Mahawira: Lembaga Pengembangan Skill Teamworking

1.3K 186 54
                                    

Selamat Hari Sabtu!!

Maaf nih keskip update Rabu karena tau kan artinya apa??

Iya, hidup lagi chaos banget!!

Aku kasih yang manis-manis deh. Semoga besok-besok nggak skip update lagi ya hehe.

Happy reading ^

Then I go and spoil it allBy saying something stupid like, "I love you"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Then I go and spoil it all
By saying something stupid like, "I love you"

‧₊˚ ⋅ 𓐐𓎩 ‧₊˚ ⋅

Apa yang kita rasakan setelah orang yang kita suka mengatakan kalau dia juga punya rasa yang sama? Berbunga-bunga sampai bahagianya mengalahkan dapat transfer lima ratus ribu di Hari Senin? Atau semenyenangkan tontonan drama Korea yang butterfly effect-nya terngiang sampai dua minggu lebih?

Gue rasa nggak. Setelah terbangun dari tidur nyenyak semalam, gue mendapati Awan basah kuyup karena keringat berdesakan keluar dari tubuhnya. Dia membuka pintu dengan sedikit berisik dan melepas sepatunya asal, berantakan. Pagi yang terasa jarang. Kalau biasanya Awan tidur menjelang subuh dan bangun lebih siang dari jam sembilan, kali ini berbeda. Setiap ada kesempatan tidur lebih awal, Awan selalu bangun pagi dan menyempatkan diri untuk lari selagi hawa masih melepas sejuk.

"Dibangunin nggak bangun yeu!" Dia mengacak rambut gue sambil berlalu ke kamar mandi.

Hal yang gue pikirkan hanya bagaimana cara seseorang seperti dia mengendalikan semua yang dia punya seapik itu? Setelah bicara panjang soal perasaan kemarin, gue masih punya canggung untuk seenggaknya memikirkan harus bersikap bagaimana. Gue malu, ya kali enggak? Habis flash sale dan mau-mauan disuruh menunggu dia siap seolah harga diri gue nggak lebih mahal dari sebiji permen Ting-Ting. Tapi Awan selalu punya cara untuk menghilangkan rasa malu gue, kali ini dengan nggak mengungkit hal itu dan mengembalikan suasana kami seperti biasanya.

"Tadi mau nanya apa, Sha?"

Tengah malam, gue terbangun sekitar jam tiga pagi dan nggak sengaja juga membangunkan dia karena lengannya gue pindahkan begitu aja dari perut gue. Dia menggeser posisinya ketika gue kembali dari kamar mandi untuk buang air kecil.

Dia serius mau melanjutkan pembicaraan kami ketika belum ada lima menit kami sadar.

"Yang aku nggak jawab karena udah tidur." Jelasnya lagi.

Gue yang masih sayang dengan rasa kantuk jadi mau nggak mau mengingat pertanyaan yang akan gue lempar terakhir kali tadi. Kami saling berhadapan dan gue lega karena dia nggak repot-repot mengembalikan lengannya untuk memeluk gue. Karena bisa saja napas gue terhenti untuk lebih fokus menikmati kenyamanan yang dia buat.

"Mau tanya, gue harus nunggu sampai kapan?"

Awan berpikir agak lama, gue rasa dia juga nggak bisa menjanjikan apa-apa. Apalagi sampai kapan.

DISASTER COMESSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang