06. Chuseok (Korean Thanksgiving Day)

727 23 13
                                        

Ada yang berbeda dengan tubuhku pagi ini.
Bukan sekadar gelisah—lebih dari itu. Seolah sesuatu di dalam darahku mengenali bahwa Kara akan kembali berada di orbitku hari ini. Seolah ingatan kulitku bangun lebih dulu sebelum pikiranku sempat menertawakannya.

Chuseok. Hari keluarga.

Tapi bagiku, ini hari ketika sesuatu yang pernah menjadi milikku… dipaksa berdiri hanya beberapa langkah dari jangkauan tanganku.

Aku melihatnya begitu ia turun dari mobil—perlahan, seperti mencoba mengulur waktu. Rambutnya sedikit jatuh ke wajah, pipinya tampak tegang, dan caranya menghindar menatapku hanya membuatku ingin menarik dagunya agar ia melihat bahwa aku masih di sini. Bahwa aku masih mengingat semua yang pernah kami lakukan. Setiap sentuhan. Setiap nada napasnya ketika ia kehilangan kendali.

Dan tubuhnya…

Tubuhnya bereaksi duluan.
Halus, hampir tidak terlihat, tapi aku tahu. Bahunya menegang. Nafasnya tertahan sepersekian detik. Matanya berkedip lebih cepat dari biasanya.

Reaksi itu—reaksi yang dulu selalu muncul di bawah tanganku—masih dimilikinya. Dan hanya aku yang bisa mengenalinya.

Aku membiarkannya berputar bersama keluarga. Biarkan Ibu memeluknya, biarkan anak-anak menempeli kakinya. Tapi setiap kali ia bergerak melewatiku, aromanya menyentuhku duluan. Hangat. Lembut. Menggoda dengan cara yang membuatku harus menahan diri agar tidak mendekatinya terlalu cepat.

Ada bagian dari dirinya yang ingin menjaga jarak. Namun ada bagian lain—yang lebih jujur—yang bergetar setiap kali aku berada dalam radius nafasnya.

Dan bagian itu… bagian yang begitu intim dan tidak pernah ia sadari… masih meresponsku. Masih mengingat ritme yang dulu hanya aku yang bisa ciptakan.

Nanti malam, ketika balkon menjadi satu-satunya tempat yang tenang, aku tahu apa yang akan terjadi. Aku akan berdiri terlalu dekat. Hanya beberapa centimeter dari kulitnya. Cukup untuk membuatnya lupa bagaimana caranya bernafas dengan benar. Cukup untuk mengingatkan bahwa tubuhnya pernah mencariku sebelum pikirannya tiba.

Aku tidak akan menyentuhnya. Belum.

Aku hanya ingin melihat apakah ia masih bereaksi pada suaraku, pada bahaya yang ia pikir sudah ia tinggalkan. Pada kehadiran yang pernah ia biarkan masuk lebih dalam dari siapa pun.

Karena ada sesuatu dalam dirinya yang tidak pernah ia akui, tapi aku merasakannya sejak detik ia berjalan ke arah pintu, Kara takut padaku. Tapi yang lebih mengerikan… ia juga merindukanku.

Dan malam ini, di antara cahaya lampu keluarga dan gelapnya langit Seoul, aku akan menunggu reaksi itu. Menikmatinya. Memelintirnya perlahan. Sampai ia ingat—bukan lewat kata-kata, tapi lewat tubuhnya sendiri—bahwa aku pernah, dan mungkin masih, tinggal di tempat yang tak bisa ia kunci.[]

AFTER WE BROKE UP | BBH [2024] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang