22

3.3K 549 197
                                    





Langit cerah dan angin sepoi-sepoi berhembus lembut di sepanjang pantai. Shani, dengan semangat yang tidak pernah luntur, membawa Gracia dan Zee untuk menghabiskan waktu bersama sambil menunggu senja tiba. Mereka tiba di pantai saat hari masih siang, sinar matahari terasa hangat di kulit dan suara ombak yang tenang memberikan suasana yang damai.

"Masih siang, ci. Senja nya belum ada." celetuk Gracia membuat Shani menoleh ke belakang dimana kedua adiknya mengikutinya.

"Cici sengaja, Ge. Biar kita puas disini, sambil nunggu senja kita main main dulu aja."

"Oh oke-oke, ci."

"Ayo, cepet sini! Kita main pasir dulu sebelum senja." serunya dengan tawa riang, jelas bersemangat seperti anak kecil. Gracia dan Zee terus mengikuti dari belakang, lebih tenang, tapi tidak bisa menahan senyum melihat kakak tertua mereka yang kini begitu bersemangat.

Zee, gadis itu masih banyak diam merasakan sisa-sisa kecanggungan jika bersama Gracia, tapi setidaknya berada di pantai ini membuat pikirannya sedikit lebih tenang.

Gracia, di sisi lain, ia terus mencoba mencairkan suasana antara mereka. Ia merasa bahwa ini mungkin kesempatan untuk mencoba lagi memperbaiki hubungan dengan Zee setelah semua yang terjadi.

Gracia menoleh ke Zee yang berjalan beberapa langkah di belakangnya. "Zee, kamu mau bikin istana pasir nggak?" Gracia tersenyum sedikit, berharap dapat menarik perhatian adiknya.

Shani yang mendengar itu, langsung mendekat. "Ayo, Zee! Nggak seru kalau cuma cici sama Gracia yang bikin istana pasir. Lagian, kamu jago bikin bentengnya kan dulu?"

Zee akhirnya menghela napas, seolah menyerah pada bujukan cici cici di depannya ini. "Oke deh, aku bantu bikin bentengnya," katanya.

Shani dan Gracia langsung tersenyum lega, dan ketiganya mulai duduk di pasir, membangun istana pasir seperti yang mereka lakukan saat masih kecil. Meski tidak banyak bicara, setidaknya mereka mulai terlibat dalam kegiatan yang sama, dan perlahan suasana yang canggung mulai mencair.

Gracia sesekali mencuri pandang ke arah Zee, berharap bisa memulai percakapan lebih banyak. "Wah, ayo-ayo semangat Zee," ucap Gracia.

Zee tersenyum tipis dan menatap Gracia sejenak. "Iya, ci."

Gracia tersenyum lega mendengar respon Zee. Meskipun Gracia belum bisa melihat sikap Zee kembali seperti dulu, tapi setidaknya ini adalah kemajuan. Mereka terus bermain pasir bersama, menciptakan istana pasir dengan benteng-benteng kecil di sekelilingnya. Sementara itu, Shani sibuk menambahkan hiasan dari kerang-kerang yang ia temukan di pantai.

"Liat nih, aku tambahin bendera di sini," ujar Shani sambil menancapkan ranting kecil ke atas istana pasir mereka.

"Ih sama aku sama aku, please cii sama aku." mohon Gracia, ia ingin dirinya yang menancapkan rantingnya.

"Apa sih, Ge. Lucu banget kamu hahaha." tawa Shani sambil memberikan rantingnya pada Gracia.

Semakin lama, Zee terus memandangi Shani dan Gracia yang sibuk menghias benteng pasir, perasaannya perlahan mulai berubah. Angin laut yang sejuk membelai wajahnya, ia merasa seolah-olah terlempar ke masa kecil yang belum pernah ia rasakan, masa di mana ia membayangkan bisa bermain bersama ayah dan bundanya.

"Ayah, bunda... kalian liat kita nggak? Terutama aku, kalian liat aku nggak disini?" batin Zee menatap langit.

Zee fokus terdiam, pandangannya melayang jauh ke cakrawala, sementara di sampingnya, tawa Shani dan Gracia sesekali terdengar. Perlahan, tanpa sadar, Shani dan Gracia mulai menyerupai peran yang tak pernah terisi dalam hidupnya. Shani dengan sikap dewasa dan protektifnya selalu mirip dengan bayangan seorang ayah dan bunda, sosok peran yang selalu hadir untuk melindungi. Sementara Gracia, perempuan itu kini mulai semakin mengisi ruang yang selama ini.

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang