VI

0 0 0
                                    

Nobody mengangkat peti mati dari dalam tanah oleh dirinya sendiri. Yasmine yang menunggu hanya berdiri diam celingak-celinguk.

"Lo gila sih."

"Siapa bilang gue waras?" Tanya Nobody sambil naik ke atas dan membuka peti mati yang baru dibawanya barusan.

Isinya tulang belulang. Nobody mengambil tulang belulang itu dan menguburkannya kembali di dalam tanah, benar-benar mengambil peti matinya saja.

"Gue kira lo bakalan bawa gue ke toko peti matinya, ternyata ke kuburan."

"Menggunakan apa yang sudah ada lebih baik daripada harus membeli lagi."

"Pala bapak lo." Kesal Yasmine sambil melihat Nobody yang sibuk menguburkan tulang belulang tadi.

Sambil menunggu, Yasmine membersihkan sedikit bagian dalam peti mati tersebut. Peti itu begitu tua, bau, dan lain sebagainya.

Yasmine tidak mau sebenarnya, lebih baik beli yang baru tapi apa boleh buat? Ia juga tidak mau badan Jean membusuk diatas lantai kesayangannya itu.

"Ayo?" Ajak Nobody.

"Hah kemana?"

"Lo butuh peti mati ini kan? Yaudah ayo bawa!"

"Ohhhh, iya iya.."

"Heeeeh gue kubur juga lo lama lama." Kesal Nobody sambil bersiap mengayunkan cangkulnya.

"Ya maaf, gue kan ga fokus tadi."

"Ga fokus, karena ngeliat wajah gue yang rupawan ini, kan?" Tanya Nobody dengan menggoda.

"Najis."

Nobody tertawa keras, puas dengan reaksi Yasmine.

"Udahlah ayo, jelek banget ketawa lo." Kesal Yasmine.

"Muka lo lebih jelek, wle!"

Yasmine melotot dan melepaskan sendalnya ancang-ancang menghajar Nobody.

Nobody hanya memeletkan lidahnya dan segera menyeret peti mati tadi, meninggalkan Yasmine sendirian di tengah area kuburan itu.

"Yeee kampret, tungguin napa?!" Kesal Yasmine sebelum menyusul Nobody.

Peti mati itu dibawa ke sisi jalan dan Nobody menatap Yasmine.

"Terus, gimana cara lo bawa peti ini?" Tanya Nobody sambil berkacak pinggang.

"Nah itu dia, gue juga ga tau!" Jujur Yasmine.

"Oon." Kata Nobody dengan santai sebelum berjalan pergi dari sana, meninggalkan Yasmine sendirian dengan peti mati itu.

"E-eh, lo mau kemana?!"

Tidak dijawab. Nobody terus berjalan menjauh hingga hilang dibalik tembok sebuah rumah yang terbengkalai.

Yasmine menatap rumah itu dan bergidik ngeri, dirinya ingin kabur tapi peti matinya bagaimana?

"Orang freak, masa iya seorang Yasmine ditinggal sendirian disini?!" Gumamnya sambil menunduk, takut dengan aura yang muncul dari rumah itu.

Ditengah ketakutannya, Yasmine dikagetkan dengan suara klakson mobil pengangkut barang.

Tin tin!!!

"Anjing-"

"Angkut sendiri bisa ga?" Tanya Nobody sambil menatap peti mati yang cukup besar itu.

"Bisa, bisa mikir ga?!"

"Ck. Tidak bergunaaaaghhh!" Emosi Nobody sambil keluar dari mobil dan mencoba mengangkat peti mati itu ke bagian belakang mobilnya.

Yasmine membantu mengangkatnya hingga peti itu bisa tersimpan dengan sempurna di sana.

"Masuk ke mobil." Titah Nobody yang diangguki oleh Yasmine.

Mobil itu mulai melaju ke arah dimana rumah Yasmine berada. Nobody juga fokus pada petunjuk jalan yang diberikan oleh Yasmine.

"Disini?" Tanya Nobody sambil menatap salah satu rumah.

"Betul, seratus buat kamoe~"

"Sok imut lo, ayo turunin peti matinya." Cuek Nobody yang membuat Yasmine mengerutkan keningnya tidak suka.

Walaupun begitu, Yasmine tetap turun untuk membantu Nobody menurunkan peti mati itu. Sekalian juga Yasmine membukakan gerbang dan pintu rumahnya agar peti itu bisa masuk ke dalam.

"Lo nyimpen badannya dimana?" Tanya Nobody.

"Di basement," jawab Yasmine sambil membukakan pintu basement.

"Anjir bawanya susah dong?"

"Lah gampang~"

Yasmine menendang peti mati itu ke basement yang membuat peti itu jatuh ke bawah.

"Tolol, gimana kalo peti nya rusak?!"

"Biarin aja, wong itu bekas kok,"

"Excuse me?!"

Yasmine melewati Nobody yang emosi, ia turun ke basement dan menatap badan dingin nan kaku milik Jean.

Nobody juga turun untuk menyusul, kepo sih sebenarnya. Matanya mendapati sosok tubuh Jean yang berbaring di samping sebuah peti yang sudah ada isinya.

"Loh ada dua korban toh?"

"Jelas."

Nobody mengecek peti yang diisi oleh ayahnya Yasmine dan mengerutkan keningnya bingung.

"Bapak lo?"

"Iyessss, kok tau?"

"Lo ga nyadar muka kalian mirip?" Tanya Nobody. Matanya menatap wajah Yasmine dan ayahnya secara bergantian.

Yasmine yang ditatap begitu memasang muka tidak sukanya.

"Ga usah berlebihan gitu deh, ga suka gue,"

Nobody terkesiap kecil sebelum berhenti melakukan hal itu.

"Kok lo tega banget sih sama bapak lo sendiri? Emangnya lo ga kasian sama dia? Bagaimana pun dia tetep bapak lo, kan?"










































"Emangnya dia kasian sama gue?"



































Tbc.

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang