08

2.9K 455 98
                                    

Malam ini, kedua saudara Cavandra tengah makan malam. Mereka adalah Shani dan Zee, saudara mereka satu lagi masih mengurung diri di kamarnya dari tadi siang.

Zee baru menyuap makannya dua suapan, ia terus melihat jam dinding yang kini menunjukkan pukul delapan malam. Raut wajahnya gelisah dan hatinya pun merasa tidak enak, rasanya makan pun tidak berselera.

"Zee? Kamu kenapa sayang? Dari tadi kaya gelisah banget?" tanya Shani, ia peka melihat Zee yang terlihat sekali tidak berselera makan.

"Eum... Cici ngga mau cek Ci Ge?" gugup Zee manatap Shani di sebelahnya.

Shani tersenyum kecil, kedua tangan yang memegang sendok dan garpu itu ia simpan sejenak di atas piringnya, lalu memfokuskan tatapannya pada adiknya.

"Tadi juga kan udah cici cek, tapi kamu tau sendiri kan dia kunci pintunya?"

Zee mengangguk, ia memang tahu tapi saat ini rasa khawatir yang ada pada dirinya itu semakin besar, pikirannya saat ini hanya tertuju pada Gracia.

"Udah... sekarang makan dulu aja ya yang bener? Cici aja udah habis nih." tunjuk Shani pada piringnya.

"Ci Shani ngga punya kunci cadangan?"

Shani menghela nafasnya, ia tahu secara tidak langsung Zee pasti menyuruhnya untuk mengecek Gracia lebih jelas.

"Azizi, dengerin cici ya."

"Kejadian ini bukan sekali dua kali, Gracia udah biasa ngurung diri kaya gitu." lanjut Shani.

"Tapi ci, ini tuh beda. Dari tadi siang ci Ge belum makan, apalagi tadi mukanya pucet, kayanya beneran lagi sakit deh..."

"Liat Ge liat! Rasa sayang dia ga pernah berubah buat kamu, bahkan setelah kejadian tadi aja dia masih tetep khawatir sama kamu." batin Shani.

"Ci ih ayoo, ayo cepetan cek lagiii." Zee merengek karena melihat Shani yang diam saja.

"Makanan nya habisin dulu, Azizi." titah Shani tegas namun kepala Zee menggeleng.

"Cek dulu ci, please..."

Mata Shani terpejam sejenak lalu ia memundurkan kursinya dan bangkit meninggalkan Zee untuk mengambil kunci cadangan kamar Gracia.

Hanya membutuhkan waktu sebentar Shani langsung saja mengeksekusi, ia membuka pintu kamar Gracia dan ternyata bisa.

"Syukurlah, kunci yang di dalam berarti Gracia lepas." gumamnya. Ia menatap Zee yang menunggunya di bawah sana, Zee tersenyum senang dan mengangguk puas saat melihat pintu di atas sana terbuka.

Gadis itu memang memilih menunggu di bawah karena jika ikut Gracia pasti tidak suka, jadi Zee memilih aman saja. Tujuan Zee menyuruh Shani mengecek keadaan Gracia di dalam hanya untuk memastikan cici keduanya itu baik-baik saja, selebihnya terserah deh dia mau apa.

Shani melangkah lebih dalam, suasana kamar itu temaram sekali, tidak ada lampu yang menyala satu pun. Gorden pun semuanya belum tertutup membuat Shani menghela nafasnya dan melangkah menuju jendela terlebih dahulu, setelah itu ia mencari saklar lampu hingga kini Shani bisa melihat jelas Gracia tengah berbaring di tempat tidurnya.

"Ge, kamu sakit?" tanya Shani, sebenarnya dari lubuk hatinya masih malas sekali untuk berbicara dengan Gracia, niat hati ingin memarahi Gracia namun kata-kata Azizi tadi siang selalu terngiang-ngiang di benaknya.

Gracia nampak tertidur bahkan tak terusik. Shani lebih mendekatkan diri, kedua alisnya spontan terangkat kala ia melihat kedua mata Gracia begitu sembab.

Tangan Shani terangkat memegang dahi Gracia, panas. Ternyata adik pertamanya ini benar-benar sedang sakit.

"Ikatan batinnya kuat banget, Zee sampai gelisah kaya tadi ternyata beneran Gracia sakit." batin Shani.

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang