II

0 0 0
                                    

Yasmine memakai dress cantik berwarna biru mudanya dengan sepasang heels yang terpasang di kakinya. Hari ini adalah hari kelulusan sekolah.

"Rere, ini serius kita berpisah?" Sedih Yasmine sambil menggenggam tangan sahabatnya.

"Serius, kita jalanin hidup kita masing-masing..." Jawab Rere sebelum memeluk Yasmine tiba-tiba dan menangis disana.

"Ow..." Yasmine dengan sigap membalas pelukan tiba-tiba dari Rere dan membiarkan sahabatnya menangis disana.

Yasmine juga sedih karena kelulusan itu, tapi apa boleh buat. Masanya sudah habis, waktunya berpisah dan menjalani hidup masing-masing.

"Udahlah Re, kita kan masih bisa main..." Kata Yasmine berusaha menenangkan sahabatnya.

"Tapi kan rumah kita jauh...!" Kesal Rere di tengah tangisannya.

Yasmine cengengesan. Benar juga apa kata Rere. Pasalnya rumah mereka benar-benar jauh, sekitar 5 KM lah...

"Yaudah deh nanti kita cari waktu buat ketemu lagi yaa?" Tanya Yasmine.

Rere hanya mengangguk sembari mengeratkan pelukannya, benar-benar tidak ingin berpisah dengan Yasmine.

Helaan nafas terdengar dari mulut Yasmine, dirinya juga tidak ingin berpisah dengan Rere. Namun apa boleh buat?

"Udah Re, kamu diliatin sama si Ranza tuh..."

Ranza.

Lelaki yang Yasmine kejar selama 3 bulan terakhir. Lelaki yang Yasmine usahakan selama 3 bulan terakhir hingga semua effort sudah Yasmine berikan pada lelaki itu.

Namun hasilnya, lelaki itu menyukai Rere, bukan Yasmine.

Rere menggelengkan kepalanya, "Ngga Yas, aku ga mau dia. Aku cuma mau Dian.." jawab Rere dengan jujur, tangannya terus memeluk erat tubuh Yasmine.

"Hadeh... Iya-iya nanti kita cari Dian ya..?" Tawar Yasmine sambil mengusap punggung Rere yang belum berhenti menangis.

•••

Yasmine berbaring diatas kasur barunya sambil menatap langit-langit kamar. Semakin lama ia diam di kamar itu, semakin sering juga memori jeleknya terputar di ingatan.

Tapi dirinya mendadak kepo dengan suara yang muncul itu. Apalagi saat matanya tertutup rapat untuk menghilangkan suara dengingan di telinganya.

"Dia... Siapa ya? Udah beberapa bulan lalu lamanya, tapi aku ga pernah denger suaranya lagi." Gumamnya, bingung.

Dirinya terdiam untuk mengingat-ingat bagaimana terdengarnya suara itu di telinganya.

"Suaranya cewek sih tapi-"

Tok tok tok

Dirinya membuka matanya dan bergerak turun ke lantai pertama untuk membukakan pintu utama.

Pintu kayu itu terbuka dan Yasmine melihat seorang lelaki berdiri di sana dengan kedua tangan disembunyikan di belakang badannya.

"Oh Jean? Ada apa sore-sore kemari?"

Jean berdeham dan menatap Yasmine dengan malu-malu.

"Anu.."

Yasmine yang kepo melirik ke tangan Jean yang disembunyikan. "Tangan kamu kenapa? Kok di sembunyiin di belakang sih?"

Jean terkesiap dan gelagapan karena bingung harus bagaimana lagi.

Yasmine terkekeh geli sebelum mundur untuk memberikan jalan. "Sini masuk dulu, biar aku siapin minum." Katanya sebelum berjalan pergi ke dapur tanpa memastikan jika Jean sudah masuk ke dalam atau belum.

Jean melepaskan alas kakinya sebelum masuk ke dalam, matanya menatap seisi ruang tamu milik Yasmine.

Tembok yang putih, beberapa bingkai foto yang terpasang di dinding. Yahh seperti ruang tamu pada umumnya lah.

Pantatnya menduduki salah satu sofa disana, menunggu kembalinya Yasmine ke hadapannya.

Sebuah nampan dengan 2 minuman di atasnya, Yasmine membawa itu ke hadapan Jean.

"Silakan di minum," kata Yasmine sambil menyajikan kedua minuman itu di atas meja.

"Wah padahal ga usah repot-repot.." Sungkan Jean sambil menunduk malu.

"Yeee itu kan emang udah seharusnya, udahlah minum ajaa~" jawab Yasmine dengan nada bercandanya.

Jean mengangguk dan mendongak menatap wajah Yasmine. Yang ditatap juga menatap Jean dengan senyuman kecilnya.

"Ada apa kamu datang ke sini?" Kepo Yasmine sambil tangannya menyimpan nampan kosongnya.

"Ngga ada sih, tapi aku mau kasih ini," kata Jean sambil memberikan buket bunga yang ukurannya lumayan besar ke hadapan Yasmine.

Yasmine melotot sedikit dan tersenyum lebar. "Kamu ini, pantesan dari tadi nyembunyiin tangan~" malu Yasmine sambil mengambil buket bunga itu.

Jean tersenyum malu sebelum tangannya beralih mengambil minuman di atas meja.

"Aku minum ya?" Jean meminta izin.

"Minum aja kaliii,"

Jean meneguk minuman tersebut dan menatap Yasmine lagi.

"Anu... Yas?" Panggil Jean.

"Iya?"








































"Nanti malem, bisa ga kalau kita pergi jalan-jalan?"

"Hmm? Tiba-tiba banget?"

"Aku mau ngomongin sesuatu..."
























Tbc.

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang