18

3.2K 532 96
                                    

Shani melangkah cepat, melewati lorong-lorong rumah sakit dengan detak jantung yang seakan beriringan dengan langkah kakinya. Hatinya terasa berat, cemas memikirkan kondisi Zee, si adik kesayangan yang ceria dan selalu penuh energi.

Ketika Shani mendekati ruang rawat, matanya langsung tertuju pada Cindy yang sedang menunggu di dekat pintu. Cindy duduk dengan punggung bersandar di kursi, wajahnya terlihat khawatir.

Shani segera menghampiri, Cindy yang melihat Shani segera berdiri dan Shani menghentikan langkah tepat di sampingnya.

"Mbak, gimana keadaan Zee? Apa dokter udah kasih kabar?" tanya Shani cemas.

Cindy menggeleng pelan. "Belum, Shan. Kamu tenang dulu ya."

Pas sekali, dokter keluar dari ruang rawat Zee memandang keduanya, kemudian mendekat dengan ekspresi yang cukup tenang. Shani dan Cindy langsung menatap sang dokter, tak sabar ingin mengetahui keadaan Zee.

"Kalian keluarga dari Zee?"

"Iya, saya kakaknya. Bagaimana keadaan Zee, Dok?" sahut Shani langsung merespon cepat.

Sang dokter tersenyum tipis untuk menenangkan. "Kondisinya stabil. Syukurlah, Zee hanya mengalami reaksi alergi ringan. Untung saja dia hanya makan sedikit kacang, dan segera di tangani, jadi reaksinya tidak terlalu parah."

Shani menghela napas lega, namun belum sepenuhnya tenang. "Jadi... dia nggak apa-apa, kan? Tidak ada komplikasi lain?"

Dokter pria itu mengangguk. "Iya, dia sudah mendapat penanganan dengan epinefrin saat tiba di sini. Sekarang kami hanya melakukan observasi untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Zee hanya butuh istirahat, dan kami akan mengawasinya selama beberapa jam ke depan untuk berjaga-jaga."

Cindy dan Shani mengangguk mengerti. "Syukurlah... Terima kasih, Dokter." ucap Cindy.

"Ya. Tapi sepertinya dia memang memiliki riwayat alergi kacang ya?" tanya dokter.

Shani mengangguk. "Iya, dulu bahkan dia sampai kritis. Makanya tadi saya begitu khawatir."

"Tidak perlu khawatir, kedepannya pastikan untuk selalu membawa auto-injector epinefrin kalau dia punya riwayat alergi kacang seperti ini. Itu bisa sangat membantu dalam situasi darurat."

Fyi: Auto-injector epinefrin adalah alat medis yang dirancang untuk memberikan dosis 'epinefrin' (obat dan hormon yang yang terlibat dalam mengatur fungsi organ visceral, contohnya pernapasan) secara cepat dan aman, biasanya digunakan dalam situasi darurat untuk mengatasi reaksi alergi berat atau anafilaksis. Alat ini mudah digunakan, bahkan oleh orang awam, karena bentuknya mirip pena dan hanya perlu ditekan pada bagian tubuh tertentu. Epinefrin membantu membuka saluran napas, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi pembengkakan yang bisa mengancam nyawa.

"Baik, Dok. Terimakasih banyak."

"Jika ada yang ingin ditanyakan lagi, jangan ragu untuk panggil saya. Sekarang Zee bisa kalian jenguk, tapi biarkan dia banyak istirahat dulu."

Setelah berbincang cukup jelas, sang dokter telah kembali ke ruangannya. Kini tersisa Shani dan Cindy saja.

Shani melihat Cindy dengan pandangan bersyukur. "Untung mbak cepet bawa Zee ke rumah sakit. Kalau nggak, aku nggak tau apa yang terjadi."

"Tenang ya, Shani. Alhamdulillah sekarang kita udah tau keadaan Zee baik-baik aja." balas Cindy sambil memeluk Shani, ia tahu jelas perasaan Shani sekarang.

"Aku bener bener takut tadi, makasih banyak ya mbak..."

"Sama-sama. Aku tadi nggak sengaja liat Zee di depan gerbang sekolah, dia kaya kesakitan gitu. Tapi, kok bisa dia makan kacang?" tanya Cindy penasaran plus heran, Shani sangat tahu Zee alergi kacang, wanita itu tidak mungkin memberi makan Zee yang berbau kacang, pikir Cindy.

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang