XVI

0 0 0
                                    

Florian membalikkan badan Yasmine, jadi Yasmine duduk di paha kirinya dengan membelakanginya.

Tangan kanannya memegang topeng kelinci yang sama dengan milik penculik Yasmine pada masa itu, sedangkan tangan kirinya menahan tubuh Yasmine yang mulai gelisah.

"Buang itu, Florian."

"Ga akan sih." Balasnya sambil mendekatkan topeng itu ke wajah Yasmine.

Jantung Yasmine berdegup kencang, keringat dingin muncul membasahi pelipisnya.

Florian menyimpan dagunya di ujung bahu kanan Yasmine saat tangan kirinya semakin menarik Yasmine mendekat, berniat menahan Yasmine yang sedari tadi terus bergerak gelisah.

"Topeng ini lucu, ya?" Tanya Florian dengan lembut.

"Ngga!"

Yasmine mendorong kuat topeng itu, tapi lagi dan lagi tenaga Florian lebih besar dari tenaga Yasmine.

Topeng kelinci itu, nampak biasa bagi Yasmine tapi membuatnya tidak tenang.

Seperti ada sesuatu disana.

"Florian..!"

"Kalo dipikir-pikir, mending di pake aja ga sih~?"

"Jangan, Flo. Sumpah, jangan."

"Tapi kan gue suka sama topengnya~"

Yasmine menggeliat tidak nyaman, ingin rasanya ia menangis di detik itu juga karena Florian terus menyodorkannya topeng kelinci itu.

"Florian-"

"Abbit~"

Abbit?

Yasmine menatap Florian dengan bingung di tengah gelisahnya. Rambutnya kini sedikit basah karena keringat dingin dari pelipisnya.

"Abbit~"

"Siapa Abbit..?" Tanya Yasmine dengan pasrah.

"Abbit~"

Yasmine berkedip pelan, tiba-tiba telinganya berdenging lagi seperti hari kemarin.

"Apa ini...?" Gumamnya, sangat pelan.

Kepalanya tertunduk, tangannya meremas kecil tangan kiri Florian.

"Abbit, ayo keluar~"

"Ga lucu, Florian.."

"Lo tega ga ngebiarin diri lo yang lain keluar~?"

"Gue ga ngerti..."

"Sebentar lagi bakalan ngerti kok. My lady is very smart, isn't she~?" Goda Florian sambil mengusap pipi Yasmine dengan ibu jarinya.

Yasmine mendongak guna menatap wajah Florian sebelum ia merasa matanya bergulir ke belakang dan semuanya berubah menjadi putih lagi.

"Gue... Kemana...?"

Badannya terasa ringan dan melayang, matanya ia kedipkan beberapa kali agar ia segera sadar.

Sekian kalinya mencoba, akhirnya berhasil! Namun kini ia bukan bersama Florian lagi, tapi dengan orang tuanya.

Apa?

Bagaimana?

Mata Yasmine melihat orang tuanya yang tengah mengobrol di ruang tamu, telinganya mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Mama kerja ya, titip Yasmine." Kata sang Ibu yang diangguki oleh ayah Yasmine.

Yasmine merasa badannya sangat kecil, layaknya balita yang polos.

Setelah kepergian sang ibu untuk kerja, tersisalah dirinya dan ayahnya yang ada di dalam rumah itu.

Yasmine berkedip polos dan tangannya bergerak memainkan mainan masak-masakan miliknya.

"Kenapa gue disini?" Kata Yasmine, tapi yang terucap hanya di hatinya.

Di tengah kesibukannya bermain masak-masak, ia mendengar ayahnya memanggil dirinya dan mengajaknya ke kamar.

"Ayas, sini.."

Yasmine tanpa menggerakkan apapun itu hanya mengangguk dan menuruti ayahnya. Jadi Yasmine ini... Hanya bisa menonton dan tidak bisa mengendalikan Yasmine kecil itu.

Badan kecilnya berbalik dan berjalan menuju kamarnya yang khas, banyak boneka favorit Yasmine yang bertengger di sisi kamar.

"Boneka kesayangan gue..." Gumam Yasmine sembari menonton itu.

Yasmine kecil diajak untuk tiduran oleh ayahnya, dirinya hanya manggut-manggut menurut, toh masih kecil juga...

Yasmine berbaring menghadap ayahnya dan ayahnya juga memeluk tubuh kecil Yasmine dengan sayang.

Namun tiba-tiba, Yasmine merasa celananya turun. Yasmine yang menonton ini mengerutkan keningnya bingung.

Apa ini?

Yasmine kecil menunduk karena kepo namun sang ayah mencegahnya, katanya "Udah ga apa-apa."

Yasmine kecil yang tidak tahu apapun hanya bisa diam. Bahkan saat dirinya merasakan sesuatu yang keras menggesek bagian depan area privasinya ia diam karena ia tidak tahu apa-apa.

Sesuatu yang keras itu terus menggesek bagian depan area privasinya sampai Yasmine kecil dibalikkan menjadi membelakangi sang ayah.

Rupanya sesuatu yang keras itu menggesek area privasi bagian belakangnya juga.

Sebagai anak yang pendiam dan polos, Yasmine kecil hanya menatap ayahnya sambil tangan kecilnya memainkan wajah ayahnya dan memainkan garis coretan yang ada di dinding selagi sesuatu yang keras itu terus menggesek kedua area sensitifnya.

Yasmine yang menonton itu merasakan sakit hati, sekarang ia mengerti apa yang sedang terjadi.

Kegiatan itu cukup lama sampai akhirnya Yasmine kecil berkata "Pa, aku mau makan!" Katanya dengan polos.

Ayahnya juga mengangguk dan bergerak membenarkan celananya, bangkit dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk gadis kecilnya.

Karena tidak ingin ditinggal sendirian, Yasmine kecil ikut bangkit dan berjalan ke dapur dengan tangan kecilnya yang berusaha membenarkan celananya yang sengaja dibuka tadi oleh ayahnya.

Tidak berlama-lama, ayahnya kembali dengan sepiring makanan untuk gadis kecilnya.

Yasmine kecil tersenyum dan bilang "Aku sayang papa~!"  Katanya dengan riang.































Deg!

































Tbc.

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang