Bab 9: Kecilnya Cahaya di Tengah Kegelapan

3 2 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.


Di sekolah, suasana hati Nara sedikit membaik berkat perhatian dan dukungan dari Pak Daniel. Dia mulai merasa lebih diterima dan diperhatikan. Pak Daniel tetap menjadi sumber dukungan yang konsisten, dan Nara merasa bersyukur atas perhatian yang dia terima. Meskipun dia belum sepenuhnya membuka diri, dia merasa sedikit lebih nyaman dengan Pak Daniel di sekelilingnya.

Suatu hari, setelah pelajaran selesai, Pak Daniel mengundang Nara untuk makan siang bersama di kantin sekolah.

"Nara, saya ingin mengajakmu makan siang bersama. Mungkin kamu bisa bercerita lebih banyak tentang bagaimana perasaanmu akhir-akhir ini," tawarnya dengan senyuman.

Nara merasa terkejut namun juga merasa senang. Dia merasa bahwa kesempatan ini bisa menjadi kesempatan untuk berbicara lebih dalam dengan Pak Daniel. Mereka duduk di meja yang tenang di kantin, jauh dari keramaian.

Selama makan siang, Pak Daniel mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan untuk memulai percakapan.

"Bagaimana keadaanmu hari ini? Saya dengar kau sering murung disekolah apa ada sesuatu yang menganggu pikiran mu??." Tanya pak Daniel

Nara menggelengkan kepalanya cepat, "Ah... tidak ada pak saya hanya merasa tidak enak badan itu saja pak."

Pak Daniel tersenyum.
"Apa itu benar tidak ada yang lain?? Apakah ada yang masih mengganggu pikiranmu?"

Nara merasa canggung, tetapi ia tetap menjawab “Tidak ada pak hanya merasa asing itu saja„

Pak Daniel mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Saya mengerti. Kadang-kadang, perasaan kesepian bisa sangat berat, terutama ketika kita merasa tidak bisa berbagi perasaan kita dengan orang lain. Tapi ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Saya di sini untuk mendengarkan dan membantu kamu."

Percakapan itu memberikan sedikit kelegaan bagi Nara. Meskipun dia masih merasa kesulitan untuk sepenuhnya membuka diri, dia merasa sedikit lebih diterima dan dipahami. Momen kecil ini memberikan cahaya di tengah kegelapan yang selama ini menyelimutinya.

Saat makan siang berakhir, Pak Daniel memberikan dorongan terakhir. "Jika kamu tidak keberatan kamu boleh berbicara lebih banyak atau butuh bantuan, jangan ragu untuk menghubungi saya. Saya akan selalu ada untukmu."

“Baik pak terimakasih atas makan siangnya”

“Tentu„



Jangan lupa vote dan komen☺☺☺



TBC

Aku ingin bahagia (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang