Surrogate Bride-48

96 12 1
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Ino mengeratkan genggaman tangannya pada genggaman tangan Sai. Mereka berdiri di depan unit apartemen milik Shikamaru. Menunggu si empunya membukakan pintu. Ino menunggu dengan gugup. Sai yang mengerti kegugupan Ino mencoba menenangkannya dengan mengusap lembut punggung tangannya. Tak lupa memberikan senyuman tipis membuat Ino ikut tersenyum.

Tak lama pintu apartemen terbuka menampilkan sosok Shikamaru yang tampak terkejut melihat kedatangan mereka.

"Maaf kami datang tiba-tiba." Sai memulai pembicaraan.

"Tak apa. Silakan diminum dulu." Shikamaru berujar sopan sambil mempersilahkan Sai dan Ino meminum minuman yang telah tersaji.

"Terima kasih."

Sai menyesap sedikit kopi hitam begitu pun juga Ino meminum teh.

"Kami datang ke sini ingin meminta maaf pada kalian." Ucap Sai to the point. Menatap Shikamaru dan Temari.

"Lebih tepatnya aku. Maaf Shikamaru, maaf Temari. Maaf karena aku menganggu hubungan kalian. Membuat rumah tangga kalian berantakan. Aku baru menyadari kesalahan yang ku perbuat pada kalian. Maaf..."

Setelah mengucapkan permohonan maaf Ino menunduk malu.

"Kami sudah memaafkan kak Ino sebelum kak Ino minta maaf. Iya kan, kak?" Temari menoleh menatap suaminya.

Shikamaru mengangguk.

"Iya kami sudah memaafkan mu."

Ino mengangkat wajah sedikit untuk melihat Shikamaru dan Temari.

"Aku juga minta maaf." Sai turut ikut meminta maaf.

Shikamaru mengangguk, "Rasanya seperti hari besar saja, maaf maaf an." Ucapnya kemudian tertawa pelan. Mencoba mencairkan suasana yang canggung ini.

"Ngomong-ngomong kalian sudah makan malam?" Tanya Shikamaru.

"Belum." Jawab Sai.

"Kalian makan malam di sini saja. Kebetulan Temari memasak banyak makanan."

"Boleh." Sai menerima ajakan Shikamaru untuk makan malam.

Setelah itu obrolan ringan terjadi begitu saja diantara mereka berempat. Obrolan tentang pekerjaan dan kesibukan masing-masing.

Ino membantu Temari membereskan makan malam. Temari mencuci piring sedangkan dirinya mengelap piring.

"Temari, maaf sudah membohongi mu bahkan membuat rumah tangga mu berantakan. Maafkan aku."

Temari menoleh melihat Ino yang menundukkan kepala. Masih dengan mencuci piring Temari menjawab.

"Aku sudah memaafkan kak Ino. Aku senang akhirnya kita bisa berbelanja bersama lagi." Ucapnya sambil tersenyum.

Ino menoleh menatap Temari.

"Ayo kapan-kapan kita berbelanja bersama-sama dengan Sakura juga." Ajak Temari semangat.

Ino mengangguk semangat.

"Ajak juga Hinata." Usul Ino.

"Boleh, kita berbelanja berempat. Pasti mengasyikkan."

Kedua perempuan itu tampak senang sambil terus mencuci piring. Di selingi juga obrolan.

Sedangkan di posisi pria, kedua pria itu tengah asyik menonton siaran langsung sepak bola. Di atas meja ada berbagai cemilan yang tersaji sebagai teman menonton. Menunggu pasangan masing-masing yang sedang membereskan makan malam.

.
.
.

Ino menyenderkan kepalanya pada bahu Sai. Merangkul lengan Sai melangkahkan kaki menyusuri jalanan setapak. Sebelum pulang Ino ingin berjalan-jalan lebih dulu untuk menghirup udara malam. Sai mengiyakan.

"Aku senang. Lega rasanya." Ucap Ino.

"Aku juga senang melihatmu senang dan ceria seperti ini."

"Terima kasih sudah mengantarkan ku, menemaniku menemui mereka."

Sai tersenyum sebagai jawaban.

"Besok maukah mengantarkan ku ke rumah orang tuanku? Menemaniku menemui orang tuaku."

"Tentu." Sai mengusap puncak kepala Ino.

"Oh iya, mau permen kapas? Seingat ku ada penjual permen kapas di ujung sana."

"Mau." Ino mengangguk dengan semangat.


.
.
.


"Aku bersyukur akhirnya masalah terselesaikan. Dan yang membuat ku semakin senang kita berbaikan dengan kak Ino." Temari berujar sambil mendongak menatap Shikamaru.

Shikamaru menunduk menatap istrinya. pelukannya semakin erat memeluk Temari. Mengecup dahi dan bibir Temari.

Mereka berpelukan sambil menonton tv.

"Kak."

"Iya?"

"Aku mau itu Kak." Tunjuk Temari pada layar tv yang menampilkan pembawa acara yang tengah menyantap samyang ramen.

"Sepertinya enak." Ucap Temari. Melihatnya saja sudah membuatnya ngiler.

"Tapi sayang itu sepertinya tidak sehat." Shikamaru bisa melihat warna merah menyala dari samyang ramen itu. Memandang ngeri betapa pedas nya samyang ramen yang dimakan oleh pembawa acara.

"Tapi aku mau itu. Lihatlah kak!" Tunjuk Temari lagi. Menyuruh suaminya untuk melihat ke layar televisi lagi.

"Samyang ramen berkuah panas dan pedas, ditambah tteokbokki dan odeng tak lupa keju mozzarella diatasnya yang melumer pasti enak."

"Yang lain saja ya." Shikamaru mencoba bernegosiasi.

Raut wajah Temari tampak lesu, "Aku maunya itu. Demi anak kita." Rengeknya.

"Bukan aku aja yang mau tapi anak yang ku kandung ini juga mau." Temari mengusap perutnya.

Shikamaru menatap perut istrinya lalu menghela nafas panjang.

"Baiklah." Pasrahnya. Menuruti kemauan Temari.

"Aku mau makan langsung di sana." Pinta Temari.

"Baiklah. Sebentar aku ambilkan jaket dulu. Udara malam tidak baik untuk ibu hamil."

Shikamaru berlari ke kamar lalu kembali dengan membawa jacket tebal untuk Temari pakai.

"Sudah ayo kita pergi!" Suruh Temari setelah Shikamaru selesai memakainya jaket.

"Baik nyonya Nara." Ucap Shikamaru membuat Temari terkekeh.

"Hehe."


Tbc...

Surrogate BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang