BAB 17. CERITA YONNA

28 2 0
                                    

Setelah selesai memeriksa kondisi kesehatan Yonna, Kiet mengantar dokter Adi sampai di depan rumah saat berpamitan. Lepas itu ia pun kembali lagi ke kamar menemui Yonna.

Ada beberapa hal yang di sampaikan dokter Adi mengenai kondisi gadis cantik itu. Mau tidak mau Kiet pun harus memperhatikannya.

" Nanti biar bibi bawakan sarapan kesini."

Yonna tak lantas menjawab. Dia hanya fokus memperhatikan Kiet yang sibuk membenahi sesuatu ke dalam tas jinjingnya yang dia perlukan di kampus.

" Saya akan tebus obatnya dulu di apotik. Nanti biar kurir yang antarkan karena saya masih banyak kerjaan hari ini. Nanti kalau nunggu saya pulang, kamu bisa telat minum obat. " Ucap Kiet lagi setelah selesai berbenah.

" Saya pergi dulu. " Imbuhnya berlalu.

" Kak Kiet. " Panggil Yonna pelan.

Kiet yang sudah di ambang pintu pun menghentikan langkah kakinya.

" Kak Kiet tidak suka aku di sini? " Tanya Yonna ketika melihat sikap dingin dan cuek Kiet.

Dan Yonna tidak mau jika kondisinya saat ini membuat beban untuk Kiet.

" Istirahatlah. " Ucapnya berlalu pergi.

Menimbulkan berbagai spekulasi di benak Yonna.

**

Hari kini berganti malam. Seolah jarum jam yang tergantung di dinding di mainkan oleh waktu agar durasinya lebih cepat dari semestinya.

Suasana sekitar pun semakin mencekam ketika angin terus berdesir memukul dedaunan yang bertengger di ranting pohon hingga menimbulkan suara sendu.

Tak hanya itu.  Dingin pun tak mau kalah. Perannya sebagai antagonis pun sukses di mainkan. Sehingga siapapun akan mengalah dan memilih berlindung di dalam balutan jacket tebal.

" Apa hidup ku akan terus berselimut sepi seperti ini? Aku punya keluarga, tapi aku selalu sendirian. Dulu Aku punya kekasih, tapi aku tidak di cintai dengan semestinya."  Batin Yonna bermonolog

" Apa yang salah? Ah padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun." Imbuhnya lagi sembari memeluk kedua lututnya menatap langit malam yang bertabur bintang.

Sesaat bibirnya tiba - tiba tersenyum saat bertepatan matanya melihat cahaya bintang jatuh.

Fenomena yang sampai saat ini masih di yakini beberapa kalangan bahwa jika kita meminta beberapa permohonan, maka pasti akan terkabul. Lucu memang. Tapi itulah yang sering terjadi.

" Bintang, jika aku jatuh cinta pada seorang wanita, apa Tuhan mengijinkan?"

" Saat pertama melihatnya, hatiku tak bisa berbohong. Dia begitu cantik. Dia menarik. Dan hatiku terpaku."

" Matanya begitu indah. Saat aku menatapnya, hatiku berdebar. Aku yakin itu cinta. Aku yakin aku tidak salah menafsirkannya?"

Kreett

Yonna menoleh tersentak saat mendengar suara pintu balkon di buka dari dalam kamar.

" Sedang apa kamu di luar? Masuk. " Ucap Kiet terdengar seperti perintah yang tidak bisa di bantah.

Kiet menatap cemas pada gadis itu yang duduk menekukkan kedua kakinya sembari berbicara seorang diri di teras balkon.

" Kak Kiet sudah pulang? " Tanya Yonna tersenyum.

Tidak ingin Kiet marah, Yonna bergegas menyusul Kiet masuk ke kamar dan mengunci rapat pintu balkon.

Kiet yang sedang melepas jaketnya, seketika menghampiri nakas dan memeriksa butiran obat yang di belinya pagi tadi dengan teliti.

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang