BAB 6. BERTEMU LAGI

46 4 0
                                    

Pukul 08 pagi, Kiet masih betah berada di balik selimutnya. Jika saja bibi Nini tidak membangunkannya, mungkin Kiet masih asik berkelana di alam mimpi.

Selesai membangunkan Kiet, bibi Nini kembali ke dapur untuk mengawasi pelayan yang sedang menyajikan menu sarapan majikannya itu di meja makan.

Sedangkan Kiet langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum turun untuk sarapan.

Selesai dari rutinitasnya itu, Kiet keluar sembari melirik sebentar ke arah pintu kamar yang berada di samping kamarnya. Kemudian ia kembali dengan sikapnya yang tak pedulian.

Dengan langkah santai, Kiet menuruni anak tangga sembari melirik arloji di tangan kirinya. Terkejut saat melihat jam yang ternyata menunjukkan pukul 09.20 menit.

" Non sarapannya sudah siap di meja. " Ucap bibi Nini menghampiri Kiet yang sudah berada di ujung anak tangga.

" Iya bibi Nini terima kasih. " Ucap Kiet sopan.

Norma kesopanan dan sikap menghargai pada sesama, terutama pada mereka yang lebih tua darinya, masih tetanam di dalam dirinya. Itu yang di ajarkan tuan Joy dan Nyonya Yasmin sejak kecil. Siapapun orangnya.

Meski mereka berada di salah satu deretan tahta tertinggi di negaranya, itu tidak menjadi persoalan.

" Eh non maaf. Tadi teman non Kiet titip pesan sebelum dia pergi. Dia minta di sampaikan ucapan terima kasihnya dan juga permohonan maafnya karena tidak menunggu non Kiet bangun. Dia harus buru - buru pulang katanya. " Ucap bibi Nini menyampaikan cukup jelas seperti yang di minta Yonna.

" Teman? " Bingung Kiet menatap wajah bibi.

" Iya non. Itu loh, perempuan yang menabrak pohon kesayangan tuan yang di depan waktu pertama datang kesini. " Jelas bibi Nini.

" Oh, Yonna. Kapan dia pergi? " Tanya Kiet sembari melewati bibi Nini menuju meja makan dengan santai.

" Tadi pagi non. Sekitar jam 6 pagi tadi. " Jawab bibi mengikuti langkah Kiet dari belakang.

" Oh. 'Jawab Kiet singkat dan kembali cuek.

Bibi Nini yang sudah paham betul tentang anak dari majikannya itu pun memilih pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Kerena jawaban singkat seperti itu, sudah pasti tidak ada lagi pembahasan setelahnya. Sedingin itu memang dirinya.

Sedangkan Kiet, kini fokus dengan sarapan paginya yang tertunda karena telat bangun. Perutnya menjadi tidak sabar untuk segera di isi.

*

Menjelang sore, Kiet akhinya harus kembali juga ke kotanya. Dengan mengendarai motor kesayangannya menempuh waktu dua jam lamanya, Kiet akhirnya sampai juga di kediaman pribadinya.

Rumah yang bergaya eropa klasik dengan halaman yang luas dan taman bunga serta pepohonan yang indah. Sungguh sangat menyejukkan mata.

Di sana Kiet hanya di temani asisten rumah yang sangat menyayanginya, beserta dua orang pekerja lainnya. Meski hanya seorang asisten rumah, bibi Anum adalah orang yang paling mengerti tentang Kiet.

" Apa ada lagi yang non Kiet butuhkan? " Tanya bibi Anum setelah meletakkan gelas teh dan cemilan di atas meja ruang tv.

Dimana Kiet saat ini sedang bersantai sembari menonton film action.

" Bibi istirahat saja. Nanti kalau aku butuh sesuatu, biar aku ambil sendiri. " Ucap Kiet sopan.

" Baiklah non." Ucap bibi Anum menurut lalu undur diri.

Saat sedang asik menikmati teh dan adegan film, tiba - tiba ponselnya berdering dengan kerasnya.

Keningnya mengerut tatkala melihat nomor asing sedang menghubunginya. Kiet akhirnya memilih mengabaikan. Dia tidak tertarik dengan nomor - nomor asing seperti itu.

FIRST (Cinta Dua Wanita) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang