Adela merasa tubuhnya semakin letih seiring berjalannya hari. Dia duduk sendirian di pojok aula sekolah, berusaha mencerna semua kejadian yang telah terjadi sejak pagi. Pikiran-pikirannya terganggu oleh banyaknya tatapan yang dia terima. Bahkan saat dia sedang berusaha menghindar dari perhatian, ada saja murid yang mengamati penampilannya. Tiba-tiba, Alena, yang merupakan teman lama Andra dan pernah duduk di bangku yang sama dengannya, mendekat dan duduk di sampingnya. Senyumnya terlihat ramah dan penuh kehangatan.
“Hei, kamu Adela kan?” ucap Alena dengan nada ceria, matanya menyapu penampilan Adela dengan rasa kagum. “Kamu tampak cantik dan manis banget! Aku penasaran, kamu pakai skincare apa sih? Dan makeup apa yang bikin kamu terlihat mulus begini? Sungguh luar biasa.”
Adela sedikit terkejut dengan perhatian mendalam ini, apalagi dari seseorang yang dulunya begitu dekat dengan Andra. Dia merasa gugup dan bingung harus menjawab apa. “Oh, aku… hanya menggunakan beberapa produk biasa,” jawabnya dengan suara lembut. “Untuk makeup, aku hanya… menggunakan apa yang diberikan oleh orang tuaku.”
Alena tampak puas dengan jawaban itu, meskipun dia jelas merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari Adela. Mereka mengobrol sebentar sebelum bel berbunyi menandakan akhir pelajaran. Ketika Adela keluar dari kelas, dia merasakan tatapan-tatapan penasaran yang terus mengikuti langkahnya. Beberapa siswa bisik-bisik sambil melirik ke arah Adela, membicarakan penampilan dan keanehan kehadirannya di sekolah.
Saat Adela berjalan menuju pintu keluar sekolah, dia melihat perempuan bertopeng yang berdiri di dekat mobilnya. Mobil itu, yang kini tampak sangat mencolok dan mahal, membuat Adela merasa tidak nyaman. Dia tahu betapa pentingnya perannya sekarang, dan perasaan cemas menguasai dirinya. Meskipun rasa takut menyelimuti dirinya, Adela tetap melangkah ke arah mobil dan masuk ke dalamnya, duduk di samping perempuan bertopeng.
Perempuan bertopeng menatap Adela dengan tatapan lembut, namun penuh perhatian. “Adela, kamu tampaknya kelelahan, ya?” katanya dengan nada penuh kepedulian. “Kita perlu memastikan kamu merasa nyaman. Rambutmu sedikit kusut, sepertinya kamu perlu perawatan lebih. Besok sore, kita akan pergi ke salon.”
Adela merasa terkejut dan sedikit lega mendengar pernyataan perempuan bertopeng itu. Rasa kelelahan yang menggerogoti tubuhnya seolah-olah sedikit terobati oleh perhatian yang diberikan, meskipun dia tahu ada agenda tersembunyi di baliknya.
Di luar mobil, Adela merasakan tatapan penasaran dari beberapa siswa yang berdiri di sekitar area parkir. Mereka berbicara satu sama lain dengan nada berbisik, matanya mengikuti gerakan mobil yang bergerak pergi. “Lihat, itu Adela!” bisik salah satu siswa. “Dia benar-benar berbeda dari yang lain.”
“Dan mobilnya—wow, sepertinya dia sangat penting,” kata yang lain dengan nada terkesima.
Adela merasa merah padam mendengar komentar-komentar itu. Dia berusaha menenangkan dirinya, mencoba tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan orang-orang di sekelilingnya. Namun, rasa cemas dan ketidaknyamanan masih menyertainya.
Ketika mobil berhenti di depan rumah, Adela merasa sedikit lega bisa berada di dalam ruangan yang aman dari pandangan orang lain. Perempuan bertopeng memandang Adela dengan senyum yang tampaknya tidak sepenuhnya tulus. “Kamu bisa istirahat sekarang,” katanya. “Besok, kita akan mengurus rambut dan segala sesuatunya. Kamu akan semakin sempurna sebagai Adela.”
Setelah perempuan bertopeng pergi, Adela duduk di kamarnya, menatap cermin yang ada di dinding. Rambut panjang dan gaun yang dikenakannya membuatnya merasa semakin terasing dari dirinya yang sebenarnya. Perasaan yang campur aduk—gugup, cemas, dan sedikit lega—menghantui pikirannya. Setiap kali dia memandang dirinya di cermin, dia hanya bisa melihat sosok Adela, bukan Andra yang dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perubahan yang di Paksakan!!(Tsf)
Teen FictionCerita ini menjelaskan seorang murid yang di jauhi oleh teman temanya karena dia selalu terkena kasus,hari itu Ada Seorang Perempuan Yang Mendatanginya.