1.3 Ide bodoh

83 16 7
                                    

Lian mendribble bola basketnya berulang sebelum melempar dengan tepat kedalam ring. Dia berdiri lemas sambil mengikuti pergerakan bola basket yang menggelinding ke arah nya kembali.

Helaan nafasnya terdengar parau. Beberapa jam telah berlalu setelah dia mengatakan soal bagaimana Jaehee membuatnya bingung.

"Apaan sih ngapain gue ngomong begitu cobaaa"

Lian tak berhenti merengut karena itu sampai hampir jam pelajaran akan berakhir dia tidak masuk kelas upaya menghindari Jaehee.

Untuk pertama kalinya Lian bertindak seperti ini.

Entah Lian juga tidak tahu kenapa menghindari Jaehee sampai perasaannya menjadi kesal sendiri.

Lian mengangkat bola diatas kepala dengan kedua tangannya dan siap untuk dilemparkan ke papan dibelakang ring.

Sepertinya lebih memuaskan untuk menumpahkan rasa uring-uringan nya dari pada di masukkan kedalam ring.

"Loo mau lempar bola atau mantan? Cara ngelempar bola tuh bukan kayak gitu tapi kayak gini"

Itu Jaehee yang ngomong sambil ngambil bola di atas kepala Lian sebelum melayang ke papan, dan dia langsung mempraktekkan cara masukan bola kedalam ring dengan benar.

"Gue gak bodoh bodoh amat kali soal main basket"

Tiga meter didepan nya, Jaehee balik badan dan menatap Lian dengan serius sejenak.

"Ngapain bolos disini sendirian? Nanti pak Choi marah loh masuk ke gedung olahraga tanpa izin"

"Lo sendiri ngapain disini?"

"Nyari lo" nada nya terdengar serius.

Lian bersedekap dada sambil menghindari kontak mata dengan Jaehee.

"Lo suka sama gue?"

Kedua mata Lian sedikit melebar kaget pertanyaan itu muncul dengan entengnya dari mulut Jaehee.

"Apaan dah sama pertanyaan lo, kita itu temenan" sahut Lian setenang mungkin.

"Sikap lo sekarang, cara lo ngehindar, dan soal lo nangis itu karena gue, kan?"

Lian menarik sudut bibirnya sebelah, "Enggak semua mengisyaratkan rasa suka. Gue cuman sedih, temen yang gue anggap deket sekarang mau pergi"

Jaehee terdiam sebentar, merasa kecewa sama Lian. "Yaudah, itu juga jawaban gue soal pertanyaan lo tadi pagi. Maaf karena udah bikin lo bingung"

Kedua tangan Lian turun lantas benar-benar menatap telak Jaehee. Air matanya mengembang cepat bahkan langsung mengalir membasahi pipi.

Dia gak ekspek Jaehee bakal mengulti nya balik. Sangat sakit, itu yang dirasakan hati Lian mendengar nya.

Jaehee terus memperhatikan Lian yang berusaha mengusap air matanya yang terus jatuh. Dia tahu Lian tidak suka juga dengan ucapannya.

"Seharusnya lo jujur aja ke gue kalo lo suka sama gue"

"Kenapa gak lo duluan, cewek kayak gue lebih suka mendem perasaan" lirih Lian menatap Jaehee.

"Gue emang jahat belum putus sama Disa tapi ngedeketin lo, malah pengen lebih deket sama lo. Tapi semua itu pure mengisyaratkan rasa suka gue ke lo. Gue gak bermaksud bikin lo bingung, tapi posisi gue masih berstatus pacarnya Disa. Gue mau ngeberesin semua dulu sama Disa"

"Alasan gue selalu pengen deketin lo karena gue gak bisa nahan perasaan gue sendiri. Apalagi hal terburuknya bisa aja Lo suka sama orang lain" jelas Jaehee.

"Dan setelah lo berhasil bikin gue punya perasaan lebih sama lo tapi tetep aja lo milih Disa kan? lo tetep pergi Jaee, percuma juga kita nyatain kayak gini"

Tangisan Lian pecah dihadapan Jaehee, dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Dengan merasa sangat bersalah Jaehee pun mendekat menarik Lian kedalam dekapannya.








Setelah cukup puas mencurahkan semua yang ada pada hati Lian kini mereka duduk dilapang menyenderkan punggung ke dinding tribun.

Jaehee menekuk kaki sebelah nya, satu kakinya lagi diselonjorkan. Pandangan nya juga lurus tapi tatapannya kosong.

Sementara Lian duduk menyila namun menyamping hampir membelakangi Jaehee. Dia sibuk bercermin di kaca kecilnya.

"Ah sial, mata gue sembab banget" umpat Lian sangat pelan.

Tanpa sadar Lian berakhir dengan merasa malu, untuk melihat Jaehee aja dia sungkan.

"Shell maksud dar---"

"Stooop! Jangan ngomong sama gue.. pokoknya jangan ngomong sama gue.. jangan liatin gue jugaaa.." sela Lian.

Jaehee nengok lantas terkekeh, nada Lian terdengar lucu di kupingnya. "Napa sih napaa.. coba sini liat gue"

"Ga mauuuuu.. habis ini lo pergi sanaa jangan liat muka gueee, gue maluuu"

Lian ngomong begitu yang ada Jaehee makin iseng, cowok itu mendekatkan kepalanya ke Lian yang masih bertahan dengan buang mukanya.

"Lo ngamuk ngamuk gini tapi jatoh nya gemesin Shell.." Jaehee mencolek dagu Lian dibarengi ketawa ganteng nya.

"Iiissh diem gak tangan lo" rengek Lian

Jaehee ketawa lagi dengan diakhiri senyuman sendu tanpa diketahui Lian. Otaknya terus bekerja mencari jalan agar bisa bersama Lian tanpa harus mengasihani dan menyakiti Disa.

"Shell.. maksud dari surat yang gue kasih waktu lo sakit itu gue pengen di sisa hari gue disini gue pengen pacaran sama lo, pengen ngedate, pengen makan, pengen ngelakuin hal-hal seru bareng lo. Setidaknya kita harus membuat kenangan indah ini. Meski menyakitkan tapi gue gak mau nyesel"

Setelah di rasa percakapan kembali serius, Lian pun dengan berani menyamakan arah duduknya seperti Jaehee.

"Gue gak mau"

Jaehee melirik, "kenapa?"

"Gue sebaliknya Jaehee. Lebih baik berakhir dengan kenangan buruk biar gue cepet lupain lo"

"Lo mau lupain gue? Gue aja belom mulai perjuangin lo"

Lian pun noleh menatap Jaehee serius, "Kita masih remaja, perasaan kita masih labil, bukan waktunya juga kita serius sama kisah cinta monyet ini. Lagian lo ngajak gue pacaran sama aja lo selingkuh dari Disa, itu ide terbodoh yang gue pernah denger"

"Jadi lo ga mau?"

"Iya gak mau. Kita gak sengaja deket tuh ya karena kita temen satu kelas dan lo pacarnya tetangga gue. Gue yakin kalo kita jauh kita bakal saling ngelupain. Nyaman itu karena terbiasa bareng dan ketemu. Rasa sayang lo ke Disa pasti bakal balik habis ini"

"Itu artinya perasaan gue ke elo lebih besar daripada perasaan lo ke gue Shell. So, lo gak ngijinin gue ngejar lo?"

Lian tersenyum samar, "Level tertinggi mencintai itu ikhlas merelakan"

Lian dan Jaehee kini saling beradu pandang dengan sayu dan sendu bahkan rasa sakitnya sangat terasa di pancaran mata mereka.

"Buat kenangan indah kita udah cukup kok, gue bahagia pernah sedeket itu sama lo. Makasih yaa Jaehee"

Lian menatap Jaehee sedih sejenak sebelum dia berdiri dan pergi dari sana.

Hal terburuk yang pernah Jaehee lakukan, dia memandangi kepergian Lian. Jaehee tidak bohong soal perasaannya yang mendalam bahkan gak pernah sedalam itu saat pertama kali suka sama Disa.





















Cukup gak kalo endingnya sampe iniii aja🌚
Atau next?

Pesona Pdkt  |  Jaehee nct wish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang