Bab 11p

583 7 1
                                    

Pagi itu, langit masih gelap. Gue belum sepenuhnya sadar ketika suara langkah kaki kembali terdengar di lorong. Suara yang sama, yang sudah gue kenali-perempuan bertopeng itu. Gue merasa detak jantung gue semakin cepat, perasaan cemas langsung memenuhi dada gue. Gue bahkan belum bisa sepenuhnya menyingkirkan rasa jijik dari kejadian semalam, dan sekarang dia datang lagi, lebih awal dari biasanya.

Pintu berderit saat terbuka, dan gue bisa merasakan hawa dingin menyelinap masuk, menggantikan udara hangat yang sebelumnya ada di kamar ini. Perempuan bertopeng itu masuk dengan langkah anggun, membawa aura menyeramkan yang langsung membuat bulu kuduk gue berdiri. Seperti biasa, topeng itu menutupi wajahnya, membuat setiap ekspresinya sulit ditebak. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada senyum yang lebih menakutkan di balik topengnya-gue bisa merasakannya meskipun tidak bisa melihat wajahnya.

"Selamat pagi, Adela," katanya dengan suara pelan tapi tajam, seperti racun yang merayap pelan-pelan. "Tidurmu nyenyak?"

Gue hanya diam, tidak ada niat untuk membalas. Gue sudah cukup muak dengan permainan ini. Tapi, seperti biasa, dia tidak peduli dengan respons gue. Dia selalu berusaha mengendalikan percakapan, mengendalikan gue.

Dia melangkah lebih dekat ke tempat tidur, tangan lembutnya mengelus rambut pendek gue yang berantakan. Sentuhannya membuat gue merasa jijik, tapi tubuh gue terlalu lemah untuk melawan saat ini.

"Kamu tahu, Adela," dia berbisik dengan lembut, sambil memainkan beberapa helai rambut gue di antara jarinya. "Rambutmu terlalu pendek untuk seorang gadis manis sepertimu. Menurutku, orang-orang akan lebih suka jika rambutmu panjang. Bukankah begitu?"

Gue merasakan darah gue mendidih. Dia mengelus rambut gue seolah-olah gue ini barang miliknya, seseorang yang bisa dia ubah seenaknya. Gue mengertakkan gigi, menahan marah yang semakin membesar di dalam diri gue.

"Aku bukan Adela," gue akhirnya membuka mulut, suara gue terdengar serak. "Dan aku nggak akan pernah jadi seperti yang kau inginkan."

Dia hanya tertawa kecil, seakan-akan gue baru saja mengatakan sesuatu yang sangat lucu. "Kau selalu melawan, Andra. Tapi kau tahu, semakin kau melawan, semakin manis hasil akhirnya nanti. Lihat saja, nanti kau akan terbiasa dengan ini."

Gue mencoba untuk menarik napas dalam-dalam, menahan amarah gue yang terus membesar. Gue tahu kalau gue terlalu impulsif, dia mungkin akan menggunakan situasi ini untuk keuntungan dia lagi.

"Aku nggak peduli apa yang kau katakan," jawab gue dengan nada yang lebih tenang meski masih penuh dengan amarah yang tersembunyi. "Aku nggak akan menyerah, dan kau nggak akan bisa mengubahku."

Perempuan itu menggelengkan kepala dengan santai, tangan masih mengelus rambut pendek gue. "Tapi bagaimana kalau kita buat kau sedikit lebih feminin?" katanya sambil tersenyum, jari-jarinya masih bermain dengan rambut gue. "Bagaimana kalau kita tambahkan sedikit panjang pada rambutmu? Aku punya hair extension di sini."

Mendengar kata-katanya, gue merasa seperti darah di tubuh gue membeku. Hair extension? Dia benar-benar berniat untuk terus mempermainkan gue. Ini bukan sekadar permainan yang dia lakukan dengan foto-foto, ini lebih dari itu. Dia ingin mengubah gue, secara fisik dan mental, menjadi sosok yang bukan diri gue.

Dia mengeluarkan sepotong hair extension dari tasnya, seutas rambut panjang dan berkilau yang tampak seperti benar-benar milik seorang wanita. Gue memandangnya dengan jijik, perasaan muak menyelimuti diri gue. Dia dengan santainya mulai mendekatkan hair extension itu ke kepala gue, seakan-akan ini hanya rutinitas biasa.

"Aku yakin kau akan terlihat cantik dengan rambut panjang ini, Adela," bisiknya pelan, sambil meletakkan hair extension di dekat rambut gue, seolah-olah dia sedang membayangkan hasil akhirnya. "Kau tahu, kadang orang butuh sedikit bantuan untuk mencapai potensi penuh mereka."

Perubahan yang di Paksakan!!(Tsf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang