Happy Reading
.
.
.
.
.Sejak Nara kembali ke sekolah setelah liburan, rutinitasnya tetap sama. Ia terus menjalani hari-harinya dengan monoton, menghindari interaksi sosial sebisa mungkin dan tetap berada di sudut kelasnya. Namun, suasana sekolah terasa sedikit berbeda saat seorang guru baru, Pak Daniel, mulai mengajar di kelasnya.
Pak Daniel adalah seorang pria dewasa dengan sikap yang tenang dan penuh perhatian. Dia dikenal sebagai guru yang sabar dan memahami, dan kehadirannya membawa perubahan kecil di lingkungan sekolah. Meskipun Nara tidak langsung menyadari dampak kehadiran Pak Daniel, dia mulai merasakan sesuatu yang berbeda setiap kali dia mengajar.
Di awal pertemuan, Pak Daniel memperkenalkan dirinya kepada siswa-siswa dengan senyuman hangat. Dia membuat suasana kelas terasa lebih menyenangkan dengan cara mengajarnya yang interaktif dan penuh semangat. Nara, yang biasanya tidak terlalu tertarik dengan pelajaran, merasa sedikit lebih terlibat dalam diskusi kelas. Pak Daniel sepertinya memiliki kemampuan untuk membuat topik-topik yang membosankan menjadi menarik.
Nara mulai memperhatikan Pak Daniel lebih dekat. Setiap kali dia melihat Pak Daniel berdiri di depan kelas, dia merasakan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan sebuah rasa kenyamanan yang jarang dia rasakan. Pak Daniel sering memberikan pujian kepada siswa yang aktif dan menunjukkan minat pada pelajaran, dan Nara merasa sedikit lebih diperhatikan berkat dorongannya.
Hari-hari berlalu, dan Pak Daniel semakin sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan berbagi pendapat. Meskipun Nara masih jarang berbicara, dia merasa lebih dihargai saat Pak Daniel memperhatikannya dengan perhatian yang tulus. Di luar kelas, Nara mulai merasa ada sedikit harapan bahwa seseorang benar-benar memperhatikannya dan memahami kesulitan yang dia hadapi.
Setelah pelajaran selesai, Pak Daniel menghampiri Nara saat dia sedang bersiap untuk pulang.
“Nara, bisa tunggu sebentar? Saya ingin berbicara” tanyanya dengan nada lembut.
Nara terkejut, namun mengangguk pelan. Mereka berdiri di luar kelas, jauh dari keramaian. Pak Daniel memulai percakapan dengan santai.
“Saya perhatikan kamu selalu duduk di sudut kelas. Apakah kamu merasa nyaman di kelas ini? Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu merasa diterima.”
Nara merasa canggung, tetapi ada kehangatan dalam pertanyaan Pak Daniel yang membuatnya merasa sedikit lebih nyaman.
“Saya... merasa agak terasingkan di sini, Pak.” jawabnya perlahan.
Pak Daniel tersenyum penuh pengertian.
“Saya mengerti Nara. Jika ada sesuatu yang bisa saya bantu atau jika kamu ingin berbicara, saya selalu di sini. Kadang-kadang, berbicara dengan seseorang bisa membantu dan meringankan beban pikiran.”
N
ara menganggukkan kepalanya perlahan
“Saya akan coba pak”Meskipun Nara tidak membagikan semua perasaannya, dia merasa terharu dengan sedikit perhatian dari Pak Daniel. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa bahwa ada seseorang yang benar-benar peduli dengan kondisinya. Percakapan singkat itu memberikan sedikit harapan untuk Nara di tengah kebingunganya yang telah lama menyelimutinya.
Hari itu, Nara pulang ke rumah dengan perasaan bahagia. Meskipun tantangan dan kesulitan masih ada, dia merasa sedikit lebih baik tentang masa depan. Pertemuan dengan Pak Daniel memberi Nara harapan bahwa mungkin, ada seseorang yang bisa memahami dan membantu dirinya melewati masa-masa sulit.
"Terkadang, pertemuan yang paling berkesan adalah yang datang tanpa rencana, seperti takdir yang sengaja mempertemukan kita di waktu yang paling tak terduga."
Jangan lupa vote dan komen ☺☺☺
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia (END)
Teen FictionSinopsis Nara putri, gadis penyuka senja dan bulan. Dan ya jangan lupakan bahwa ia seorang introvert. Ia merasa bahwa Tuhan tidak pernah adil padanya dan Tidak pernah merasakan kebahagiaan walaupun hanya sedikit, menjalani hari-harinya dengan rutini...