Senin hadir dengan cara yang selalu sama:
dingin, terburu-buru, dan terlalu jujur.
Terlalu jujur untuk seseorang seperti Kara yang masih belajar berpura-pura.
Langkahnya menyusuri lobi kantor, namun yang paling ia rasakan bukan lantai licin di bawah tumit… melainkan denyut halus di tubuhnya—denyut yang selalu muncul ketika pikirannya, bahkan untuk sepersekian detik, mengarah pada satu nama yang berusaha ia lupakan.
Byun Baekhyun.
Tubuhnya masih mengenali laki-laki itu lebih cepat daripada logikanya. Masih merasakan sentuhan yang tidak boleh ia rindukan. Masih mengingat napas hangat yang dulu pernah memenuhi ruang di belakang telinganya. Masih gemetar oleh sesuatu yang bahkan tidak terjadi hari ini.
Ia benci bahwa ingatan bisa terasa lebih nyata daripada kejadian sebenarnya. Seolah tubuhnya pernah disetel untuk merespons Baekhyun—dan sekarang Kara harus memaksanya berhenti, padahal tubuh tidak mengenal kata “selesai”.
Itulah yang membuat kantor ini terasa sempit. Bukan dindingnya. Tapi kenangan yang terlalu mudah hidup kembali.
Ketika ia memasuki lift, ada sekejap hening yang menusuk. Sekejap ketika ia tahu Baekhyun ada di dalam sana, bahkan sebelum ia melihatnya—hanya dari denyut kecil yang naik di dadanya. Seakan tubuhnya bergetar duluan, memberi peringatan bahwa dunia yang ia kuasai detik sebelumnya akan kembali berantakan.
Dan benar saja. Satu tatapan singkat darinya cukup membuat lutut Kara goyah, karena tatapan itu tidak lagi miliki laki-laki yang mengklaimnya… tapi tetap terasa seperti miliknya.
Kelemahan paling besar dari mencintai seseorang terlalu dalam adalah: bahkan setelah semuanya berakhir, tubuhmu masih bertahan pada hal-hal yang pernah membuatmu hidup. Ia tidak bisa membedakan cinta, kenangan, atau bahaya.
Kara mencoba menahan napas..Sungguh, ia mencoba. Namun melihat seseorang lain berdiri di sebelah Baekhyun—melihat bahunya yang dulu ia genggam kini berada dalam jangkauan wanita lain—itu seperti menarik kembali luka yang belum kering.
Rindu berubah menjadi rasa perih. Cemburu berubah menjadi ketakutan. Dan tubuhnya mengingat hal-hal yang seharusnya ia kubur.
Seandainya ia bisa mematikan ingatan pada sentuhan itu—pada cara Baekhyun memanggil namanya, pada cara jemarinya mengetahui titik paling sensitif di tubuhnya, pada cara laki-laki itu membuatnya merasa dimiliki bahkan sebelum ia menyadarinya… mungkin ia tidak akan gemetar seperti ini. Mungkin ia bisa bernafas normal. Bersikap profesional.
Menjadi versi “Kara yang tegar” yang ia janjikan pada dirinya sendiri. Tapi tegar menjadi hal mustahil ketika seseorang pernah menyentuhmu bukan hanya di kulit, tapi di bagian tubuh yang tidak pernah bisa dilindungi: memori.
Dan hari ini, ia sadar sesuatu yang tidak ia akui sejak awal: Ia tidak takut kehilangan Baekhyun. Ia takut bahwa dirinya tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana rasanya disentuh olehnya.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER WE BROKE UP | BBH [2024] ✔️
Fiksi Penggemar[SELESAI] "Aku mencintaimu. Tapi aku takut terluka. Dan cara untuk membantu diriku sendiri hanya perlu menjauh darimu." Park Kara "Aku mencintaimu. Tapi aku tidak bisa meyakinkanmu. Dan cara untuk membuatmu terus di sisiku hanya dengan seperti ini."...
![AFTER WE BROKE UP | BBH [2024] ✔️](https://img.wattpad.com/cover/376621384-64-k522896.jpg)