VII

0 0 0
                                    

Nobody menyajikan kopi yang dibawa Yasmine tadi ke atas meja kecil dihadapan mereka disaat Yasmine mulai menyalakan rokoknya.

"Ini jam dua loh, dingin banget diluar."

"Gue gapapa".

"Yakin?"

"Gapapa." Jawab Yasmine singkat sambil menghisap rokoknya dengan jari yang dilumuri darah Jean.

Nobody duduk di samping Yasmine, matanya mendongak menatap langit yang dipenuhi bintang.

"Rooftop ini lumayan juga ya, luas?"

"Emang,"

Yasmine menghembuskan asapnya.

"dulu, rooftop ini selalu gue pake buat main layangan sama bapak gue."

"Kedengarannya asik, terus kenapa lo bunuh bapak lo sendiri?"

Yasmine menoleh dengan ekor matanya. "Dia ngotorin anaknya sendiri."

"Ngotorin? Maksud lo?" Bingung Nobody.

Yasmine menghisap kuat rokoknya sebelum menghembuskan asapnya dengan kuat juga.

"Dia ngelecehin gue."

Mata Nobody terbelalak kaget, menatap Yasmine dengan tidak percaya.

"Dengan wajah seindah dan setenang itu?"

Yasmine mengangguk.

"Dia ngelakuin itu, dengan berkedok latihan,"

"lo tau kan latihan melindungi diri? Semacam taekwondo dan lain sebagainya?"

Nobody mengangguk mengerti, sambil sedikit melamun untuk membayangkan kejadian itu.

"Mentang-mentang gue masih kecil, masih bego. Dia ngelakuin hal kaya gitu, ya gue nurut-nurut aja dong? Dia kan bapak gue."

"Woi, liat mata gue." Kata Nobody tiba-tiba.

"Apaan?" Tanya Yasmine sambil menatap mata Nobody.

Mata biru itu menatap mata coklat milik Yasmine. Menatapnya dalam seolah-olah Nobody membaca isi tatapan Yasmine.

"Lo kalo mau nangis gapapa sih." Bisik Nobody yang membuat Yasmine tersentak kaget.

"Hah? Nangis? Apa itu nangis?" Tanya Yasmine sambil mengalihkan muka dan menggelengkan kepalanya kecil.

Mulutnya terus merokok sesekali terkekeh geli.

"Ga sekarang, mungkin nanti." Kata Nobody sambil meminum kopi miliknya.

"Lo ga ngerokok?"

"Ngerokok."

Yasmine menyodorkan bungkus rokoknya, isinya tersisa 6 batang rokok.

"Ambil."

Nobody menatap itu sebentar sebelum mengambil 1 batang dan menyalakannya.

Setelah dirasa sudah diambil, Yasmine menyimpan bungkus rokok itu di samping gelas kopinya.

"Rokok apaan ini? Ga enak." Kata Nobody setelah menghisap beberapa kali.

"Rokok mahal itu hei,"

Nobody menghembuskan asapnya sebelum meminum kopinya.

"Kok bisa lo beli rokok mahal, beli langsung sebungkus lagi?"

"Bisa dong karena gue punya duit~"

"Duit darimana?"

Yasmine menoleh menatap mata Nobody dan tersenyum kecil.

"Hasil ngejual organ tubuh bapak gue." Jawab Yasmine dengan senyumannya yang mengerikan.

Bukan takut, Nobody membalas senyuman yang sama.

"Pantesan.."

Yasmine memiringkan kepalanya.

"Tunggu deh, lo beneran manusia kan?" Tanya Yasmine sembari menyentuh kepala Nobody.

"Ya iyalah kocak, gue mah manusia."

Yasmine terus menyentuh-nyentuh kepala Nobody untuk memastikan.

"Ish apaan sih pegang-pegang pala orang, ga sopan tau!" Kesal Nobody sambil menepuk tangan Yasmine di kepalanya.

"Ya kan takutnya bukan manusia!" Kata Yasmine sambil menjauhkan tangannya dari kepala Nobody.

"Itu artinya lo takut hantu! Yahahaha payah!"

"Yeee enak aja lo, gue ga takut hantu ya!"

"Apa buktinya?"

"Tuh, temen gue ada disana." Kata Yasmine sambil menunjuk ke arah ujung rooftop yang jauh di sana.

Nobody mengikuti arah kemana jari Yasmine menunjuk, tapi ia tidak melihat apapun disana.

"Ah bohong lo?"

"Beneran gue, dianya dari tadi ngeliatin lo tau. Kaya lo tuh mencurigakan banget?"

Nobody merinding, bulu kuduknya berdiri.

"Jangan bercanda deh!"

"Mana ada gue bercanda, yang ada sekarang gue curiga sama lo." Kata Yasmine sambil menatap Nobody dengan mata yang menyipit.

"A-apaan lo ngeliatin gue kaya gitu?!"

"Lo mencurigakan."

"Mencurigakan gimana? Udah jelas gue orang baik!"

Mata Yasmine semakin menyipit, benar-benar curiga.

"Ah lo mah ikut-ikutan temen lo doang ya? Karena dia curiga, lo juga ikutan curiga?" Tanya Nobody.

"Kagak ikut-ikutan. Tapi kalo dia curiga sama lo, gue juga berhak curiga sama lo."

Badan Nobody menegang, bingung juga harus berkata apa.

"Jangan gitu lah, gue takut!" Kata Nobody sambil melirik ke arah yang Yasmine tunjuk tadi.

Namun Yasmine tidak berkutik, dirinya terus menatap Nobody dengan curiga.

Nobody membuang rokoknya dan berdeham.

"Kayanya gue harus pulang deh, hehe. Gue duluan ya? Dah!" Gugup Nobody sebelum ngacir turun dari sana untuk keluar lewat pintu utama.

Yasmine hanya melihat saja tanpa bersuara lagi. Setelah Nobody pergi, ia menatap temannya yang masih ada di tempat yang sama.

"Ada apa sih?"

Temannya hanya menggelengkan kepalanya sebelum menghilang, pergi meninggalkan Yasmine sendirian.

"Yeee dasar bule, untung sayang." Gumam Yasmine sambil membereskan bekas kopinya dan bekas kopi Nobody.


































"Sial..."

























Tbc.

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang