Disclaimer : Masashi Kishimoto.
Setelah menunggu lama selama 60 menit akhirnya pintu ruang operasi dibuka. Keluar entah itu dokter atau asisten dokter bersama beberapa perawat mendorong inkubator yang di dalamnya ada seorang bayi.
Itu bayinya.
Itu anaknya.
Shikamaru bergegas menghampiri.
"Dengan suami nyonya Temari?"
Shikamaru mengangguk, matanya tampak berkaca-kaca melihat bayinya yang kecil mungil dan rapuh. Terpaku menatapnya.
"Selamat Pak Shikamaru bayi anda laki-laki."
"Karena terlahir sebelum waktunya bayi anda prematur. Air ketuban sang ibu pecah ya, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada bayi anda. Apakah bayi keracunan air ketuban atau tidak mengingat air ketuban sang ibu berwarna kekuningan."
Shikamaru mengangguk mendengarkan.
"Untuk saat ini dan seterusnya bayi anda akan di inkubator dengan alat bantu pernafasan. Kami akan observasi lebih lanjut kondisi bayi adakah cacat atau tidak."
Shikamaru mengangguk. Di sampingnya ada orang tuanya yang ikut mendengar penjelasan dokter.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?"
"Saat ini nyonya Temari masih di dalam Pak. Masih dalam penanganan dokter pasca operasi."
Sebelum dokter dan beberapa perawat pergi sambil mendorong inkubator Shikamaru bertanya.
"Dok boleh saya ikut? saya ingin melihat bayi saya."
"Boleh Pak, silakan. Tapi menunggu diluar ya Pak."
Shikamaru hanya bisa mengangguk.
Mengekor mengikuti dokter dan beberapa suster itu menuju ruangan khusus bayi. Berdiri menunggu di luar ruangan. Melihat dari jendela bayinya yang sedang ditangani dokter. Shikamaru ditemani Yoshino. Sang ibu mengusap punggungnya.
"Dia tampan seperti mu." Ucap Yoshino.
Shikamaru mengangguk lalu menjawab, "Iya."
"Dia kecil, mungil, dan rapuh."
"Maafkan papa sayang. Seharusnya kau masih didalam kandungan ibumu tapi takdir membuatmu keluar lebih cepat dengan tubuh rapuh mu. Maafkan Papa nak karena tidak bisa menjaga kalian."
"Hush... Ini bukan salahmu. Ini sudah takdir dari Tuhan."
Shikamaru menoleh lalu memeluk Yoshino.
.
.
.Shikamaru dan Yoshino kembali ke ruang operasi. Di sana ada Naruto dan papanya yang menunggu Temari. Shikamaru duduk di samping Naruto. Sedangkan papa dan mamanya kembali ke ruangan khusus bayi untuk melihat bayinya. Papanya ingin melihat sang cucu.
"Aku dapat kabar dari kantor polisi. Pria paruh baya itu ternya,-" Ucapan Naruto terpotong saat Shikamaru bertanya cepat.
"Siapa pria tua itu?"
"Yashamaru, paman Temari."
Shikamaru menoleh, membulatkan matanya.
"Sialan." Umpatnya dengan geram.
"Tega sekali dia memperlakukan itu pada ponakannya."
"Apa motif nya?" Tanya Shikamaru.
"Balas dendam." Jawab Naruto.
"Pastikan dia membusuk di penjara."
"Bagaimana dengan Temari? Istrimu pasti marah kalau tau kau memenjarakan pamannya. Bagaimana pun juga pria itu satu satunya saudara Temari."
"Biarkan nanti aku yang bicara pada Temari."
"Baiklah."
"Kau tidak pulang? Istri dan anakmu pasti menunggu mu dirumah." Tanya Shikamaru pada Naruto.
"Kau bagaimana?" Bukannya menjawab Naruto justru bertanya.
"Ada orang tuaku. Pulanglah sudah malam."
Naruto mengangguk. Pria itu bangkit berdiri.
"Besok aku ke sini bersama Hinata." Ucapnya.
Shikamaru mengangguk.
Naruto menepuk bahu Shikamaru, "Aku pergi ya."
"Iya." Shikamaru melihat Naruto berlalu pergi meninggalkannya.
Sepeninggal Naruto, Shikamaru menyandarkan tubuhnya menengadah menatap langit langit rumah sakit sambil mendesah lelah.
.
.
.Shikamaru berjalan mendorong brankar sambil menggenggam tangan Temari. Menatap Temari yang terlelap. Dua suster mendorong brankar menuju ruangan VVIP. Memindahkan Temari di sana. Di belakangnya ada orang tuanya yang mengikuti.
"Pak untuk dua jam kedepan mohon ibu Temari tidak minum air putih dulu ya Pak."
"Kalau ada apa-apa silakan tekan bel Pak."
"Baik Sus."
"Terima kasih Sus."
"Sama-sama Pak."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Bride
Fanfiction"Pernikahan ini cuma status. Kau hanya pengantin pengganti menggantikan Ino dan tidak lebih dari itu. Di hatiku cuma ada Ino. Selamanya hatiku untuk Ino. Jadi.." Shikamaru menjeda kalimatnya sambil menghela nafas. Ia berbalik membelakangi Temari. "A...