Bab 26: Terpuruk dalam Diam

3 1 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

Nara merasa semakin kehilangan arah setelah langkah terakhir yang diambilnya, meminta perhatian dari Pak Daniel dengan harapan bisa memperbaiki hubungan mereka. Namun, apa yang ia temui justru kekecewaan yang lebih dalam. Pak Daniel tidak lagi memperlihatkan kepedulian seperti sebelumnya, malah semakin jauh dan acuh tak acuh.

Setiap kali Nara mencoba berbicara dengannya, Pak Daniel hanya memberikan jawaban singkat dan dingin. Dia bahkan mulai menghindari Nara secara terang-terangan, tidak lagi memberikan perhatian yang dulu membuat Nara merasa dihargai. Rasa sakit itu terus menghantui Nara, menambah beban mental dan emosional yang sudah berat.

Suatu hari, Nara melihat Pak Daniel berbicara dengan salah satu teman guru perempuan di sekolah. Mereka tertawa bersama, terlihat begitu dekat. Rasa cemburu yang Nara coba pendam selama ini tak bisa lagi ditahan. Hatinya terasa hancur melihat orang yang selama ini ia percayai bisa begitu hangat dengan orang lain, namun begitu dingin padanya.

Setelah bel pulang sekolah berakhir, Nara mencoba mendekati Pak Daniel. "Kenapa kamu berubah?" tanyanya dengan suara gemetar. "Kenapa kamu selalu dekat dengan orang lain tapi mengabaikanku?"

Pak Daniel menatapnya dengan tatapan datar. "Kamu harus belajar untuk tidak terlalu kekanak-kanakan, Nara. Aku tidak punya kewajiban untuk terus memperhatikanmu. Seharusnya kamu harus mengerti bahwa duniaku bukan hanya kamu." jawabnya tanpa emosi dan meninggal kan Nara sendirian disana

Deg!

“A-pa”?

Flashback:

“Nara saya mencintaimu benar-benar mencintaimu kamu percayakan sama saya hmm”? Tanya Pak Daniel

“I-iya” Jawab Nara ragu

Pak Daniel mendekatkan wajahnya  perlahan ke bibir Nara dan Nara memejamkan matanya secara perlahan menerima ciuman lembut yang penuh perasaan dari Pak Daniel, seolah mencoba memastikan bahwa Pak Daniel benar benar mencintai Nara dan tidak akan   meninggalkannya dan terjadilah Apa yang tidak diinginkan

Flashback off:

Nara terdiam,memandang kosong kedepan ia merasakan seluruh dunianya runtuh. Air mata menetes perlahan di pipinya, isakannya terdengar lirih, seolah takut suaranya akan membuat yang lain mendengarkannya

Semua pengorbanan dan rasa percayanya selama ini terasa sia-sia. Pak Daniel, sosok yang dulu ia kira bisa memberinya rasa aman, ternyata hanya mempermainkan perasaannya. Namun, Nara tetap berusaha untuk bertahan, meskipun hatinya hancur berkeping-keping.

Di rumah, Nara juga semakin terpuruk. Konflik antara orang tuanya semakin parah, dan Nara yang dulunya masih bisa menyimpan kesedihannya, kini mulai meledak.

ketika orang tuanya bertengkar keras, Nara berteriak, "Berhenti! Aku capek melihat kalian seperti ini!"

Tapi seperti biasa, tanggapan mereka hanya menambah luka. "Apa masalahmu sekarang, Nara? Hidupmu sendiri berantakan, jadi jangan ikut campur urusan kami!" bentak ibunya.

Nara tak tahu harus berbuat apa lagi. Baik di sekolah maupun di rumah, ia merasa tidak ada tempat di mana ia bisa merasa aman. Semua harapan yang ia miliki mulai memudar, dan luka-luka yang ia alami semakin menumpuk.

Nara masuk ke kamarnya dan Membanting pintu kamarnya

Brak!!

Pintu itu terbanting keras, suaranya menggema di seluruh ruangan, membuat kedua orang tuanya tersentak kaget.

Rasa sesak memenuhi dadanya, dan air mata tak lagi bisa ia tahan. Tangisnya pecah, seperti dinding pertahanannya yang hancur berantakan, membiarkan semua perasaan itu keluar.

Hiks.... Hiks.... Hiks...

“Tuhan kenapa aku tidak pernah bahagia? Apa salahku? Mengapa aku harus terlahir jika memang kehidupanku seperti ini? Mengapa Tuhan? MENGAPA!!?” Tangis Nara

Hiks.... Hiks.... Hiks....

“Tidak cukupkah semua yang sudah terjadi, Aku hanya ingin bahagia Tuhan sekali saja” Lirihnya...

Nara mencoba bangkit menuju meja belajarnya dan mengambil Buku diarynya yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah.... Dan menuliskan sesuatu....

Dari anak perempuan pertama yang tidak pernah di beri waktu hanya untuk bercerita tentang lukanya.

Anak perempuan yang jarang ditanya tentang hari harinya.

Anak perempuan yang setiap masalah selalu disimpan sendirian.

Bagaimana tentang hari ini...
Masih ingin mengakhiri kehidupan atau memilih bertahan dengan segala kekurangan.

Sedikit iba dengan raga yang berulang kali runtuh namun masih tangguh.
Sedikit benci dengan keadaan yang memaksa kecilnya bahu untuk menahan segala beban sendirian.

Apa maksud rencana mu Tuhan?
Aku dijatuhkan berkali-kali.
Aku cukup lelah, aku ingin berteriak mengungkapkan isi hati ku ini Tuhan.!!!

AKU INGIN BAHAGIA

Ujian darimu terlalu berat namun, aku tidak berani berdebat...

Itulah yang Nara tulis dibuku Diary nya

Di dalam dirinya, Nara tahu bahwa ia tidak bisa bertahan seperti ini lebih lama lagi. Tapi apa yang harus dilakukan? Semua pilihan tampak seperti jalan buntu.

Jangan lupa vote dan komen☺☺☺

TBC.

Aku ingin bahagia (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang