12

2.9K 514 182
                                    

Senin tiba, cahaya matahari semakin muncul dibalik pepohonan yang menerobos celah jendela kamar putih bernuansa dino ini. Suara burung berkicau mengiringi langkah kaki Zee yang saat ini sedang bersiap, gadis itu sudah memakai seragam putih birunya untuk menjalani MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah).

Di depan cermin, ia mulai merapikan helaian rambutnya dan sedikit memoles wajahnya. Terdiam sejenak dengan tangan yang meraba area matanya, kedua mata Zee masih sedikit sembab. Ia baru sembuh dua hari yang lalu membuat tubuhnya saat ini belum benar-benar vit.

Cklek.

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok Shani yang kini masuk dengan senyuman hangatnya, wanita itu langsung mendekat pada Zee.

"Selamat pagi, Azizi." sapa Shani. Perlahan, badannya sedikit membungkuk untuk memberikan ciuman hangat di pucuk kepala Zee.

"Pagi juga, Cici." sahut Zee sambil memeluk perut Shani.

"Udah siap belum ini, hm?"

"Udah, tapi aku minta tolong kepangin rambut aku ci."

"Boleh, di suruh di kepang ya?"

"Iya. Sama di tambahin pita juga, ci. Untung aja cici beli waktu itu."

Shani tersenyum, ia mulai menyisir dan membagi dua rambut Zee. Setelah itu, di satu sisi ia membagi lagi menjadi tiga bagian lalu mengepangnya dengan rapih.

Beberapa menit kemudian kepangan selesai, Shani mulai menutupi karet dengan pita berwarna biru.

"Nah selesai... lucu banget sih." puji Shani, Zee ini jarang-jarang di kuncir seperti ini. Ternyata, lucu juga gemas seperti anak SD.

"Ah, Cici bisa aja deh. Aku kan emang lucu." Zee tersipu.

"Iya bener kok, Azizi mah adik aku yang paling lucu." Shani merapikan kerah seragam Zee namun matanya melihat seperti ada yang kurang.

"Eh, mana nih dasinya? Kok belum di pake?"

"Emang harus pake dasinya juga Ci?"

"Iya dong, biar lengkap." Shani malah melangkah ke arah kasur, karena seingatnya tadi ia sudah meletakkan dasi disana.

"Nah ini nih, sini coba hadap ke Cici." Shani menemukan dasinya, ia pun mulai memasangkan dasi di kerah baju Zee.

"Cici udah kaya bunda yang ngurus anaknya deh," kata Zee terkekeh sambil memegang kedua pipi Shani karena posisinya kini Shani menunduk membuat wajah keduanya berhadapan.

Mendengar itu Shani tersenyum saja, wajahnya sedikit maju guna mencium singkat dahi sang adik. "Udah selesai, cantik."

"Wahh makasih cicikuu." antusias Zee yang kini melihat penampilannya di cermin.

"Iya, sayang. Yuk turun kita sarapan." ajak Shani yang langsung di angguki Zee, sebelum turun kebawah Zee memakai terlebih dahulu sepatu dan juga tasnya. Mentang-mentang sepatu baru, jadi di pakai walau masih di dalam rumah.

Di meja makan suasananya sepi, ketiga saudara Cavandra ini fokus pada makanan nya masing-masing.

Makanan Zee sudah habis, gadis itu langsung menatap Shani dengan antusiasnya. "Udah habis, ayo ber–"

"Susunya belum di minum, kebiasaan kamu tuh." potong Shani.

Zee menyengir dan langsung meminum susunya hingga habis.

"Uuhhh pinter nya adikku..."

"Enak ci, aku suka."

"Bagus deh kamu suka, cici gausah ganti-ganti lagi susu yang cocok buat kamu."

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang