- • Love Instruments • -
"Love is not the absence of fear, but the courage to face it together. Fear often exists in love—fear of loss, rejection, or vulnerability.
But love opens the door to fear, not as an enemy, but as a guide. In love, you learn that fear is shared, making it lighter.
It becomes an opportunity for trust and growth, where vulnerability transforms into strength.
True love doesn't require perfection or a fearless heart, just the bravery to confront fears together, allowing them to deepen the bond rather than weaken it." -pcy
•••
Suasana festival masih terasa dalam hati Baekhyun. Ia bangun dengan senyum di wajahnya, mengingat momen-momen indah yang ia habiskan bersama Chanyeol semalam. Namun, meski kenangan manis itu masih segar, ada sedikit perasaan gelisah yang mulai menghampiri Baekhyun. Ia merasa khawatir bahwa semua kebahagiaan yang ia rasakan mungkin hanya sesaat dan, entah bagaimana, rasa takut akan kehilangan muncul di benaknya.
Sementara itu, seperti pagi-pagi biasanya, mobil sport berwarna hitam sudah terparkir di depan gerbang rumah Baekhyun, menunggu kekasih mungilnya keluar. Dia selalu memastikan untuk menjemput Baekhyun setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah. Udara pagi terasa sejuk, dan sinar matahari yang lembut menyinari jalanan. Chanyeol, dengan senyum hangat di wajahnya, memeriksa jam tangannya.
Tak lama kemudian, pintu rumah Baekhyun terbuka, dan Baekhyun melangkah keluar menuju mobil Chanyeol dengan senyum manis yang langsung membuat Chanyeol merasa hari itu akan menjadi hari yang indah. “Pagi, Chanyeol,” sapa Baekhyun dengan suara lembut sambil menaiki mobil.
“Morning, Baek. Ready to go?” tanya Chanyeol sambil mengulurkan tangannya. Baekhyun mengangguk dan segera menggenggam tangan Chanyeol. Mobil hitam itu melesat membelah jalanan kota Seoul.
“Bagaimana perasaanmu setelah penampilan kemarin?” tanya Chanyeol, mencoba mengangkat topik ringan sambil menggenggam tangan Baekhyun dengan tangan lain tetap pada setir mobil.
Baekhyun tersenyum kecil, meskipun di dalam hatinya masih ada sedikit kegelisahan yang belum ia ungkapkan. “Aku merasa baik... tapi mungkin aku sedikit khawatir,” jawabnya jujur, tidak ingin menyembunyikan perasaannya dari Chanyeol.
“Khawatir tentang?” tanya Chanyeol, berhenti sejenak pada lampu merah di persimpangan jalan, menoleh ke arah Baekhyun dengan perhatian.
Baekhyun menghela napas ringan sebelum melanjutkan, “Aku tidak tahu. Semuanya berjalan begitu sempurna kemarin, tapi aku takut kalau kebahagiaan itu tidak akan bertahan lama. Bagaimana kalau.. semuanya berubah?”
Chanyeol menatap Baekhyun dengan penuh kasih, kemudian merangkul pundaknya. "Baekhyun, apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Kau tidak perlu khawatir terlalu jauh. Yang penting, kita hadapi semuanya bersama."
Dengan kata-kata Chanyeol yang menenangkan, mereka melanjutkan perjalanan menuju sekolah, menikmati momen kebersamaan yang mereka miliki, meski di hati Baekhyun, ada sedikit rasa cemas yang masih tersisa.
•••
Hari itu, setelah Baekhyun dan Chanyeol tiba di sekolah, suasana tampak seperti biasa—siswa berlalu lalang, berbincang dengan teman-teman mereka, dan beberapa masih membahas festival budaya yang berlangsung kemarin. Keduanya menuju kelas, bercanda ringan di sepanjang koridor, merasa nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Namun, tanpa mereka ketahui, hari itu akan membawa sesuatu yang tidak mereka duga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Instruments
RomanceCHANBAEK [END] "Life is a song, and Love is the music" - bbh "Life is precious, cherish every moment and hold your loved ones close" - pcy [Warning!!] bxb yaoi