Welcome Party, Welcome Baby

1.4K 197 79
                                    

Haii!!!

Pada sabar banget sih nunggu sampai Sabtu?

Demi adegan apa coba?

Demi adegan apa coba?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‧₊˚ ⋅ 𓐐𓎩 ‧₊˚ ⋅

"Mau minta cium, boleh?"

Awan diam sekian lamanya dengan posisi yang sama setelah gue mengatakan hal tergila dalam record berkomunikasi gue. Dia masih di depan gue, dengan jarak yang nggak jauh karena dari tadi badannya dibuat condong ke depan. Dalam posisi yang seperti itu, gue bisa lihat bagaimana jakunnya naik turun setelah ekspresi terkejutnya hilang.

"Lo... kepikiran dari mana minta hal begitu ke gue?"

Kalau kalian membayangkankan nada bicaranya seperti bercanda, kalian salah. Gue nggak mendapati raut wajahnya yang jahil seperti biasa, Awan kelihatan begitu serius dan matanya mulai menelisik ke semua sisi wajah gue.

"Itu... gue... nggak, nggak, lupain." Gue nggak jadi mengatakan alasan apapun karena tiba-tiba Awan bergerak. Wajahnya sangat dekat dengan gue, sampai-sampai tahi lalat kecil yang ada di bawah ujung matanya menjadi hal yang nggak bisa berhenti gue tatap.

"Sha?"

Napasnya wangi banget, gue yakin dia baru selesai gosok gigi sebelum kembali ke kamar barusan. Tapi bukan itu yang bikin napas gue jadi tertahan, melainkan kedua tangannya yang bergerak mengurung gue dengan begitu pasnya.

"Kak..." Satu tangan gue berusaha menahan tubuhnya agar nggak benar-benar mengikis jarak antara kami berdua. Tapi dia justru meraih tangan gue, menggenggamnya dengan cara yang nggak biasa.

"Lo tahu setelah ini gue nggak akan bisa berhenti."

Lalu gue merasakan tubuhnya merapat, sementara gue yang seharusnya berontak malah menikmatinya. Jiwa kurang kasih sayang gue seolah mempersilakan Awan untuk melakukan apapun sesukanya. Karena gue begitu menyukai setiap sentuhannya, di wajah gue, di lengan gue, di tengkuk gue. Juga ketika jemarinya mulai berani untuk mengusap pinggang gue... dari balik kaus yang gue kenakan.

Tapi sebelum tangannya merayap ke mana-mana, Awan mencium gue dengan sangat lembut. Otak gue berhenti bekerja dan gue nggak bisa berkutik. Gue bahkan nggak berusaha berpikir tentang apa yang harus gue lakukan karena gue sangat menyukai perasaan aneh yang baru gue temukan hari ini. Gue menggilai apapun yang dilakukan Awan saat ini.

Sampai kecupannya yang semula hanya diam akhirnya berubah jadi lumatan lembut, gue baru bisa merasakan gelenyar aneh di tubuh gue. Saat akhirnya tangan Awan berhenti di tengkuk gue, dia menekannya agar ciumannya menjadi lebih dalam. Sedang antara kami berdua nggak lagi ada jarak yang memisahkan.

Awan berhenti dan kepalanya mundur sebentar, gue berpikir mungkin karena gue belum merespon apa-apa.

"Is it your first time? "

DISASTER COMESSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang