III

0 0 0
                                    

Malam yang cerah, Yasmine membenarkan mantelnya karena udara malam itu cukup dingin.

Di sampingnya ada Jean yang berjalan santai sambil menyimpan tangannya di saku hoodie, kakinya berjalan menyamai langkah kaki Yasmine.

"Kamu baru banget lulus ya?" Tanya Jean, basa-basi.

"Iya nih, kamu sendiri?"

"Aku sih udah lulus tiga tahun yang lalu,"

Jean mendongak menatap langit sebelum menatap Yasmine lagi.

"setelah lulus, kamu rencana kedepannya mau gimana?"

Yasmine mengetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk, berpikir.

"Antara kerja atau kuliah sih, atau langsung keduanya juga bisa? Paling aku bakalan cari loker dulu sebelum bener-bener masuk kuliah." Kata Yasmine menjelaskan.

Jean mengangguk mengerti.

"Kamu... Ada rencana nikah?"

Langkah Yasmine terhenti, matanya menatap Jean sebentar sebelum mengalihkan pandangan.

"Ada, tapi... cukup lama."

"Lho? Kenapa?"

"..."

Keheningan tercipta, Jean memiringkan kepalanya bingung. "Yas?"

"Aku belum sepenuhnya siap." Jawab Yasmine sambil tersenyum kecil ke arah Jean.

Jean melihat senyuman itu, dirinya ikut tersenyum sambil mengangguk mengerti.

"Kayanya kaki aku pegal deh, duduk yuk?" Ajak Yasmine sambil dirinya berjalan ke arah bangku di pinggir sungai.

Jean mengikuti langkah Yasmine ke arah bangku itu dan mendudukkan diri di sampingnya.

"Malam ini cerah ya? Bulannya full." Kata Yasmine sambil mendongak menatap bulan yang bersinar terang di atas sana.

"Betul. Kalo diliat-liat, kamu kayanya suka bulan ya?" Tebak Jean.

Anggukan kepala Jean dapatkan dari Yasmine.

"Iya, kalau kamu?"

"Aku suka kamu."

"Apa?"

Yasmine menoleh ke arah Jean dan membuat wajah kebingungan.

Jean menunduk malu sebelum menatap Yasmine. "Ya, aku suka kamu."

Terdiam sebentar. Jean yang memanas karena gugup dan malu, juga Yasmine yang terkejut hebat.

"Kok bisa?" Bingung Yasmine.

Jean menggelengkan kepalanya, ia juga bingung harus memberikan alasan apa.

Yasmine mengalihkan mukanya dari Jean, ia menatap sungai yang tenang di depan mereka.

"Jadi itu alasannya kamu ajak aku jalan-jalan?" Tanya Yasmine tanpa menggerakkan kepalanya.

"Begitulah, aduh aku jadi malu.." kata Jean sambil menunduk, suhu tubuhnya benar-benar naik.

"Aku keras loh, Jean-"

"Gapapa! Gapapa kok!" Kata Jean memotong pembicaraan Yasmine.

"Aku-"

"Aku suka kamu." Potong Jean lagi dengan penuh penekanan yang membuat Yasmine bungkam.

Yasmine menatap Jean dengan ekspresi yang sulit dibaca, Jean menatap kembali Yasmine dengan senyumannya yang merekah.

"Kamu mau jadi pacarku?" Tanya Jean sambil mengeluarkan sebuah pita berwarna pink dari saku hoodie nya dan memakaikan itu di rambut pendek Yasmine.

"... Kamu yakin?"

"Seratus persen yakin."

Yasmine menghela nafasnya dan tersenyum kecil. "Ya, aku mau."

•••

"Ish iya tau Re! Dia yang nembak aku!"

"Ah masa sih?!" Kaget Rere dari telepon itu.

"Beneran, rill no fek fek!"

"Pantesan aja waktu itu dia ngeliatin terus, padahal kan kita cuma lewat ya buat jajan ke area SD?"

"Ya makanya, aku juga kaget tau Re. Karena ya ga ada angin ga ada hujan dia tiba-tiba ngomong gitu!"

Terdiam sebentar dari seberang sana sebelum Rere bersuara lagi.

"Terus kamu terima?"

"Iyalah, dia yang minta kok?"

"Tapi Yas, bukannya kamu sukanya sama Ranza?"

Ow shit man. Ranza lagi.

"Ngga deh, aku sakit hati sih sama yang kemaren itu."

"Yakin~?"

Kali ini Yasmine yang terdiam, tidak bisa bohong juga jika dirinya masih menyimpan perasaan pada Ranza.

Tapi Ranza juga yang bikin dia sakit hati kan? Buat apa juga masih dipertahankan?

"Yakin deh!" Jawab Yasmine dengan anggukan kecil yang tidak terlihat oleh Rere di seberang sana.

"Udahlah lupain Ranza ya Yas. Lagian dari awal udah aku bilangin, Ranza itu ga baik buat kamu. Masih aja kamu kejar-"

"IYAAA AMPUN NYAI, GA LAGI LAGI DEH!"

"Serius?"

"Duarius!"

"Awas aja sih kalo masih suka sama cowo modelan bekantan kaya begitu,"

"Kagak aelah, percaya deh."

"Iya deh percaya. Udahan dulu ya, aku mau cari Dian ku HEHEHEHE DADAH~!"

Telepon dimatikan oleh Rere, Yasmine mengulir matanya kesal karena Rere tiba-tiba mematikan teleponnya.

Badannya bangkit dari kasur dan bergerak membukakan gorden, langit mulai cerah di pagi hari itu.

"Udah lulus gini enaknya ngapain ya...?" Gumam Yasmine sambil menatap pintu balkonnya.

Matanya bergerak melirik seisi kamar sebelum terhenti di gantungan baju. Ada celana training yang tergantung disana.

"Oke, kita berangkat jogging!"


































Tbc.

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang