27

2.6K 532 168
                                    


Hari-hari berlalu, akhirnya kondisi Zee mulai membaik. Tubuhnya yang masih dipenuhi luka kini berangsur sembuh, dan rasa sakit yang waktu itu terus dirasakannya kini mulai mereda. Sampai Dokter akhirnya memberi kabar yang mereka tunggu-tunggu, yaitu Zee sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Shani sudah mengurus semua administrasi dengan cepat, ia tak ingin membiarkan Zee menunggu lebih lama lagi di rumah sakit. Kini di sampingnya, Zee duduk di kursi roda, masih tampak lemah tapi senyum kecil menghiasi wajahnya.

"Ci, udah belum? Aku gak sabar pengen pulang." ujarnya dengan suara merengek.

Shani tersenyum lembut, "Sabar ya sayang, sebentar lagi kita pulang kok." jawabnya sambil merapikan barang-barang yang tersisa.

Zee hanya cemberut melihat Shani yang begitu lama. Sementara Shani geleng-geleng kepala sambil melirik ke arah pintu, disana ada Gracia yang mengintip dari balik kaca. Namun Zee tak peka, memang sejak hari itu Gracia tak pernah benar-benar muncul di hadapan Zee.

Mata Gracia berkaca-kaca melihat Zee yang sudah tampak jauh lebih baik, namun hatinya masih dihantui oleh keraguan dan takut akan reaksi Zee jika mereka bertemu langsung. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk pulang lebih dulu, meskipun keinginannya untuk bertemu dengan Zee begitu kuat.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menggerakkan bibirnya perlahan dari kejauhan.

"Aku pulang duluan ya?" Gerakan mulutnya terlihat jelas oleh Shani.

Shani langsung mengangguk pelan seolah mengatakan iya.

Beberapa menit kemudian akhirnya selesai, Shani mendorong kursi roda Zee langsung keluar dari ruangan hingga kini sampai di parkiran.

"Yeayy pulang!" riang Zee, Shani hanya geleng-geleng gemas saja.

Shani membantu Zee naik ke mobil. Dalam perjalanan pulang, Shani beberapa kali melirik Zee yang terus memandang keluar jendela, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Azizi." panggil Shani.

"Ya? Kenapa, ci?" sahut Zee cepat.

"Kalo ada yang sakit langsung bilang sama cici ya?"

Zee mengangguk banyak. "Iya ci."

Ketika mereka sampai di rumah, Shani membimbing Zee turun dari mobil. "Pelan-pelan aja ya," ucapnya sambil menggandeng tangan Zee.

Rumah tampak tenang, hampir sepi. Shani tahu, Gracia sudah lebih dulu berada di dalam.

"Selamat datang kembali di rumah, Azizi Shanara...!" Shani berusaha terdengar ceria saat mereka memasuki ruang tamu.

Zee tersenyum tipis, sambil menelaah isi rumah yang tampak asing tak asing di ingatannya.

"Kaya aneh gitu, ci. Tapi aku seneng banget."

"Syukurlah, kamu harus inget pesan dokter ya. Jangan terlalu memaksakan buat inget sesuatu."

"Iya ci, cici bantu aku terus ya?"

"Iya, pasti dong sayang."

Shani menggandeng tangan Zee dengan lembut, mengajaknya duduk menuju sofa yang ada di ruang tamu.

"Kita duduk disini dulu ya, kamu gak boleh tiduran terus nanti yang ada kepalanya pusing,"

Zee mengangguk saja dan menyandarkan badannya ke tubuh Shani.

"Masih lemes ya?"

"Iya, jadi maunya manja-manja terus sama ci Shani."

Shani tersenyum. "Lucu banget sih Azizi." mengusap lembut tangan Zee yang melingkar di tangannya.

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang