07. Teasing You

1.1K 20 22
                                        

[POV BAEKHYUN]

Kara selalu bilang aku berlebihan.
Terlalu mengatur. Terlalu mendekat. Terlalu tahu keinginannya sebelum ia mengakuinya.

Lucu.

Karena semua itu hanya terjadi ketika dia mencoba berbohong pada dirinya sendiri.

Dan malam ini… ia berbohong lagi.

Aku melihatnya pertama kali dari jarak yang cukup jauh untuk membuatnya merasa aman. Ia mengangkat dagu, berdiri tegak, pura-pura kuat—tapi aku tahu bahasa tubuhnya lebih baik daripada ia mengenali napasnya sendiri. Cara ia mengusap tengkuknya, menggigit bibirnya, menahan pandangannya dari bertemu dengan mataku… itu semua bukan kebiasaan.

Itu reaksi.

Reaksi yang hanya muncul untukku.

Saat aku mendekat, suara ruangan meredup di belakang kami, seolah udara pun mengerti bahwa tidak ada yang boleh mengganggu jarak yang tercipta di antara kami.

Dan ketika ia mundur setengah langkah—kecil, nyaris tak terlihat—aku nyaris tersenyum. Bukan karena kemenangan.
Tapi karena kejujurannya selalu muncul pada momen ketika ia paling berusaha menyangkalnya.

“Aku tidak mau bahas apa pun tentang kita,” katanya lirih.

Aku mendekat sedikit. hanya sedikit.
Cukup untuk membuat napasnya tergantung di tenggorokan.

“Aku tidak tanya soal kita,” bisikku. “Kau yang membawanya ke sini.”

Ia menatapku seperti menatap bahaya—dan Tuhan, aku menikmati itu.
Ketakutannya. Keberaniannya. Resistensi kecil yang hanya membuatnya semakin mudah kubaca.

“Kau masih marah?” tanyaku, pura-pura lembut. Padahal aku tahu jawabannya jauh lebih rumit dari sekadar marah.

Kara bukan marah. Kara takut dengan caranya sendiri merindukanku.

Aku menyentuh pergelangan tangannya, bukan untuk menahannya—meski aku bisa—tapi untuk mengingatkan tubuhnya tentang sesuatu yang tidak bisa ia ceritakan dengan kata-kata.

Getar kecil itu muncul. Selalu muncul, seolah tubuhnya lebih jujur daripada mulut keras kepalanya.

“Kau harus berhenti begini,” katanya lemah.

“Begini bagaimana?” Aku memiringkan kepala, jari-jariku menyusuri pergelangannya naik ke lengan. Pelan.
Terlalu pelan. Terlalu intim untuk disebut kebetulan.

“Baekhyun…” suaranya hampir patah.

“Kalau kau benar-benar ingin aku berhenti,” bisikku di telinganya, “kau sudah pergi sejak tadi.”

Ia terdiam. Tentu saja. Karena kebenaran itu menyakitinya lebih dari apa pun.

Kara bukan tidak ingin aku mendekat.
Dia hanya takut tidak bisa berhenti jika aku menyentuhnya lagi.

Aku menahan nafasnya dengan jarak sedekat itu, bibirku nyaris menyentuh garis rahangnya. Setengah sentimeter saja—dan semuanya akan pecah. Tapi aku menahan diri.

AFTER WE BROKE UP | BBH [2024] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang