V

0 0 0
                                    

Yasmine berjalan menuju ayahnya dengan mata berkaca-kaca dan duduk di sampingnya.

"Papa, aku disebut anak yatim..." Sedih Yasmine sambil menatap wajah papanya.

"Dan papa tau? Jean yang bilang begitu, anaknya Pak Joseph itu loh... Papa inget, kan? Jahat banget kan dia..."

Hening, tidak ada jawaban dari sang papa.

"Padahal kan... Aku bukan anak yatim. Papa juga kan... Masih sanggup menafkahi aku kan~?" Tanya Yasmine dengan sumringah, matanya melirik perut papanya yang terbuka.

Satu tangan Yasmine menyapu permukaan badan papanya yang berbaring di sebuah peti mati, satu tangan yang lain membenarkan masker yang dipakai di mulut Yasmine.

"Kapan sih terakhir kalinya papa mandi? Papa udah bau, busuk." Gumamnya sambil menatap perut papanya, sudah berantakan organ yang ada disana.

"Aku sedih karena aku dikatai anak yatim, padahal papa kan masih ada disini sama Ayas, iya kan? Papa juga masih bisa menafkahi Ayas, dengan organ-organ yang papa punya, hehe~"

Yasmine menatap isi perut papanya, disana lambung sudah menghilang dari tempatnya.

"Kira-kira kalau usus besar ini dijual, laku ga ya pa? Aku butuh uang nih buat lanjutin kehidupan aku. Boleh ya pa? Terimakasih, Ayas sayang papa~!"

Maskernya dibuka sebentar untuk mengecup dahi sang papa sebelum dirinya berdiri dan pergi dari basement ke ruang tamu.

Kedua tangannya menarik kedua kaki Jean yang sudah terbaring lemas tanpa nyawa, badan itu diseret ke arah tangga basement.

"Ih, Jean berat deh!" Kesal Yasmine sambil berkacak pinggang.

"Tapi aku punya ide~"

Kaki Yasmine menendang tubuh tak bernyawa Jean ke arah tangga basement hingga tubuh itu jatuh menggelinding dengan mudahnya. Yasmine bertepuk tangan bahagia sembari dirinya menyusul turun ke basement lagi untuk mengurus badan Jean.

"Papa, ini dia pelakunya! Biadab!" Kata Yasmine melapor pada sang ayah layaknya anak kecil.

Tangan Yasmine kini menarik tangan Jean agar tubuh itu terseret, dan tarikan itu berhenti saat tubuh Jean ada di samping peti mati ayah Yasmine.

"Papa ga akan tinggal diam kan kalau aku disakiti? Aku kan anak kesayangan papa~" katanya dengan manja, jarinya terpaut satu sama lain menggerakkan gerakan manja.

"Jean nya marahin aja pa, dia udah kurang aja loh sama aku. Aku sedih~" kata Yasmine sebelum terkekeh geli dan pergi naik meninggalkan basement.

Yasmine pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti bajunya. Dirinya akan segera pergi keluar rumah, ke suatu tempat.

"Sialan, gara-gara api itu, punggung gue jadi ke bakar kan. Perih banget gila." Gumam Yasmine dengan penuh kekesalan sembari dirinya memakai mantel kesayangannya dan melangkah keluar rumah, tidak lupa mengunci pintunya sebelum ia pergi.

•••

Decakan kesal keluar dari mulut Yasmine, dirinya pergi ke taman di tengah malam itu dan duduk di salah satu bangku yang ada disana.

Ctas!

Rokoknya menyala dan Yasmine mulai menghisap rokoknya, matanya menatap area taman yang sudah sepi. Hanya dia sendirian disana.

Disaat ia menghembuskan asap rokoknya, tangannya menyalakan ponsel dan menatap jam yang ada disana.

Jam 11 malam.

"Hah.."

Yasmine menyimpan kembali ponselnya di saku mantel dan lanjut merokok disana.

"Tokonya tutup, tumben banget." Gumamnya frustasi.

Ditengah kenyamanannya di taman yang sepi, tiba-tiba seorang lelaki datang dan duduk di samping Yasmine.

Yasmine yang merasakan kedatangan seseorang itu menoleh sedikit dan menatap lelaki itu lewat ekor matanya.

"Rokok ga baik bagi perempuan, apalagi kalau ditambah keluar rumah selarut ini." Kata lelaki itu tanpa menolehkan kepalanya.

Yasmine menghembuskan asap rokoknya tepat di samping wajah lelaki itu.

"Terserah gue." Jawab Yasmine dengan seringai kecil di bibirnya.

Lelaki itu menunduk dan menjawab, "Keras kepala."

"Memang."

Yasmine menatap ke arah yang berlawanan dan duduk sedikit menjauh dari lelaki itu, masih dengan rokoknya.

"Lo ga takut gitu?"

"Takut apa?"

"Hantu?" Tanya lelaki itu dengan nada kepo.

"Gue lebih takut sama diri gue sendiri."

"Kalo Tuhan?"

Yasmine terdiam, kepalanya menoleh ke lelaki itu.

"Serius masih nanya?"

"Ya siapa tau, kan?" Kata si lelaki sambil menoleh dan menatap mata Yasmine.

Yasmine bertatapan dengan sepasang mata biru itu, bibirnya menyeringai kecil.

"Lo orang aneh."

"Kenapa aneh?"

Yasmine menghisap rokoknya sambil menatap wajah lelaki itu dan menghembuskannya tepat di wajahnya.

"Lo dateng, terus nanya pertanyaan yang aneh."

Lelaki itu tersenyum kecil.

"Ya gimana gue ga nanya, lo nya aja melanggar larangan Tuhan kok."

Yasmine menaikkan satu alisnya.

"Tau darimana kalo gue melanggar larangan Tuhan?"

Lelaki itu melirik ke arah tangan Yasmine.

"Tangan itu, lo pake buat ngebunuh orang."

Yasmine tersedak rokoknya dan melotot kaget.

"Maksud lo?!"

"Santai dong, kenapa keliatannya panik gitu~?"

Yasmine melempar puntung rokoknya dan meremas kerah baju lelaki itu.

"Lo siapa? Ga usah sok tau!"

"Gue? Cukup panggil gue Nobody."

"Sok Inggris lo, kasih tau nama asli aja sih!"

Nobody terkekeh geli dan menggelengkan kepalanya.

"Panik banget tuh keliatannya sampe rokok aja dibuang~"

"Y-ya lo siapa? Ngomong begitu dengan wajah sok polos!" Teriak Yasmine sambil semakin meremas kerah baju Nobody.

"Aku kan emang polos kak, aku anak baik~" katanya sambil bergerak dan bersuara seperti anak kecil.

Yasmine mengerutkan keningnya jijik sebelum tangannya melayang untuk menampar pipi Nobody.

"Eits~"

Pergelangan tangan Yasmine ditahan oleh tangan besar Nobody, yang menahan juga terkekeh kecil sambil menatap mata Yasmine dalam-dalam.

"Gue tau tempat nyari peti mati yang lo butuhin, lo mau ikut?"























Tbc.

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang