[ Seri #1 Mahawira x Calon Ibu Rumah Tangga ]
‧₊˚ ⋅ 𓐐𓎩 ‧₊˚ ⋅
DISASTER COMESSY: Disaster Comedy-Messy
••• Jungkir balik Asha, mengejar Awan dan S.T. •••
Benar katanya setelah masuk kuliah kehidupan kita akan terasa jauh berbeda dari masa SMA. Jungk...
Chapter ini ditulis asal-asalan dan dipublish tanpa cek ulang. Tandain typo ya <3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𓃮𓃮𓃮
— Awan's POV
Telinga gue hampir tuli mendengar celotehan anak-anak yang terus mempertanyakan tentang hubungan gue dan Asha. Hari itu Hari Kamis dan nggak ada yang beda selain karena jadwal bengkel maju mulai pukul sepuluh pagi. Jam tidur semalam yang sebentar sudah gue pangkas dengan overthinking yang mengantarkan gue buat menghubungi Enggar, Dava, dan Kama untuk meminta saran.
'Serius nanya, cewek ngambek itu diapain biar baikan?' adalah kalimat yang gue kirim lewat WhatsApp semalam. Dari tiga orang yang gue mintai pendapat, selalu cuma Enggar yang paling waras jawabannya.
From: Enggar Ya ajak ngobrol, cari timing yang pas biar sikonnya mendukung. Lagian salahmu apa kok bisa selama itu ngambeknya?
Sementara Dava malah cosplay data analyst kepo, bukannya fokus sama pertanyaan gue malah sibuk ngelakuin root cause analysis.
From: Dava Pradana Siapa yang ngambek? Ngambeknya kenapa? Udah berapa lama? Lo peluk aja dari belakang, bisikin "aku cinta kamu".
Nggak solutif.
Kama? Jangan ditanya! Keputusan yang salah buat memilih dia sebagai bahan pertimbangan. Otak mesumnya benar-benar nggak bisa dikondisikan lagi.
From: Kamasendra Kasih pilihan, baikan atau lo gue bungkus ke hotel? Sesimpel itu padahal.
Jadi gue menyimpulkan kalau ngobrol adalah langkah yang paling sesuai sama rencana gue. Malam ini atau besok, gue harus curi waktu Asha yang pas. Nggak ada ceritanya gue bersabar-sabar lebih lama lagi setelah kasih dia space dua hari yang rasanya hampir gila bahkan untuk nggak saling sapa ketika dia datang ke sekretariat.
"Kusut bangeettt mukanyaaa."
Oke, gue sudah sampai di titik di mana kesuntukan gue di-notice sama Khansa. Sebagai satu-satunya anggota perempuan Mahawira dari Teknik Mesin, Khansa selalu jadi simbol keceriaan di angkatan kabinet. Tapi kali ini dia mengejek muka gue yang sepertinya bentuknya nggak beraturan lagi semenjak gue nggak punya banyak waktu bersama Asha.
"Lagi patah hati tuh, bantuin gih."
Tuh, kan. Tanya ke Kama benar-benar pilihan yang buruk karena semua yang hadir di bengkel sekarang jadi tahu kalau gue punya hubungan yang nggak baik-baik aja sama Asha. Tanpa perlu menyebut nama, mereka sudah langsung konek sama kejadian di depan sekretariat waktu itu.
"Lho, patah hati sama siapa?" Sementara Khansa sendiri yang setiap hari kerja bareng Asha nggak begitu sadar sama silent treatment yang Asha berikan ke gue.
