepatah kata. Hanya menunggu gadis itu turun dari mobil.

" Kak Kiet boleh menolak ku hari ini. Tapi aku akan terus memperbaiki diri sampai aku menjadi orang yang kak Kiet inginkan. Aku bertekad untuk berjuang." Ucap Yonna tanpa menatap ke arah Kiet.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Yonna bergegas turun dari mobil dan masuk halaman  rumahnya seolah tak peduli apapun.

Jangan di tanya soal Kiet. Karena saat ini dia sedang berusaha menenangkan perasaannya yang terus bergejolak karena ucapan Yonna yang terus mendominasinya.

Semenit kemudian setelah perasaannya tenang, ia meninggalkan tempat itu dengan segera.

**

Dua hari berlalu. Kiet maupun Yonna tidak sekali pun mereka bertemu lagi setelah kejadian malam itu.

Meski Kiet menolak, namun dia tetap memikirkannya. Ada rindu di hatinya.

Sampai pada saat menjelang sore ketika sepulang dari kampus, Kiet yang sedang asik menikmati acara tv, di kagetkan dengan suara dering ponsel yang tergeletak begitu saja di atas meja sofa di depannya.

Kedua keningnya bertaut saat melihat nomor asing di layar ponselnya sedang memanggil. Dengan perasaan ragu, Kiet menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.

Saat mendengar suara seseorang yang terdengar begitu panik di seberang sana, Kiet menjadi semakin bingung siapa yang menghubunginya itu.

" Hah? Apa yang terjadi? " Tanya Kiet memastikan apa yang dia dengar.

" Dimana? " Tanyanya memastikan.

" Baik, saya akan segera kesana."  Ucap Kiet lalu berlari terburu - buru menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Tak butuh waktu lama, Kiet pun turun dari kamarnya lalu berlari cepat menuju mobilnya dan bergegas pergi dari rumahnya.

Sepanjang jalan, Kiet menjadi seseorang yang tidak sabaran yàng  ingin segera sampai di tempat tujuannya. Terlebih jalanan kali ini sedikit macet. Bibirnya pun tak henti - hentinya  menggerutu.

***

" Kiet. " Panggil Jakrayan dengan nada sedikit tinggi agar Kiet yang berada di ujung koridor mendengar suaranya.

Segera Kiet berjalan menghampiri dengan tatapan penuh tanda tanya, sekaligus panik menjadi satu.

" Dia baik - baik saja. Tidak ada luka yang serius. Dia hanya shock. " Jelas Jakrayan menatap wajah Kiet.

Melihat tatapan Kiet, Jakrayan tahu betul isi benaknya. Jakrayan menunjukan senyum terindahnya, karena berhasil membuat Kiet terkejut.

Tak hanya soal profesinya yang seperti Kiet lihat saat ini dengan stetoskop bertengger di bahunya, tapi juga soal kenapa dia bisa tahu bahwa kedatangannya tidak lain karena Yonna.

Flashback On

Sore ini ibu kota cukup terasa sejuk setelah siang tadi di guyur hujan yang cukup lebat.

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang