Pagi hari terasa semakin gelap dan tertekan. Gue terbangun dengan perasaan tertekan yang menyelimuti seluruh tubuh gue. Gaun biru yang masih membalut tubuh gue memberikan sensasi yang asing, sementara rambut panjang yang tergerai di sekitar wajah gue hanya menambah rasa keterasingan yang mendalam. Gue merasa seolah-olah terjebak dalam identitas yang bukan milik gue. Suara langkah kaki yang familiar mulai terdengar dari koridor luar, mendekat ke kamar gue. Gue tahu ini adalah saatnya untuk melanjutkan latihan yang menakutkan.
Pintu kamar terbuka perlahan, menampakkan perempuan bertopeng yang masuk dengan anggun. Dia membawa handphone gue yang telah diupload dengan foto-foto gue dalam gaun biru, dan tatapan matanya yang tajam menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam.
"Adela," suaranya lembut namun penuh otoritas, "sudah cukup dengan permainan handphone. Sekarang saatnya melanjutkan latihan."
Sebelum gue sempat bereaksi, dia sudah menarik tangan gue dengan kekuatan yang mengejutkan, menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang menambah tekanan di tubuh gue. Gue meringis saat dia menggenggam tangan gue dengan kasar. "Ikuti aku," perintahnya, saat dia menarik gue berdiri dari tempat tidur.
Kaki gue terasa kaku dan berat. Setiap gerakan terasa seperti perjuangan melawan gravitasi, ditambah rasa sakit dari suntikan yang mengikat kaki gue. Gue mencoba untuk berdiri dan mengikuti langkahnya, tetapi tubuh gue terasa kaku dan tidak kooperatif. Perempuan bertopeng membawa gue ke tengah ruangan, di depan cermin besar yang terpasang di dinding.
"Sekarang," katanya dengan nada yang tajam, "aku ingin kamu berbicara seperti wanita. Kamu harus menutup kakimu lebih rapat dan berjalan dengan benar seperti wanita. Paham?"
Gue mengangguk meski tubuh gue gemetar. Gue merasa tertekan oleh ekspektasi yang begitu tinggi. Gue membuka mulut dan mencoba berbicara dengan nada yang lembut dan feminin. "Hari ini, aku sangat... sangat ingin merasa nyaman dan bahagia," kata gue, berusaha membuat suara gue terdengar lebih feminin.
Namun, setiap kali gue berbicara, perempuan bertopeng tampaknya tidak puas. "Itu tidak cukup baik, Adela," katanya dengan nada semakin menuntut. "Cobalah lagi."
Gue merasakan pipi gue terasa memerah akibat cubitan yang keras. Perempuan bertopeng mencubit pipi gue dengan tangan yang dingin dan kasar. "Aku akan mencoba lagi," kata gue, berusaha menahan rasa sakit. "Hari ini, aku berharap bisa merasa... bahagia dan penuh warna."
Namun, setiap usaha gue tampaknya tidak memadai. Perempuan bertopeng mencubit pipi dan tangan gue lagi, kali ini dengan tekanan yang lebih kuat. Gue menahan air mata dan rasa sakit, berusaha keras untuk memperbaiki cara bicara gue meski rasa sakit di pipi dan tangan gue semakin menyakitkan. Gue bisa merasakan bekas cubitan yang membengkak di pipi dan tangan gue, dan rasa sakitnya mulai menjadi sangat tidak tertahankan.
Melihat penderitaan gue, perempuan bertopeng tampak sedikit tergerak. Dia menarik napas panjang dan akhirnya berkata, "Sudah cukup untuk tes berbicara. Aku akan menambahkan pita di rambutmu. Ini akan membantumu tampak lebih anggun."
Dia mengeluarkan sebuah pita berwarna cerah dari tasnya. Dengan lembut, dia mulai memasangkan pita itu di rambut panjang gue. Dia memastikan pita itu terpasang dengan rapi dan sempurna, menyisir rambut gue agar terlihat lebih teratur. Meskipun gue merasa sedikit lega karena dia berhenti mencubit, gue tetap merasa tertekan oleh perubahan yang dilakukan.
"Sekarang, aku ingin kamu memasang pita ini sendiri," katanya sambil memberikan pita yang sama. "Cobalah untuk melakukannya dengan rapi, meskipun sebelumnya kamu masih salah."
Gue menerima pita itu dengan tangan yang gemetar. Gue mencoba memasangkannya di rambut gue, tetapi tangan gue masih terasa canggung dan tidak terampil. Gue berusaha keras, tetapi setiap kali gue mencoba, pita itu tampak tidak pas atau miring. Gue harus memeriksa di cermin setiap kali, berusaha memastikan pita itu terlihat rapi, meskipun setiap percobaan selalu berakhir dengan kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perubahan yang di Paksakan!!(Tsf)
Novela JuvenilCerita ini menjelaskan seorang murid yang di jauhi oleh teman temanya karena dia selalu terkena kasus,hari itu Ada Seorang Perempuan Yang Mendatanginya.