36. Anonymous

373 17 15
                                        

Aku selalu mengira aku bisa mengendalikan semuanya.
Reputasiku. Musuh-musuhku. Duniaku sendiri.

Sampai hari ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang tak pernah bisa kuatur… adalah rasa takut kehilangan dia.

Kara jatuh pingsan sebelum aku sempat mencapainya, dan dunia yang selama ini kupahami runtuh dalam satu helaan napas. Aku mencoba meredamnya—kecemasan itu, kegilaan itu—dengan seluruh disiplin yang kutanam selama bertahun-tahun. Tapi tak ada yang bekerja. Tubuhku tetap menegang, darahku tetap mendidih, dan pikiranku tetap hanya berputar pada satu hal: Dante menyentuh wilayahku.

Ia masuk venue seperti badai, pura-pura sopan, pura-pura suci.
Aku melihatnya. Ia tahu aku melihatnya.
Dan ketika tangan kami bersentuhan, aku merasakan sesuatu yang bahkan lebih busuk dari ambisinya:
niat untuk menghancurkan apa pun yang kubiarkan terlalu dekat denganku.

Termasuk Kara.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mengerti bagaimana rasanya ingin mematahkan tangan seseorang hanya karena ia berani menyebut nama gadis itu dengan nada tertentu.
Aku mengerti keinginan untuk melanggar hukum, menghancurkan aturan, dan melakukan apa pun yang perlu—bahkan jika itu berarti menjadi lebih gelap daripada Dante sendiri.

Dan saat ia membuka mulutnya, menyebut “hubungan rahasiaku”, memancing ketakutanku, menyentuh titik paling rentan dalam hidupku…
sesuatu dalam diriku retak.
Retak keras.

Aku tidak takut padanya.
Aku hanya benci bahwa ia tahu betapa berharganya Kara bagiku.

Hari ini, batas terakhirku digores.
Dan aku mendengar diriku sendiri mengambil keputusan yang bahkan tidak bisa kuambil dengan kepala dingin:

Jika Dante tidak menghentikan langkahnya… aku yang akan menghentikan napasnya.

Tidak ada lagi ruang untuk kompromi.
Tidak ada lagi tempat untuk belas kasihan.

Untuk Kara, aku bisa menjadi apa pun—
bahkan bayangan paling gelap sekalipun.

AFTER WE BROKE UP | BBH [2024] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang