BAB 27. PELUKAN SANG IBU

34 1 0
                                    

Kiet terkejut tatkala Yonna menyapa seorang wanita cantik yang hampir sebaya dengan Ibunya sedang tidak jauh dari mereka berada.

Kiet menatap keduanya secara bergantian dengan kikuk. Bingung harus apa. Lidahnya seolah kelu. Di antara mau menyapa atau pura - pura tidak mendengar.

" Mami lagi apa disini? " Tanya Yonna menatap sang Ibu lalu melirik ke arah Kiet.

Yonna khawatir Kiet merasa tidak nyaman dengan kedatangan sang Ibu.

" Mami hanya mampir sebentar. Kebetulan mami ada urusan di sekitar sini. Sudah lama Mami tidak lagi mengantar anak Mami ini seperti dulu. Kangen rasanya. " Ujar Maminya menoleh ke penjuru universitas.

Yonna melirik ke arah Kiet. Dia pun bingung apakah harus mengenalkan Kiet pada sang Ibu atau bersikap santai seolah mereka tidak dekat satu sama lain.

Namun rupanya gerak geriknya terlanjur di sadari oleh sang Ibu.

" Siapa? Kenapa tidak di kenalkan pada Mami? " Ujar Maminya melirik keduanya secara bergantian.

Yonna tersenyum.

" Mami, ini Kiet Samorn. Dosen di universitas ini. Dia juga teman Yonna." Ucap Yonna memperkenalkan Kiet dengan bangga.

Kiet mengamati ekspresi Yonna yang terlihat ceria mengenalkan dirinya pada sang Ibu tanpa rasa takut.

" Oh begitu. Ya ampun, ternyata gadis cantik ini adalah dosen disini. Senang berkenalan dengan anda. " Ucap Maminya Yonna menatap Kiet dengan senyum.

Kiet menyambut dengan ramah.

" Samorn." Gumam Maminya Yonna seperti teringat sesuatu.

Kiet tahu apa yang ada di benak Mami kekasihnya itu saat menyebut nama keluarganya. Namun Kiet berpura - pura tidak mendengar.

" Ah saya ingat sekarang. Nak Kiet ini anak dari tuan Joy Samorn? Pemilik PT Sinrainra Sigma? " Tanya Maminya Yonna dengan tatapan serius.

" Perusahaan periklanan terbesar itu? " Timpal Yonna terkejut.

Kiet menatap Ibu dan anak itu secara bergantian. Menarik nafas dalam, lalu menghempasnya dengan berat.

" Iya. " Jawab Kiet mengangguk.

" Wahhh keren. Tidak salah aku mengejar kak Kiet. Ternyata kak Kiet adalah seorang Nona besar. " Ucap Yonna girang.

Membuat Kiet langsung menatapnya dengan kode agar tidak mengatakan hal - hal yang membuat Ibunya curiga. Beruntung Yonna segera peka.

" Maksudnya apa Yonna? " Tanya sang Ibu bingung.

" Hee. Itu Mi, Yonna senang mempunyai teman seperti kak Kiet begitu Mi. Selain dosen, kak Kiet juga ternyata seorang nona besar Hee. " Ujar Yonna berdalih.

Maminya tersenyum menanggapi Yonna. Lalu kembali fokus pada Kiet.

" Yonna memang seperti itu orangnya. Maklum, masih kecil, belum dewasa." Ujar Maminya tersenyum.

" Enak saja. Yonna sudah dewasa Mami. Yonna sudah jadi mahasiswa. Bahkan sebentar lagi lulus. " Ujarnya tak terima.

Kiet maupun Maminya hanya tertawa mendengar protes dari Yonna. Sejenak Kiet bisa merasakan hubungan hangat antara Yonna dan Maminya.

Kiet beruntung dia juga memiliki hubungan yang sama hangatnya dengan sang Ibu. Oleh sebab itu, dia tidak iri melihat interaksi keduanya.

Dia tersenyum senang karena Yonna memiliki hubungan hangat dengan orang tuanya. Setidaknya, hanya satu hama yang perlu ia jauhkan dari wanita yang dia cintai itu, yaitu Liam.

**

Siang menjelang sore, Kiet langsung bergegas pulang ke kediamannya ketika sang Ibu mengabari bahwa beliau saat ini telah berada di di sana.

Kiet yang memang merindukan sang Ibu, kini tidak ingin berlama - lama lagi berada di universitas setelah pekerjaannya usai.

Dengan kecepatan penuh, Kiet melajukan mobilnya hingga tidak butuh waktu lama dia pun akhirnya sampai di halaman rumahnya.

Buru -buru turun lalu menemui sang Ibu yang tengah bersantai diruang tv di temani segelas teh hangat di tangannya.

" Mama." Memeluk dengan hangat lalu melerai pelukan.

" Mama apa kabar? " Tanya Kiet menatap wajah sang Ibu dengan senyum.

" Baik sayang. Sudah makan? Mama tadi masak buat kamu. Sudah mama sajikan di meja makan." Ucapa sang Ibu mengelus lembut lengan sang anak penuh kasih.

" Ah so sweet. " Ucap Kiet tersenyum bahagia memeluk sang Ibu.

" Ayo mama temani makan. " Ajak Nyonya Yasmin kemudian di angguki Kiet.

Keduanya pun bergegas menuju meja makan dengan Kiet yang mulai menyicipi semua menu yang di sajikan oleh sang ibu dengan antusias.

Bahkan sesekali mereka saling melempar canda. Membuat ruang makan terasa hidup dengan tawa ibu dan anak itu.

Selesai makan, keduanya pun kembali lagi ke ruang tv dan berbincang di sana. Ada banyak hal yang mereka bahas. Termasuk jodoh.

" Kiet tidak tahu ma. Kiet belum kepikiran soal pernikahan. Ujar Kiet menatap ke sembarang arah.

" Apa karena ulah Ayah mu. " Tanya sang Ibu menebak.

Kiet menatap kedua manik mata sang ibu. Betapa sakit hatinya kala luka itu kembali di siram dengan air garam.

" Mama tidak muda lagi sayang. Satu - satunya yang mama khawatirkan adalah dirimu. Jika nanti mama tidak ada lagi di dunia ini, siapa yang akan menemanimu nanti. " Ujar sang Ibu mengelus kepala Kiet penuh kasih.

" Jangan khawatirkan Kiet ma. Kiet bisa menjaga diri Kiet sendiri. " Ucapnya pelan.

" Mama tidak tahu sakit seperti apa yang Ayahmu berikan padamu. Luka separah apa yang kamu alami. Tapi mama akan terus berdoa, semoga suatu saat nanti akan ada seseorang yang datang dengan tangan terbuka menyembuhkan kamu. " Imbuh Nyonya Yasmin.

Kiet menundukan pandangannya. Dia merasa bersalah pada sang Ibu. Air matanya luruh seketika. Nyonya Yasmin pun tak kuasa melihat sang anak menangis tanpa suara. Berharap pelukannya bisa menenangkan hati sang anak.

" Maafkan aku ma. Sampai saat ini aku masih menutupi semuanya dari mama karena aku tahu lukanya akan sesakit ini. Biar aku saja yang menanggungnya. Jangan mama. Biar aku saja satu - satunya yang terluka. Jangan mama." Monolog Kiet dalam hati.

Kiet semakin mengeratkan pelukannya pada sang Ibu. Air matanya bahkan kian luruh tak tertahankan. Betapa ia menyayangi Ibunya.

BERSAMBUNG

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang