06

2.9K 421 120
                                    

Paginya, Shani bangun lebih awal. Seperti biasa setelah merasa dirinya rapih ia langsung turun ke bawah untuk membuatkan kedua adiknya sarapan. Art di rumah Cavandra ini masih pulang kampung jadi  selalu Shani yang aktif memasak.

Saat sampai di bawah tepatnya di dapur dahi Shani di buat mengernyit kala ia melihat keadaan dapur saat ini begitu berantakan, sampah kulit telur, bahkan bungkus mie instan itu tergelatak dimana mana, padahal tempat sampah cukup dekat untuk di jangkau. Belum lagi barang-barang seperti alat rebus dan juga goreng, itu juga ada di luar, tidak teratur pada tempatnya.

"Semalam pas aku taruh seragam Azizi perasaan dapur masih oke oke aja deh... lah ini kok kaya kapal pecah banget astaga, pusing banget liatnya." gumam Shani frustasi, namanya juga tidak suka berantakan, melihat kekacauan seperti ini saja rasanya kesal sekali.

Berdecak pelan namun tangannya mulai membereskan satu persatu. "Gege ngga ngurus banget sih, ga biasanya juga dia kaya gini deh aneh banget."

"Sabar Shani sabar..." Shani menarik nafas banyak agar di beri kesabaran extra menghadapi kegaduhan pagi-pagi ini.

Shani yang berniat akan membuatkan nasi goreng untuk sarapan pagi ini jadi tidak mood, ia akan membuat roti lapis saja untuk kedua adiknya itu, tak lupa juga dengan segelas susunya.

Setelah selesai Shani kembali ke atas, kedua adiknya itu jika di pikir sama-sama manja, karena bangun pagi saja masih harus di bangunkan.

Tangannya sudah ada pada knop pintu kamar Gracia, wajahnya datar, ia masih kesal dengan perihal tadi. Bagaimana tidak kesal, seseorang yang rapih seperti Shani di suguhkan dengan keberantakan seperti itu.

"Ge ba-..."

"Ih Cici ngagetin aja deh!" kesal Gracia yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Oh udah bangun ternyata, tumben." ujar Shani heran.

"Ck, ya iyalah aku kerja hari ini."

Shani hanya mengangguk singkat, pas sekali matanya menangkap piring lengkap dengan sendok garpu tanpa isian ada di lantai, tepat di pinggir meja rias Gracia.

"Di dapur jorok, disini juga kamu jorok. Ngga takut banyak nyamuk apa taruh piring kotor di kamar?" omel Shani sedangkan Gracia mengernyit, pagi-pagi cicinya ini sudah mengomel saja.

"Apa sih ci pagi-pagi ih, lagian aku udah biasa kok taruh piring kotor di kamar." sahut Gracia dengan alis tertaut, bisa di bayangkan bukan ia sedang tidak selow.

"Kebiasaan jelek kok di biasain, dapur juga tuh berantakan banget. Kalo kamu males masak kan bisa bangunin cici, Ge. Ngga harus maksain badan kamu yang katanya lagi pusing itu masak dan berakhir males malesan akhirnya semuanya di tinggalin begitu aja, bikin ngga mood aja tau ngga pagi-pagi udah liat yang berantakan kaya tadi."

"Apa sih Ci? Orang aku ngg-"

Gracia tidak melanjutkan ucapannya, otaknya langsung teringat pada kejadian malam tadi saat Zee memberikannya sepiring mie goreng, keadaan dapur berantakan sudah pasti gara-gara Zee tapi Shani dengan santainya menuduh dirinya karena Shani tau, Zee tidak mungkin menyentuh barang-barang dapur apalagi kompor, Shani sudah pernah sangat melarang gadis kecil itu.

"Apa?"

Gracia hanya diam menatap Shani, otaknya berpikir keras untuk memberikan jawaban yang pas.

"Ck, lama. Udahlah udah aku bersihin juga, Cici mau ke kamar Zee, kalo udah selesai langsung turun takut keburu susunya dingin."

"I-iya..."

Di kamar Zee, Shani langsung membuka gorden hingga cahaya yang terang itu masuk menyilaukan mata Zee.

Dear Azizi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang