"tolong jemput Saya di pintu belakang rumah sakit sekarang juga" ucap seseorang dalam telfon
"Siap bos"
Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Wanita itu terbangun kala deringan handphone mengusik telinganya dan dengan cepat ia angkat karena yang menelfon adalah bos nya yang bekerja sama dengannya beberapa tahun silam.
Dengan wajah lusuh Bagun tidurnya ia langsung bersiap dan menancapkan pedal gas mobilnya ke arah di mana ia akan tuju. Tak lupa ia mengunci rapat semua pintu yang berada di dalam rumahnya agar anak yang berada di dalamnya tidak dapat melarikan diri.
Tak lama kemudian mobil itu sampai di tempat tujuan.
"Selamat pagi menjelang siang dokter Elina" sapa wanita itu pada dokter Eliana selaku dokter bedah dan juga bos nya
Elina hanya tersenyum saat orang itu menyapanya. Wajahnya memang ramah namun hatinya terdapat banyak sekali rencana kejahatan di sana yang tidak banyak orang tau.
"Gimana?" Tanya dokter Elina pada anak buahnya itu yang sedang mengendarai mobil
"Semalem gampang banget dapetinnya, soalnya dia tuh keliatan kaya anak blah bloh jadi ya gak susah susah amat, mana dia sendirian pula kan jadi langsung sat set aja " jawabnya penuh tawa kepuasan
"Bagus... Saya suka cara kerja kamu" jawab dokter Eliana mengapresiasi anak buahnya
"Sebenernya saya cuma butuh mata dia doang sii satu soalnya di rumah sakit beberapa hari lalu ada yang butuh tapi stok lagi abis" lanjutnya di iringi dengan sedikit senyuman jahat khasnya
" Kenapa gak pake mata anak yang pekan lalu aja kalo tau gitu?" Tanya wanita itu
"Ya kali kita serakah, kita udah ambil hati juga dua ginjal dia masa matanya juga, kan masih banyak anak anak lain yang bisa jadi sasaran" jawabnya santai
Pasalnya pekan lalu mereka berhasil meng eksekusi seorang anak perempuan pengemis jalanan yang tidak di ketahui identitasnya yang membuat mereka senang karena pasti hal yang mereka lakukan tidak akan ketahuan oleh siapapun dan anak itu sampai saat ini pun tidak ada yang mencarinya. Lalu bagaimana dengan nasib anak jalanan itu? Anak itu mati dengan sendirinya karena menahan rasa sakit' dan juga lapar yang membuat dokter Eliana dan anak buahnya mengubur di sebuah lahan kosong di belakang markas mereka.
(Kejem banget si Eli Eli itu 😥)
.....
Pagi ini di rumah Sean juga tak banyak obrolan seperti biasanya. Mereka semua diam dan ribut dengan isi pikiran dan hati mereka masing masing.
Zee yang terus mengurung diri di kamarnya, Sean dan Gracia yang tampak kebingungan serta rasa khawatir menyelimutinya dan Muthe yang masih menunggu kedatangan sang bunda yang di perkirakan sampai 1 jam lagi.
Tak ada yang sarapan pagi itu kecuali muthe. Bu asri juga sudah 2 hari tidak berangkat karena izin menengok anaknya yang berada di luar kota.
Sedangkan di dalam sebuah kereta Shani duduk seorang diri di samping jendela. Matanya mengarah pada pemandangan setiap perjalanan pulang. Tak jarang air matanya pun menetes merasakan kekahwatiran dalam benaknya. Berulang kali ia mengusap air matanya yang membasahi pipi putihnya. Tak lupa ia juga selalu meminta pertolongan pada tuhan Agar semuanya bisa di permudah dan Christy kembali kepadanya.
Jam 10 pagi Shani mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai di stasiun. Dirinya memilih duduk di sebuah kursi tunggu sembari memainkan ponselnya agar mata sembabnya itu tidak di lihat banyak orang dan untung saja ia memakai sebuah topi putih dan masker putih jadi mungkin hanya orang yang benar benar memperhatikan tahu bahwa mata Shani terlihat sehabis menangis.