Happy Reading
.
.
.
.
.Nara duduk di sudut kelasnya, menatap lembaran buku catatannya tanpa memperhatikan isinya. Suara bising dari teman-temannya yang sibuk berbicara dan tertawa membuatnya semakin merasa terasing. Di tengah kebisingan itu, ia merasa seperti sebuah benda mati yang terabaikan, tidak pernah benar-benar menjadi bagian dari kehidupan sosial yang berlangsung di sekelilingnya.
Di rumah, Nara merasakan kesepian yang mendalam. Orang tuanya, yang sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka sendiri, jarang memberikan perhatian atau dukungan yang dibutuhkan Nara. Mereka terjebak dalam rutinitas yang padat dan sering kali mengabaikan kebutuhan emosional anak mereka. Ketika Nara mencoba berbicara tentang kesulitan atau perasaannya, tanggapan mereka cenderung berupa keluhan tentang bagaimana ia seharusnya lebih mandiri dan bisa mengatasi masalahnya sendiri.
Kondisi ini membuat Nara merasa semakin terasing. Ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kesedihannya di depan teman-temannya. Namun, di dalam hatinya, rasa kesepian dan keputusasaan terus menghantui. Saat istirahat tiba, Nara sering kali memilih untuk duduk sendiri di luar kelas, berusaha merasakan sinar matahari yang hangat, meskipun suasana hatinya tetap dingin.
Nara merasa bahwa dirinya adalah bagian yang tidak penting dalam kehidupan sosial. Dia melihat teman-teman sekelasnya berkumpul, bercanda, dan menikmati waktu mereka, sementara dia hanya bisa duduk terasing di pinggir. Di sekolah, meskipun ada interaksi dengan teman-temannya, Nara merasa selalu terpisah, seolah ada jarak yang tak bisa dijembatani.
Di rumah, situasinya tidak berbeda. Orang tuanya terlalu sibuk dengan kesibukan mereka sendiri, dan setiap kali Nara mencoba berbagi tentang perasaannya, dia sering kali merasa seperti beban. Mereka lebih memfokuskan perhatian pada pekerjaan dan tanggung jawab sehari-hari mereka, membuat Nara merasa bahwa kedua orang tuanya tidak pernah menganggap Nara menjadi prioritas utama.
Dengan segala kesulitan yang dihadapinya, Nara berusaha untuk mencari kebahagiaan dan pengertian di tempat-tempat yang mungkin bisa memberikan sedikit kenyamanan. Namun, saat dia merenung di sudut kelas atau saat istirahat di luar, dia selalu merasakan kekosongan yang mendalam, seolah dia tidak pernah benar-benar diterima atau diperhatikan.
Satu hal yang pasti, perjalanannya untuk menemukan tempatnya di dunia ini penuh dengan tantangan. Nara tahu bahwa kesepian dan rasa terasing yang dia rasakan adalah bagian dari perjalanan panjang yang harus dia lalui untuk menemukan kebahagiaan sejati.
"Ketika kau pulang ke rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung, tapi yang kau temukan hanyalah dinginnya dinding dan kebisuan dari mereka yang seharusnya menyayangimu, itulah kesepian yang sesungguhnya."
Hai Haii ketemu lagi nih 🤣 btw kangen gak? Ya gak lah😌 makasih udah mampir jangan lupa vote dan komen yaa bay bay👋👋
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia (END)
Teen FictionSinopsis Nara putri, gadis penyuka senja dan bulan. Dan ya jangan lupakan bahwa ia seorang introvert. Ia merasa bahwa Tuhan tidak pernah adil padanya dan Tidak pernah merasakan kebahagiaan walaupun hanya sedikit, menjalani hari-harinya dengan rutini...