Happy Reading
.
.
.
.
.Di bawah naungan langit yang mendung, pemakaman itu tampak sunyi, seolah alam pun berduka. Di sana, berdiri sebuah nisan yang baru saja diletakkan. Di atasnya terukir jelas nama gadis yang tak lagi bernyawa, Nara Putri, bersama dengan tanggal lahirnya:
14 Februari 2007, dan tanggal kematiannya: 22 April 2022.
Dua tanggal yang kini abadi di batu nisan itu, menggambarkan rentang singkat kehidupan seorang gadis yang terlalu cepat berpulang.
Pemakaman Nara dipenuhi oleh orang-orang yang mengenalnya. Teman-temannya, guru-gurunya, dan keluarga besar hadir untuk mengantarkan Nara ke peristirahatan terakhirnya. Suara tangis terdengar di sana-sini, mencampur aduk perasaan orang-orang yang masih tak percaya bahwa Nara benar-benar telah tiada. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu sosok yang tampak begitu berbeda Pak Daniel.
Dengan langkah berat, Pak Daniel mendekati makam Nara. Di tangannya, ia membawa setangkai bunga putih tanda penyesalan yang terlambat. Bunga itu ia letakkan di atas nisan, di atas tanah yang masih basah, seolah mencoba menggantikan kata-kata yang tak pernah ia ucapkan ketika Nara masih hidup. Di dalam hatinya, ribuan penyesalan bercampur dengan rasa sakit yang tak pernah ia duga akan datang.
By pin
Mengingat kembali semua momen bersama Nara, perasaan bersalah terus menghantui Pak Daniel. Dia adalah orang yang seharusnya melindungi, namun justru menjadi sumber penderitaan bagi Nara. Ketika Nara membutuhkan dirinya, dia malah mengabaikannya, menyakitinya, bahkan membuat gadis itu merasa sendirian di dunia ini.
Setiap surat yang ditinggalkan Nara masih segar dalam ingatan. Terutama surat yang ia tulis untuknya sebuah surat yang menyayat hati, penuh dengan kejujuran yang seharusnya ia dengarkan jauh sebelum semuanya terlambat.
Pak Daniel berlutut di hadapan makam Nara, tangannya gemetar saat menyentuh batu nisan dingin itu. Air mata mulai membasahi pipinya. Di tengah kesunyian itu, hanya ada rasa sesal yang tak terbendung. Ia ingin meminta maaf, ingin memperbaiki semuanya, tetapi kenyataan terlalu kejam. Nara sudah pergi, dan semua yang tersisa hanyalah penyesalan tanpa akhir.
Beberapa teman sekolah Nara pun datang mendekat, menunduk di depan makamnya, sambil menangis menyesali segala gosip yang pernah mereka sebarkan tentang Nara. Mereka tahu, dalam diam, Nara telah merasakan kesedihan yang tak bisa lagi mereka perbaiki. Kini, satu-satunya yang tersisa adalah perasaan bersalah yang menghantui.
Keluarga Nara berdiri tak jauh dari makam. Ibu Nara terisak keras, menyesali setiap kata-kata menyakitkan yang pernah ia ucapkan kepada putrinya. Sang ayah hanya bisa terdiam, air matanya mengalir tanpa bisa ia hentikan. Mereka berdua tahu bahwa mereka gagal menjadi orang tua yang baik bagi Nara. Di dalam hati mereka, ada kekosongan yang tidak akan pernah bisa diisi lagi.
Di tengah suasana penuh duka itu, kata-kata terakhir Nara yang ia tinggalkan di suratnya terus terngiang dalam benak semua orang. Kata-kata yang begitu sederhana namun penuh dengan kesakitan yang mendalam.
---
Saat semua orang perlahan-lahan meninggalkan pemakaman, Pak Daniel tetap berdiri di sana, memandangi nisan Nara dengan hati yang berat. Ia tahu, tak ada yang bisa mengubah masa lalu, tak ada yang bisa menghapus kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan. Penyesalan selalu datang di akhir, dan bagi Pak Daniel, penyesalan ini adalah beban yang akan ia bawa seumur hidupnya.
---
Quotes Terakhir:
"Penyesalan selalu datang di akhir. Jangan pernah menyakiti seseorang yang mencintaimu sepenuh hati, karena saat mereka pergi, semua yang tersisa hanyalah rasa bersalah yang tak akan pernah bisa kau perbaiki."
Nih ya buat kalian kalian yang disana udah punya pasangan saran aku sih jangan pernah mengabaikan pasangan kalian, jngn smpai menyesal dikemudian hari apalagi kalau pasangan kalian itu tulus mencintai kalian....
....THE END....
Dadah Aku pamit sampai ketemu di cerita selanjutnya 🤗. Terimakasih telah membaca dan memberikan vote dan komentar kalian terimakasih ya bay bay 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia (END)
JugendliteraturSinopsis Nara putri, gadis penyuka senja dan bulan. Dan ya jangan lupakan bahwa ia seorang introvert. Ia merasa bahwa Tuhan tidak pernah adil padanya dan Tidak pernah merasakan kebahagiaan walaupun hanya sedikit, menjalani hari-harinya dengan rutini...