XXI

0 0 0
                                    

Yasmine terduduk di tengah tangga, mengatur nafasnya sembari matanya menatap jasad pria tadi yang sudah tidak bersih.

Seluruh badan maskulin itu sudah dilumuri oleh darah, Yasmine lah penyebabnya.

Tak lama setelah itu, suara langkah kaki terdengar di telinga Yasmine. Sangat pelan, namun pasti.

Yasmine tidak menolehkan kepalanya sedikit pun, lagian kalau polisi juga ia tidak akan takut.

Oh iya ya, keliatannya pria aneh itu udah cukup lama disini. Masa dia ga nyadar sama keberadaan basement ini sih? Apalagi bau busuk juga lumayan ke cium sampai dapur dari basement yang tertutup ini.

Bodoh atau polos?

Yasmine tidak tahu itu, yang terpenting suara langkah kaki tadi berhenti tepat di belakang Yasmine.

"Siapa?" Tanya Yasmine tanpa menoleh.

Badan Yasmine ditarik agar berdiri dan dibawa ke gendongan ala bridal style. Yasmine jelas terkejut dan menatap wajah orang yang menggendongnya itu.

Florian.

"Sudah selesai, sayang?"

"Ya, baru aja." Jawab Yasmine dengan jujur.

Florian mengangguk kecil dan membawa Yasmine keluar dari basement. Kakinya membawa dirinya menaiki tangga untuk pergi menuju rooftop.

Tempat dimana waktu itu Yasmine dan Florian merokok, di pertemuan pertama kalinya.

Yasmine menerima gerakan Florian tadi, lengannya melingkar di leher Florian dengan kepalanya bersandar di bahu lebar itu.

"Widih, liat siapa disini yang malah suka sama gue~"

"Bacot lo."

Florian terkekeh geli, dirinya terus berjalan menuju rooftop dan menurunkan Yasmine di sana.

"Gue baru tau kalo ini malem, perasaan mah tadi masih sore?" Bingung Yasmine.

"Nah gitu tuh kalo keasyikan nyiksa orang, parah sih."

"Ngaca."

Florian merogoh sakunya disaat Yasmine mendongak menatap langit malam dengan bulan yang cerah di tengahnya.

Yasmine menghela nafasnya sebelum menghembuskannya dengan tenang dan lega, sudah lama ia tidak merasakan ketenangan ini.

Kakinya berjalan menuju pojok rooftop sambil menatap bulan dengan lebih fokus, benar-benar ingin mengabadikan momen itu dengan mata kepalanya sendiri.

"Rokok?" Tanya Florian menawarkan sambil menyodorkan sebatang rokok pada Yasmine.

"Gass."

Yasmine mengambil sebatang rokok itu dan mulai menyalakannya dengan korek yang dipegang oleh Florian.

Florian juga tidak keberatan untuk membantu Yasmine, karena itu pilihan yang terbaik.

Koreknya basah sama darah, atau bantu Yasmine buat nyalain rokoknya.

Florian pilih yang kedua.

Ia juga ogah kalo korek kesayangannya harus basah sama darah.

Wong dia juga kalo membunuh sukanya pake sarung tangan, ga seberani Yasmine yang pake tangan kosong itu.

Yasmine emang ga ada takutnya.

Yasmine menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya dengan tenang, Florian juga melakukan hal yang sama setelah rokok miliknya juga menyala.

"Jadi gimana?" Kata Florian tiba-tiba, tangannya dijadikan tumpuan di tembok pembatas.

"Gimana apanya?" Tanya Yasmine bingung.

Mata Yasmine menatap wajah Florian dengan polos dan bingungnya, Florian yang melihat itu justru tertawa keras dan menggelengkan kepalanya, katanya "Ga jadi deh."

"Iih! Bilang dong?"

"Ga jadi, Yasmine.." kata Florian dengan lebih pelan, tangan kirinya mengusap rambut Yasmine dengan lembut.

Amarah Yasmine seketika meleleh, tergantikan dengan kesenangan di hatinya.

Baru kali ini Yasmine merasa sangat disayang.

Tanpa sadar, kepala Yasmine miring ke arah telapak tangan Florian. Lebih tepatnya menekan ujung kepalanya ke telapak tangan yang terlihat besar itu.

"Dasar..."

"Lagi lagi!" Seru Yasmine layaknya anak kecil.

Eh, mana ada anak kecil merokok~

Florian tersenyum dan semakin mengusap rambut Yasmine sembari ia menghisap rokoknya.

Yasmine menjauhkan rokoknya dan menutup mata, menikmati setiap inci dari usapan di kepalanya itu.

Hening beberapa saat, entah Florian yang fokus pada pemandangan sambil tangannya mengusap rambut Yasmine, atau Yasmine yang menikmati usapan Florian dengan hikmat.

"Aku mau hug!" Pinta Yasmine tiba-tiba.

"Aku?" Tanya Florian bingung. Yasmine menyebut dirinya 'aku'?

"Huum!" Jawabnya dengan nada manja.

Florian menatap tangan Yasmine yang penuh oleh darah kering dan bersuara, "Tapi tangan lo-"

Belum sempat menyelesaikan kalimat, Yasmine sudah menempel pada dirinya dengan tangan yang melingkar di badan Florian.

Florian terkejut dan merasa risih dengan tangan kotor milik Yasmine.

"Iih, awas-"

"Florian..!" Kesal Yasmine dengan sedikit merengek.

Florian menunduk menatap Yasmine dengan kesal juga, tapi tidak lama setelah itu kekesalannya pudar tergantikan dengan senyuman.

"Yasmine~"

Florian memeluk Yasmine dengan erat. Rupanya Florian bukan menatap Yasmine maupun Abbit, tapi Ayas.

Yasmine kecil a.k.a Ayas memeluk Florian erat, bibirnya yang indah mengukir senyuman yang lebar. Mampu membuat Florian meleleh dan menyadari akan kehadiran seorang Ayas.

Gadis kecil yang pendiam dan polos, kini memeluk Florian.

Ayas memeluk Florian dengan penuh kasih sayang.

"Ayas.." gumam Florian sambil mempererat pelukan dan mengusap rambut belakang Yasmine.

"Florian, makasih ya~"

"Sama-sama, sayangku..." Jawab Florian dengan lembut layaknya berbicara dengan anak kecil.




































"Ayas sayang Florian!"





































"Florian sayang Ayas!"































END.


Yeeey tamattt! Terimakasih buat sayang-sayangku yang udah mau baca tulisan buatanku inii.

Aku tau mungkin masih banyak kesalahannya, tapi aku senang kalian mau membaca tulisanku.

In that way I feel honored. Thank u sm!!!♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vrijheid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang