Rasanya, Anggis ingin mengumpat dan memarahi dirinya sendiri. Ia marah, kecewa dan malu karena terlalu lengah dengan anaknya sendiri!
Athar, lelaki tampan berkulit bersih itu, tiba - tiba pulang dengan memeluk robot mainan. Robot itu berwarna kuning, terlihat canggih dan pastinya sangat mahal. Bukan hanya itu, Anggis hampir saja berteriak histeris ketika Athar mengatakan dari mana ia mendapatkan mainan itu. Rasanya seluruh tubuh Anggis meremang, merasa malu dan rendah diri.
"Ini benaran dikasih Om Rama kok, Bu."
"Iya, Ibu tahu. Tapi, kalau Ibu minta dikembalikan, Athar mau kan?"
"Kenapa harus dikembalikan, ini kan sudah dikasih?"
Anggis tersenyum, berpikir sejenak agar tidak menyakiti hati anaknya. Anggis sama sekali tidak bisa menerima! Rasanya terlalu aneh sampai harus menerima sesuatu dari mantan kekasih, apalagi itu untuk anaknya. Dari dulu, Rama memang baik, tapi untuk sekarang, Anggis tak bisa lagi menerima. "Tolong dikembalikan ya, nak. Nanti kalau uang Ibu sudah cukup, Ibu janji bakal beliin buat Athar." ucap Anggis lembut. Ia berusaha mempertahankan senyum walau nyatanya sangat sakit. Hatinya sakit melihat wajah sendu Athar, bahkan napasnya seakan terhenti setelah melihat jemari mungil itu mengelus dengan sayang robot pemberian Rama.
Maaf! Anggis mengaku egois. Tapi sumpah! Ia sama sekali tak bisa menerima. Ini sakit, bahkan berkali - kali lipat lebih sakit daripada diusir dari rumahnya sendiri. Mungkin berlebihan, tapi itu yang ia rasakan.
Anggis menghembuskan napas lega setelah melihat kepala Athar yang mengangguk pelan. Anggis menyadari ia bukan Ibu yang baik. Hanya karena keegoisannya sampai mengorbankan perasaan anaknya sendiri. Tapi tolong untuk kali ini, biarkan ia berlaku seperti itu.
Anggis pernah menyakiti Rama, membuat lelaki itu menangis karena penolakan ia berikan. Dan sekarang, apakah masih pantas ia menerima kebaikan lelaki itu?
Athar adalah anak dari lelaki yang membuat mereka berpisah, jadi tolong! Jangan terlalu baik padanya.
***
Anggis berdiri kaku di depan pagar rumah Rama, sedangkan Athar sudah masuk ke dalam rumah lelaki itu. Detak jantungnya berdetak tak karuan, menunggu kedatangan anaknya yang terlalu lama di dalam sana. Dan kini, helaan napasnya terdengar walau sekali lagi harus kecewa. Athar baru saja keluar, dan tetap! Robot itu masih berada di tangannya.
"Ibu!! Om Rama bilang jangan dibalikin, katanya ini memang buat Athar." seruan Athar terdengar riang. Bahkan ia melompat kegirangan mendekati Anggis. Sedangkan Anggis, tersenyum canggung dengan mata yang melirik lelaki itu. Ada Rama di sana, berdiri di ambang pintu dengan wajah datar.
Kekehan Anggis terdengar sumbang, bukan karena bahagia melainkan bingung. Ia masih pada pendiriannya yang tak mau menerima. Dengan cepat raut wajahnya berganti, menjadi murung dan terlihat sendu. "Ibu kenapa?" tanya Athar. Menatap lekat wajah Anggis yang masih murung.
"Ibu sedih karena Om Rama nggak mau terima robot ini." jawab Anggis lirih. Mengelus dengan sayang pipi anaknya yang semakin bingung. Lumayan lama mereka terdiam, sampai akhirnya Athar mengangguk dan kembali berbalik mendekati Rama.
Dan Anggis sekali lagi menunggu, berharap cemas dengan apa yang mereka bicarakan. Tidak ada yang bisa ia dengar, selain melihat wajah Rama yang kini tersenyum. Tangan lelaki itu bahkan terangkat, mengelus dengan sayang rambut pendek Athar.
Entah berapa lama Anggis menunggu, sampai akhirnya Athar berbalik menghampirinya. Dan tetap! Robot itu masih ada di tangannya. Sosok mungil itu bahkan melambai pada Rama yang masih saja tersenyum, dan tak tahu benar atau tidak, senyum itu kini ditujukan pada Anggis.
"Ibu, maaf ya." Athar tersenyum menggemaskan dengan robot yang ia peluk erat.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Permintaan Maaf Anggis [END]
Ficción GeneralTakdir hidup siapa yang tahu, begitu pun Anggis. Niat hati meninggalkan yang baik demi sesuatu yang lebih baik, ternyata tak berjalan mulus. Anggis tak lagi diberi pilihan, si baik memintanya kembali, tapi Anggis ragu!