05

2.8K 427 141
                                    

Ketiga bersaudara ini baru saja keluar dari mall, mereka telah selesai belanja perlengkapan sekolahnya. Semua barang-barang sudah di masukan ke dalam mobil begitupun dengan orang orangnya, sudah aman di dalam mobil.

Shani menyetir dengan santai sesekali menatap Gracia di sebelahnya yang sibuk dengan handphone nya, sedangkan Zee duduk sendiri di belakang sambil melihat ke arah luar, anak itu tampak senang membuat Shani yang menatap lewat pantulan kaca itu menimbulkan senyumnya.

Mereka tidak akan langsung pulang, Shani sudah memiliki niat untuk mengajak kedua adiknya mampir terlebih dahulu ke cafe langganannya.

"Ci, kita mau kemana? Kok ini bukan arah jalan pulang?" tanya Zee yang sangat menunggu jawaban dari Shani.

"Kita mampir ke cafe dulu ya sayang, mumpung belum malam." jawab Shani.

"Wihh asikkk, oke Cici." riang gembira Zee, sudah lama sekali mereka tidak bepergian seperti ini, karena sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Setelah menempuh waktu 15 menit di perjalanan akhirnya mereka sampai, Shani memarkirkan mobilnya di parkiran lalu mengajak kedua adiknya untuk segera turun dan langsung masuk ke dalam cafe itu.

"Loh, Shani?!" seru seorang wanita terkejut melihat kedatangan Shani.

Shani tersenyum, mendekat pada wanita itu dan mereka langsung berpelukan. "Hai, Sis. Apa kabar?" tanya Shani pada orang yang di panggil Sis itu.

Dia adalah Sisca Saviora, teman dekat Shani sejak SMA.

"Baik dong, Shan. Lo apa kabar ih? Udah lama banget ngga kesini, sombong lo ah." ujar Sisca dengan wajah malasnya.

"Sibuk gue."

Sisca memutar bola matanya malas, lalu mengalihkan tatapannya pada Gracia dan Zee.

"Eh, Zee apa kabar sayang?" Sisca merangkul pundak Zee excited membuat Gracia yang berada di dekat mereka menjauh, menatapnya tak suka ke arah Sisca karena menurutnya Sisca terlalu grasak-grusuk.

Zee tersenyum kaku, ia sudah biasa dengan kelakuan teman cicinya ini. "Baik kak, aku baik kok." sahut Zee, ia tidak risih hanya saja malu di lihat oleh orang sekitar.

"Uluh uluh, makin tinggi aja kamu. Jangan cepet gede ah, nanti aku ga bisa jailin kamu lagi." Sisca gemas mencubit pipi tembam Zee, hal itu membuat Zee lagi-lagi pasrah.

"Sis udah sis... adek gue buset sampe merah begini pipinya." Shani merasa kasihan pada Zee yang pasrah, ia menarik lengan adiknya dari rangkulan Sisca itu.

"Yeuu pelit lo kocak, orang gue sayang banget sama Zee." Sisca menekan kata sayang nya, dari lubuk hatinya itu adalah untuk menyindir Gracia, Sisca cukup tahu tentang hubungan ketiga bersaudara ini.

Yang di sindir itu sepertinya tidak merasa, ia malah meninggalkan orang-orang yang menurutnya tidak jelas ini.

"Makasih kak, aku juga sayang sama kak Sisca." Zee tentu senang jika ada orang yang menyayangi dirinya, ia tersenyum lebar saat ini. Bukan sekali dua kali Sisca bilang seperti itu, dari dulu pun Sisca memang sudah dekat dengan Zee jadi Zee pun senang bisa merasakan di sayang oleh orang lain selain cicinya.

Tangan kanan Sisca terulur mengusap kepala Zee, tiba-tiba suasana hatinya yang ambyar berubah menjadi sedih. "Sehat-sehat ya sayang, semangat juga yang bentar lagi masuk SMA."

"Iya, kak. Aku pasti semangat!"

Sisca mengangguk senang. "Yaudah Shan, duduk dulu sana." titah Sisca, Shani pun menyusul Gracia yang sudah duduk dengan wajah datarnya.

Shani duduk bersebelahan dengan Zee sedangkan Gracia di hadapannya.

"Mau pesen apa, Ge, Zee?" tanya Shani.

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang